Pages

Thursday, December 27, 2012

Secret Santa BBI 2012

Yeaaaay. Akhirnya buku dari Secret Santa sudah datang. 

Aku baru pertama kali mengikuti event Secret Santa Blogger Buku Indonesia (BBI) 2012. Anggota BBI yang ikut akan mengirimkan buku yang ada di wishlist si X. Siapa yang menjadi Santa dan X sudah diundi oleh panitia SS yaitu Ndari dan Oky. Namanya juga “Secret” jadi untuk mengirimkan paketnya hanya tertulis 'Santa', identitas pengirim disembunyikan melalui ‘riddle’ yang berupa petunjuk nama si Secret Santa tersebut. Aku termasuk yang pusing waktu nyusun riddle buat X. Hehehe. 

Thanks ya Santa udah kasih ‘The Naked Traveler 4 – Trinity’. Udah jadi wishlistku dari buku ini diterbitkan.

Kalau liat resinya siy hanya tertulis “Santa – Jakarta”. Tapi kalau diperhatikan lebih seksama kelihatan Tiki cabang mananya langsung aku terpikir satu orang. Biar lebih pasti coba lihat riddlenya dulu. Susah engga ya riddle nya Santa? Bingo! Aku tahu siapa kamu. ;) Mwihihihihi





Wednesday, December 19, 2012

The Fault in Our Stars

The Fault in Our StarsThe Fault in Our Stars by John Green


My rating: 4 of 5 stars





LIVING OUR BEST LIFE TODAY

Pertama kali Hazel Grace didiagnosa kanker tiroid stadium IV pada usia 13 tahun.  Lalu tumor menyebar ke paru-paru. Keajaiban terjadi pada Hazel Grace ketika Phalaxinfor, obat yang masih dalam percobaan,bisa menghentikan pertumbuhan tumornya. Hazel tidak lepas dari tabung oksigen untuk membantunya bernapas. Untuk mengurangi depresi, Hazel diminta ibunya untuk bergabung dengan Support Group. Dalam Support Group ini,Hazel bertemu dengan pasien-pasien kanker lainnya. Isaac yang menderita kanker mata. Dan seorang cowok yang memandang Hazel dengan tajam,dia lah Augustus Waters. Augustus adalah cancer survivor dari osteosarcoma, kanker tulang dan telah kehilangan satu kakinya. Augustus bergabung dengan Support Group karena dorongan temannya,Isaac.

Hazel beruntung dianugerahi orang tua yang menyayanginya. Hazel adalah putri tunggal. Ibunya setia mendampinginya. Seperti remaja lainnya kadang-kadang Hazel bersitegang dengan orang tuanya,yang penyebabnya berkaitan dengan kondisinya  “You are not a grenade, not to us. Thinking about you dying makes us sad, Hazel, but you are not a grenade. You are amazing. You can’t know, sweetie, because you’ve never had a baby become a brilliant young reader with a side interest in horrible television shows, but the joy you bring us is so much greater than the sadness we feel about your illness.

Hazel mempunyai buku favorit An Imperial Affliction yang ditulis oleh Peter Van Houten. Buku ini menghantarkan dia dengan kisah yang manis bersama Augustus Waters. Mereka penasaran dengan ending yang menggantung. Sementara Peter Van Houten telah pindah ke Belanda dan tidak menerbitkan karya lagi. Augustus dapat menghubungi Peter Van Houten melalui email. Peter tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Hazel.  Mereka harus datang ke Amsterdam dan menemui Peter Van Houten sendiri.

Perjalanan ke Amsterdam memerlukan persiapan yang matang. Dokter memastikan kondisi Hazel aman untuk bepergian jauh. Sayang sekali, sambutan Peter tidak menyenangkan dan membuat Hazel menangis. Ada satu berita yang mengkhawatirkan yaitu kanker kembali hadir di tubuh Augustus.

Hazel mencoba menyemangati Augustus untuk terus berjuang. “You get to battle cancer. That is your battle. And you’ll keep fighting.” Namun Augustus seperti sudah mengetahui ujung dari perjuangannya.“What am I at war with? My cancer. And what is my cancer? My cancer is me. The tumors are made of me. They’re made of me as surely as my brain and my heart are made of me. It is a civil war, Hazel Grace, with a predetermined winner.

Bagaimana ya melukiskan perasaan setelah baca buku ini, susah untuk dijelaskan.

Sudah lama saya ingin membaca buku ini. Review dari book blogger membuat saya penasaran disamping cover bukunya yang menarik hati, awan dan biru.  Harga buku hardcovernya lumayan mahal buat saya, saya pikir lebih baik membeli versi paperbacknya saja. Setiap mampir ke toko buku di bandara,saya mengecek apakah sudah ada edisi paperback atau belum. Yahh masih belum terbit juga. >.< Akhirnya mendapat kiriman ebook dari mbak Desty. Thanks you so much mbak. :)  The Fault in our stars telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan tidak lama lagi akan terbit. Jujur saja saya kaget melihat cover bahasa Indonesianya yang ummm..ummm..kok gitu ya? 

Monday, December 17, 2012

Pulang


PulangPulang by Leila S. Chudori


My rating: 5 of 5 stars




"Bagaimana caranya memetik Indonesia dari kata I.N.D.O.N.E.S.I.A ?"



Disaat meletusnya peristiwa 30 September 1965, Dimas Suryo berada di Chili menggantikan Hananto Prawiro untuk menghadiri konferensi wartawan internasional.  Kondisi di Jakarta mencekam. Segala sesuatu yang berhubungan dengan partai komunis (anggota partai, simpatisan dan keluarga) diamankan. Kantor Berita Nusantara yang dekat dengan partai komunis kiri tak luput digulung tentara. Sebelum terjadi peristiwa 30 September, meja redaksi  Kantor Berita Nusantara terbelah menjadi dua kubu. Kubu pengagum PKI dan kubu yang gerah dengan segala sesuatu yang berbau kiri. Dimas tidak menetapkan pilihannya di kubu mana pun. Ia mempunyai pemahaman ideologi sendiri. Dimas berkawan dekat dengan Hananto Prawiro dan Nugroho yang 'kiri' tapi juga sering berdiskusi dengan yang mempunyai pandangan kebalikan seperti Bang Amir.  

Dimas, Nugroho dan Risjaf sangat cemas di luar negeri karena komunikasi ke Indonesia sangat sulit dilakukan. Hananto Prawiro termasuk dalam daftar orang yang dicari. Tentara menginterogasi Surti Anandari, istrinya, bersama ketiga anaknya yang masih kecil-kecil. Paspor Dimas, Nugroho, dan Risjaf dicabut yang seketika membuat mereka hilang kewarganegaraan dan tanpa identitas.  Mereka terlunta-lunta di negeri orang.  Pintu pulang ke rumah tertutup. Dari Santiago, Havana, dan Peking, Perjalanan Dimas bersama ketiga temannya, Nugroho, dan Risjaf berakhir di Paris, Perancis. Tjai menyusul kemudian,sebelumnya ia berhasil menyelamatkan diri ke Singapura.

Le coup de foudre,cinta pada pandangan pertama. Demikian lah Vivienne Deveraux menggambarkan pertemuannya dengan Dimas di tengah unjuk rasa mahasiswa Paris 1968. Dimas menikah dengan Vivienne. Bersama ketiga sahabatnya, Dimas mendirikan restoran masakan Indonesia yang diberi nama ‘Restoran Tanah Air’. Dimas, Nugroho,Tjai dan Risjaf dikenal dengan empat pilar tanah air. Walaupun Dimas sudah menikah dengan wanita perancis dan dikaruniai seorang putri bernama Lintang Utara, ia tidak merasa Paris telah menjadi rumah baginya. Hatinya tetap terpaut dengan tanah kelahirannya yang jauh. Aroma Indonesia hadir dalam bentuk toples cengkeh dan kunyit di rumah Dimas. 

Lintang Utara mendapatkan tugas akhir untuk membuat film dokumenter. Awalnya Lintang ingin menyorot kehidupan imigran aljazair di Perancis. Dosennya, Monsiuer Dupont,menyarankan Lintang untuk melihat ke dalam dirinya dan lebih menggali akarnya, Indonesia. Bagi Lintang, Indonesia tanah air ayahnya hanya dikenal dari buku-buku ayah dan cerita dari ayah dan Om-om restoran tanah air yang terhenti di tahun 1965.  Lintang memutuskan untuk mengunjungi Indonesia.


"Katakan, apakah sebuah pohon yang sudah tegak dan batang rantingnya menggapai langit kini harus merunduk,mencari-cari akarnya untuk sebuah nama? Untuk sebuah identitas?". 
(Lintang Utara @ Pemakaman Pere-Lachaise)

Tahun 1998 Situasi Indonesia sedang tidak stabil secara ekonomi dan politik. Mahasiswa turun ke jalan dan menuntut penguasa orde baru mundur sebagai presiden Indonesia. Lintang mulai membuat filmnya dengan dibantu oleh Segara Alam. Ternyata melakukan wawancara mantan tahanan politik atau keluarganya tidak lah mudah. Banyak yang masih takut untuk menyuarakan ketidakadilan yang mereka alami selama bertahun-tahun. Salah satu narasumber yang berani berkomentar adalah Surti Anandari, ibu dari Segara Alam. Pasca peristiwa 30 September 1965, Surti diinterogasi berkaitan dengan kegiatan suaminya, Hananto Prawiro. Karena tugas film dokumenternya ia sempat diincar oleh 'lalat - lalat' intel. Tensi politik semakin tinggi dan kerusuhan mulai menyebar di Jakarta. 

Dimas mencoba mengunjungi Indonesia dengan paspor Perancis yang didapatkannya dari suaka politik. Dari mereka berempat hanya Risjaf yang mendapat kesempatan berkunjung ke Indonesia. Entah apa sebabnya. Berkali-kali mencoba,Dimas tetap tidak mendapatkan visa ke Indonesia. Boleh saja ia ditolak oleh pemerintah Indonesia tetapi ia tidak ditolak oleh tanah airnya. Dimas Suryo hanya ingin kembali ke rumah. "Aku ingin pulang ke rumahku, Lintang. Ke sebuah tempat yang paham bau, bangun tubuh, dan jiwaku. Aku ingin pulang ke Karet".

Novel ini mengambil latar belakang tiga peristiwa bersejarah yaitu peristiwa 30 September 1965, aksi mahasiswa perancis Mei 1968, dan jatuhnya pemerintahan orde baru 1998. Tema sejarah yang diangkat tidak lah ringan tetapi Leila S Chudori menuliskannya dengan bahasa yang mengalir sehingga enak dibaca. Ketika saya pertama kali membaca  sinopsis 'Pulang',saya langsung teringat dengan restoran Indonesia yang di Paris. Ternyata memang kisah dari Umar Said (Alm), Sobron Aidit (Alm), Kusni Sulang sebagai eksil politik menjadi salah satu inspirasi novel ini. 

Soft Launching novel 'Pulang' di Festival Pembaca Indonesia 2012

Emosi campur aduk ketika membacanya. Peliknya kehidupan empat pilar tanah air sebagai eksil politik di Paris diselingi kisah keseharian mereka yang kadang-kadang menghibur. Selain persoalan politik,terdapat konflik keluarga dan percintaan tokoh-tokohnya. Setting yang diambil di Paris bukan lah ikon kota yang terkenal seperti Menara Eiffel tetapi Pemakaman Pere-Lachaise, pemakaman sastrawan-sastrawan dunia. Dimas dan Lintang sering mengunjungi pemakaman ini dan menjadi tempat favorit Lintang untuk menyendiri. 

'Pulang' hadir berdekatan dengan 'Amba' yang ditulis Laksmi Pamuntjak yang keduanya telah saya baca. Dengan tema yang kurang lebih sama, masing-masing cerita mempunyai kekuatan sendiri. Jika ditanya mana kah yang lebih disukai, saya akan memilih 'Pulang'. Satu lagi yang saya sukai dari novel ini dan patut dikasih jempol adalah ilustrasinya. Keren!

Tuesday, December 11, 2012

Lidah Sembilu

Lidah SembiluLidah Sembilu by Damhuri Muhammad

My rating: 5 of 5 stars

“Bukankah kau telah menabung luka selama bermusim-musim? Mengacalah pada bekas luka-luka itu! Kelak lidahmu bakal fasih merangkai kisah”, Kisah yang Terkubur.


Lidah Sembilu adalah kumpulan 16 cerpen dari Damhuri Muhammad. Secara garis besar dari kumpulan cerpen ini saya kategorikan dalam dua tema.

Pertama tentang hal-hal gaib yang bersifat percaya tidak percaya termasuk dalam kategori ini ; Tuba, Perempuan berkerudung api, Buya, dan Lidah Sembilu. Cerpen Tuba,kisah bupati yang mati konon diguna – gunai karena ia terlalu lurus. Ia tidak membangun kampung kelahirannya setelah terpilih jadi bupati karena kampung kelahirannya berstatus sama dengan kampung – kampung yang lain. Cerpen Perempuan berkerudung api tentang Nilam Sari,gadis cantik dan siap menikah namun setiap lelaki yang meminangnya lari tunggang langgang sebelum akad nikah. Cerpen Buya,cerita seorang dipanggil ‘Buya’ yang memiliki tujuh bayangan. Dia menghilang terakhir kali bersamaan dengan kebakaran di Ka’bah, Mekkah. Cerpen Lidah sembilu yang menjadi judul dari kumpulan cerpen ini bercerita tentang seorang perempuan yang memasang susuk di lidahnya. Lidah yang lunak ini bisa mengiris-iris tajam hati pria yang mencintainya.

Kedua tentang merantau. Cerpen Taman Benalu, Menantu Baru, Anak Peluru, dan Merantau Cina membahas tema ini. Walaupun tidak hanya orang Minang saja yang merantau tapi merantau sudah menjadi ciri khas dari orang Minang. Kecemasan orang tua pada anak yang hidup di perantauan, takut anak cucunya putus dari kampung halamannya dan lupa dengan ‘akar’nya. Seperti anak peluru, yang sekali dilepaskan tidak kembali ke moncong senapan. Ketika anak-anak muda merantau, orang-orang pendatang di kampung lambat laun justru menjadi orang yang lebih baik dari segi ekonomi. Seakan-akan tidak menjadi tuan di rumah sendiri. Pulang kampung untuk menengok orang tua saja jarang dilakukan bagaimana selepas orang tua meninggal dunia. Harta warisan seperti rumah, sawah mungkin menjadi simpanan terakhir yang menghubungkan perantau dengan kampung halamannya. Beberapa tokoh utama dari kumpulan cerpen ini antagonis membuat tema tersebut diulas dari perspektif yang berbeda.

Di luar dari dua kategori diatas ada dua cerpen yang menarik buat saya yaitu Rindusorang dan Kisah yang Terkubur. Di cerpen Rindusorang yang berlatar belakang di kota yang dijuluki ‘Serambi Mekkah’ terdapat perubahan pergaulan anak mudanya. Yang agak beda yaitu cerpen Kisah yang Terkubur yang mengambil setting di Aceh. Kisah yang bikin bergidik mengenai tindak kekerasan yang dilakukan oleh tentara.

Ini pertama kalinya saya membaca karya Damhuri Muhammad. Buku ini salah satu buku yang saya dapatkan dari meja bookswap IRF 2012, masih berplastik mulus. Covernya tidak biasa menarik perhatian saya dan ditambah lagi membaca endorse di cover belakang yang menyebut kata ‘Minangkabau’. Mungkin sebagai pembaca yang latar belakang sama,cerpen-cerpen Damhuri Muhammad (khususnya yang mengulas tentang merantau) tidak sekedar cerita. Dalam bentuk lain saya menjumpai cerita tersebut dalam bentuk nyata.

Monday, December 10, 2012

Ayahku (Bukan) Pembohong


Ayahku (Bukan) PembohongAyahku (Bukan) Pembohong by Tere Liye


My rating: 3 of 5 stars





Dam, anak yang dibesarkan dengan kisah-kisah yang diceritakan oleh ayahnya. Ayahnya pandai bercerita. Dengan pengelanaan masa mudanya, ayah membawa Dam ke kisah Apel Emas Lembah Bukhara, Suku Penguasa Angin. Keluarga mereka hidup dengan sederhana. Walaupun Ayah lulusan terbaik master hukum luar negeri, ia memilih menjadi pegawai negeri biasa. Pesan-pesan dari kisah tersebut diamalkan dengan baik oleh Dam dalam menghadapi keusilan teman sekolahnya Jarjit. Jarjit berasal dari keluarga kaya dan sering mengolok-olok Dam dengan sebutan ‘keriting pengecut’. Bukankah ayah pernah bercerita bahwa suku penguasa angin bisa bersabar walau beratus tahun dizalimi musuh-musuh mereka? Suku itu paham, terkadang cara membalas terbaik justru dengan tidak membalas.

Dam melanjutkan sekolah ke Akademi Gajah, sekolah asrama di luar kota. Dam harus berpisah dengan orang tuanya dan hanya pulang ke rumah saat liburan. Di asrama sesekali Dam melanggar peraturan misalnya dengan menggelar nonton bareng pertandingan sepak bola. Dam suka menonton pertandingan sepakbola apalagi jika idolanya yang juga keriting si El Capiten. Dihukum oleh kepala sekolah tidak membuat Dam kapok. Sewaktu temannya Retro ulang tahun,Dam menggelar pesta ulang tahun di kamar asrama. Sudah pasti keduanya dijatuhi hukuman. Kali ini mereka berdua dihukum untuk membersihkan perpustakaan sekolah. Ada udang di balik batu. Dam tidak tampak seperti orang yang menjalani hukuman. Dengan hukuman tersebut Dam memiliki banyak waktu untuk menggambar desain perpustakaan sekolah yang ia kagumi. Penjaga perpustakaan sekolah kurang ramah dan menyebalkan apalagi melihat murid yang bermain-main di daerah kekuasaannya. Setelah tugas mereka selesai, Dam akan menggambar dan Retro memilih untuk membaca. Retro menjelajahi sudut-sudut perpustakaan yang membawanya ke sebuah rak kecil dengan buku-buku yang sudah tua dengan halaman yang menguning. Dam tidak peduli dengan bacaan Retro. Hingga dia menyadari salah satu judul buku yang dibaca Retro terasa akrab sekali dengannya. Buku itu berjudul Apel Emas Lembah Bukhara.

Selama ini kisah-kisah yang diceritakan ayah terasa nyata. Karena ayahnya tidak sekadar bercerita tetapi ikut berada dalam kisah-kisah tersebut. Ayah yang memakan apel emas Lembah Bukhara. Ayah yang bertemu dengan suku penguasa angin. Ayah yang bertemu dengan El Capiten kecil, idola Dam. Dam mempercayai setiap kata yang diucapkan Ayah. Dan ketika membaca kisah-kisah tersebut hatinya mulai meragukan cerita masa kecilnya tersebut. Apakah Ayah berbohong? Orang yang dikenal jujur dengan integritas tinggi membohongi anaknya sendiri?

Semenjak kepergian ibunya, Dam memutuskan untuk tidak mempercayai cerita-cerita Ayah. Kepergian ibu meninggalkan kehilangan yang berarti bagi Dam. Setelah lulus dari akademi gajah, Dam melanjutkan kuliah di jurusan teknik arsitektur. Dam tidak kembali ke rumah orang tuanya. Dam menikah dan memiliki dua orang anak, Zas dan Qon. Ayahnya mengulang kembali kisah-kisah masa kecilnya kepada anak-anaknya yang sangat antusias mendengarkannya. Dam tidak menyukai hal tersebut karena berpendapat kisah-kisah tersebut adalah bualan omong kosong ayahnya. Dam tidak menyadari dari kisah-kisah tersebut ia tumbuh menjadi anak yang baik, ringan tangan dan sering berbagi. Dam juga tidak menyadari sketsa-sketsa karyanya berasal dari kisah-kisah masa kecilnya. Pertanyaanya apakah betul ayah berbohong?

Tidak biasanya Tere Liye menuliskan epilog dibalik penulisan novel ini,bagaimana ide ini telah ada dikepalanya. Sebelum novel ini diterbitkan draftnya dikirimkan ke sejumlah pembaca. Ada beberapa tanggapan bahwa novel ini mengingatkan mereka dengan cerita Big Fish. Saya belum membaca cerita Big Fish jadi tidak akan ikut berkomentar mengenai hal tersebut. Ketika membaca mengenai sekolah Dam, akademi gajah, saya malah teringat dengan Hogwarts-nya Harry Potter.

Ada banyak inspirasi dari kisah – kisah yang diceritakan Ayah Dam. Saya kutip beberapa yang saya sukai.

“Bangsa yang korup bukan karena pendidikan formal anak-anaknya rendah, tetapi karena pendidikan moralnya tertinggal, dan tidak ada yang lebih merusak dibandingkan anak pintar yang tumbuh jahat. Orang-orang dewasa yang jahat sulit diperbaiki meski dihukum seratus tahun, jadi berharaplah jadi generasi berikutnya perbaikan akan datang”.

“Hakikat sejati kebahagiaan itu berasal dari hati. Kita tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sejati dari kebahagiaan yang datang dari luar hati kita. Mata air dalam hati itu konkret. Bahkan ketika musuh mendapat kesenangan,kita bisa ikut senang karena hati kau lapang dan dalam. Sementara orang yang hatinya dangkal,sahabat baik mendapat nasib baik, segera iri hati dan gelisah. Itulah hakikat sejati kebahagiaan. Ketika kau bisa membuat hati bagai danau dalam dengan sumber mata air sebening air mata memperolehnya tidak mudah, kau harus terbiasa dengan kehidupan bersahaja, sederhana dan apa adanya. Kau harus bekerja keras, sungguh-sungguh dan atas pilihan sendiri memaksa hati kau berlatih”.

Tuesday, December 4, 2012

Tiga Manula Jalan - jalan ke Pantura

Tiga Manula Jalan-jalan ke PanturaTiga Manula Jalan-jalan ke Pantura by Benny Rachmadi

Penerbit : Penerbit KPG

My rating: 4 of 5 stars



Lanjutan dari kisah persahabatan tiga aki-aki kocak; Waluyo, Liem, dan Sanip. Waluyo rindu kampungnya, Tingal, yang telah ditinggalkan selama empat puluh tahun. Liem berinisiatif mau mengantarkan Waluyo pulang kampung. Masalahnya Waluyo lupa letak Tingal ada dimana antara di Jawa Tengah atau di Jawa Timur. *Hadeuh,namanya juga kakek-kakek* Dimulai lah perjalanan mudik dari Jakarta menyusuri jalur pantai utara pulau Jawa.

Di Pantura kita akan menjumpai fenomena sosial yang sering kita lihat seperti pasar tumpah, truk gandeng, pungutan liar oleh petugas DLLAJ, peminta sumbangan. Fenomena-fenomena ini digambarkan dengan jenaka tapi 'mengena'. Selain itu,keunikan masing-masing kota yang disinggahi juga diulas. Bagi saya yang jarang melewati jalur pantura, keunikan tersebut informatif. Contohnya kuliner-kuliner khas pantura seperti nasi jamblang di Cirebon,kupat glabed di Tegal,sate blengong di Brebes, nasi gandul di Pati. Dari Jakarta hingga Trowulan,ibukota kerajaan Majapahit, Ada-ada saja tingkah lucu tiga manula ini. Berhasilkah tiga manula sampai ke Tingal ?. Ayo Mbah coba diinget-inget dulu ya. ;)

Salah satu bagian cerita yang saya sukai yaitu ketika tiga manula saat sedang berada di Cirebon.

"Mega Mendung"

Waluyo : bentuk awan di cirebon itu beda,ya..
Liem : apa bedanya? Dimana-mana bentuk awan ya sama aja...
Sanip : Dari Depok ampe London gitu-gitu aje,wal!
Waluyo : kalian mesti melihat dengan mata batin yang peka
Liem : ngeliat awan aja ribet.. Beda apa sih?
Sanip : Au,ah!
Waluyo : cuma orang-orang tertentu yang bisa lihat.*melihat awan yang tampak seperti motif batik awan megamendung*

Sebenarnya saya bukan pengkoleksi komik,suka sayang beli mahal-mahal tapi dibaca sebentar sudah tamat. Semenjak Benny Rachmadi menerbitkan ‘Tiga Manula jalan-jalan ke Singapura’, saya jadi ngefans sama aki-aki ini. Tidak hanya karena guyonannya menghilangkan stress tapi juga mengandung kritik. Semoga perjalanan Tiga Manula berlanjut ke kota-kota lain ya. Saran: keliling Indonesia pasti seru tuh. :)


View all my reviews

Wednesday, November 21, 2012

Wishful Wednesday 5



Aku mau rekap wishful Wednesday dulu dari awal blog hop:

1.      Anatomy of Disapperance – Hisham Matar
2.   Sumatra Barat Plakat Panjang – Rusli Amran
3.   Cairo Trilogy – Naguib Mahfouz
4.   Time Keeper – Mitch Albom

Keempat-empatnya belum terpenuhi. Semoga dalam waktu dekat bisa terpenuhi,niatnya mau hunting di Indonesia Book Fair. Hehehe. Wishful Wednesday hari ini 21 November 2012 sangat special karena Mbak Astrid yang akan berulang tahun lusa 23 November dan ia akan mengabulkan 2 wish yang beruntung. Aheey! Happy birthday Mbak Astrid. :) Jadi posting wishlist sekalian ngarep juga wishlistnya dikabulkan.*baca doa*.

Marilah menengok wishlist kali ini:

“Cantik itu Luka – Eka Kurniawan”

Sinopsis :
Di akhir masa kolonial, seorang perempuan dipaksa menjadi pelacur. Kehidupan itu terus dijalaninya hingga ia memiliki tiga anak gadis yang kesemuanya cantik. Ketika mengandung anaknya yang keempat, ia berharap anak itu akan lahir buruk rupa. Itulah yang terjadi, meskipun secara ironik ia memberinya nama si Cantik.

Link tobuk online --> gramedia.com

Silahkan kalau mau ikutan Wishful Wednesday Giveaway,ini dia aturan mainnya disini. Semoga beruntung ! :)

Wednesday, October 31, 2012

Jeritan Hati Nurani : Dilema Kehidupan Sang Hakim

Jeritan Hati Nurani : Dilema Kehidupan Sang HakimJeritan Hati Nurani : Dilema Kehidupan Sang Hakim by J.M. Coetzee

Penerbit  : Yayasan Obor Indonesia

My rating: 3 of 5 stars



Si Aku adalah seorang hakim tua bekerja di sebuah kota perbatasan. Tahun-tahun ia bertugas mengurusi perkara yang sepele. Namun situasi kerajaan semakin tegang dalam menghadapi penduduk asli yang disebut kaum barbar. Desas- desus yang berkembang kaum barbar akan bersatu untuk menyerang kerajaan. Posisi kota di perbatasan semakin terancam. Serangan kaum barbar terjadi dua puluh mil dari pusat kota mengakibatkan perubahan bagi penduduk. Pasukan kerajaan menangkap seorang lelaki dan anak kecil yang dicurigai kaum barbar dan membawanya ke kota. Hakim tidak menyukai cara interogasi yang dilakukan Kolonel Joll yang menyebabkan kematian. Tak lama kemudian, pasukan tersebut membawa orang-orang yang lebih banyak. Mereka dipaksa menunjukkan dimana keberadaan kaum barbar. Hakim membawa seorang gadis muda dari kumpulan orang-orang tersebut ke apartemennya. Tindakan hakim tersebut dinilai memalukan karena ‘memungut’ gadis dari kaum barbar dan menjadikannya teman tidur.

Hakim berniat mengembalikan gadis tersebut kembali ke kaumnya. Kaum barbar hidup nomaden. Rombongan hakim menempuh perjalanan jauh di ujung musim dingin. Sekembalinya ke kota, pasukan militer sudah menguasai kota. Hakim tersebut ditangkap dengan tuduhan menjalin kontak dengan kaum barbar yang merupakan musuh dari kerajaan. Posisinya sebagai hakim dilucuti.

Ketika pasukan berhasil menangkap sekelompok kecil kaum barbar, laki-laki bar-bar ditelanjangi dan diarak ke alun-alun kota. Penyiksaan dilakukan di depan umum tanpa melihat ada anak kecil yang menonton. Satu-satunya suara yang menentang adegan penyiksaan tersebut yaitu si hakim. Propaganda tentang keberingasan kaum barbar berhasil membuat keresahan pada masyarakat. Tanaman gandum yang rusak dicurigai disebabkan oleh ulah kaum barbar. Masyarakat menggantungkan harapannya kepada pasukan keamanan.

‘Jeritan Hati Nurani : Dilema Kehidupan Sang Hakim’ adalah terjemahan dari ‘Waiting for the Barbarians’. Judul terjemahannya mengacu pada suara hati dari si hakim. Cerita yang menyentil kehidupan apartheid di Afrika Selatan. Pertama kali diterbitkan pada tahun 1980 yang saat itu Apartheid masih berlangsung. Suara hakim menunjukkan suara minor dari golongannya yang mayoritas tidak masalah terhadap tindakan biadab tersebut. Mengapa sebagai bangsa yang beradab malah melakukan tindakan yang biadab terhadap penduduk asli? Pengalaman membaca buku ini mengenalkan bagaimana rupa dari apartheid itu karena gambaran awal saya apartheid itu seperti diskriminasi rasial di Amerika Serikat. ‘Waiting for the Barbarian’ termasuk dalam great books of the 20th century yang diterbitkan oleh Penguin Books.


Tentang Penulis : J.M Coetzee.


John Maxwell Coetzee atau J.M Coetzee merupakan sastrawan kelahiran Cape Town. Afrika Selatan. Ia menerima nobel sastra pada tahun 2003. Penulis Afrika Selatan yang kedua mendapatkan nobel sastra setelah Nadine Gordimer. Karyanya yang berjudul  ‘Life & Times of Michael K’ dan ‘Disgrace’ mendapatkan penghargaan Man Booker Prize.  Kedua buku tersebut telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia ‘Kisah Hidup Michael K’ (Jalasutra, 2003) dan ‘Aib’ (Jalasutra, 2005). Sejak  tahun 2006, J.M Coetzee menjadi warga Negara Australia dan tinggal di Adelaide.





Monday, October 29, 2012

Jalan Tak Ada Ujung

Jalan Tak Ada UjungJalan Tak Ada Ujung by Mochtar Lubis

Penerbit : Yayasan Obor Indonesia

My rating: 4 of 5 stars



“Saya sudah tahu –semenjak semula—bahwa jalan yang kutempuh ini adalah tidak ada ujung. Dia tidak akan habis-habisnya kita tempuh. Mulai dari sini, terus, terus, terus, tidak ada ujungnya. Perjuangan ini, meskipun kita sudah merdeka, belum juga sampai ke ujungnya. Dimana ujung jalan perjuangan dan perburuan manusia mencari bahagia? Dalam hidup manusia selalu setiap waktu ada musuh dan rintangan-rintangan yang harus dilawan dan dikalahkan. Habis satu muncul yang lain, demikian seterusnya. Sekali kita memilih jalan perjuangan,maka itu jalan tak ada ujungnya. Dan kita, engkau, aku, semuanya telah memilih jalan perjuangan”.- (Hazil, Jalan Tak Ada Ujung)

Kondisi sosial politik Indonesia pasca deklarasi kemerdekaan masih belum stabil. Kota Jakarta masih dikuasai oleh tentara sekutu yang melakukan penggeledahan sesuka hati. Laskar-laskar rakyat masih melakukan pertempuran di daerah Bekasi – Karawang. Guru Isa ikut bergabung dalam perjuangan. Dalam pergerakan ia berjumpa dengan pemuda bernama Hazil. Kecocokan mereka dipersatukan oleh musik. Tidak seperti Hazil yang telah memilih berjuang dengan sepenuh hati, Guru Isa berjuang karena ketakutannya. Takut dengan anggapan orang sekitar. Tuduhan menjadi mata-mata sangat serius karena bisa saja langsung dieksekusi mati. Ketika Guru Isa berada dalam perjuangan, ketakutannya semakin bertambah. Ketakutan-ketakutannya menjadi mimpi buruk di setiap malam. Walaupun ia tidak mengatakannya secara terus terang, istrinya Fatimah mengetahuinya.

Walaupun statusnya sebagai guru mendapatkan penghargaan lebih dari masyarakat namun gaji Guru Isa tidak lagi mencukupi kebutuhan keluarganya. Sementara tidak mungkin untuk meminta kenaikan kepada kepala sekolah. Akhirnya Guru Isa mengambil buku-buku tulis baru dan menjualnya ke toko alat tulis. Hati nuraninya menentang pertama kalinya tetapi keadaan membuatnya mengabaikan rasa bersalahnya.
Sementara itu Hanzil lebih banyak terjun langsung dalam perjuangan. Dia menghampiri rumah Guru Isa jika ada tugas perjuangan atau untuk bermain biola. Frekuensi kedatangannya tidak menentu. Kadang-kadang ia menghilang cukup lama.

Suasana dari novel ‘Jalan Tak Ada Ujung’ ini suram dan mencekam. Mochtar Lubis tidak hanya menggambarkan suasana Jakarta pada saat revolusi tetapi juga situasi sosial yang diwakilkan lewat tokoh-tokohnya seperti Guru Isa, Hazil, Ayah dari Hazil. “Sebagai kebanyakan orang di hari-hari pertama revolusi itu, Guru Isa belum menganalisa benar-benar kedudukannya, kewajibannya dan pekerjaannya dalam revolusi. Selama ini dia membiarkan dirinya dibawa arus. Arus semangat rakyat banyak”.

‘Jalan Tak Ada Ujung’ pertama kali diterbitkan pada tahun 1952 oleh penerbit PT Dunia Pustaka Jaya. Novel ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris 'A Road with no End' pada tahun 1968.


View all my reviews

Wednesday, September 26, 2012

Kafka on The Shore


Kafka on the Shore (Labirin Cinta Ibu dan Anak)
My rating: 3 of 5 stars

Kafka on The Shore : Labirin Asmara Ibu dan Anak
Penulis : Haruki Murakami
Penerbit : Pustaka Alvabet
Tahun terbit : 2008
Jumlah halaman : 597


Pada ulang tahunku yang kelima belas, aku akan lari dari rumah, melakukan perjalanan ke sebuah kota yang sangat jauh, lalu tinggal di sebuah sudut perpustakaan kecil.
 
Kafka Kimura (bukan nama sebenarnya) melarikan diri dari rumah, membawa  kabur uang ayahnya, dan bersikap seolah-olah sudah 17 tahun. Ia hidup berdua dengan ayahnya. Dari usia 4 tahun,ia ditinggalkan oleh Ibu dan kakak perempuannya. Kafka pergi ke daerah Takamatsu. Dalam perjalanan,ia bertemu dengan Sakura yang kurang lebih seumur kakak perempuannya yang hilang. Kafka ingin menghabiskan waktunya di perpustakaan. Dan sebelum datang ke Takamatsu,ia telah memiliki informasi mengenai perpustakaan yang ada di kota tersebut. Tujuannya adalah perpustakaan Komura,sebuah perpustakaan pribadi yang dibuka untuk umum. Perpustakaan ini dikelola oleh Nona Saeki dan Oshima. 

Suatu ketika Kafka pingsan dengan bajunya yang berlumuran darah. Ia panik karena takut telah berbuat salah atau kriminal,Ia meninggalkan hotel. Ia meminta bantuan Oshima untuk memberikan tempatnya menginap . Sosok Nona Saeki menarik perhatian Kafka. Konon Nona Saeki pernah menjalin cinta dengan anak lelaki keluarga Komura,pemilik perpustakaan Komura.  Mereka pernah berpisah kota karena kesedihannya Nona Saeki menciptakan lagu 'Kafka di tepi pantai'. Kafka berteori bisa saja Nona Saeki adalah ibu kandungnya. Suatu malam Kafka didatangi 'hantu' Nona Saeki yang berusia 15 tahun tapi mana mungkin itu hantu jika Nona Saeki masih hidup. Kafka pun jatuh cinta.

Satoru Nakata,seorang pria berusia 60 tahun yang mempunyai setengah bayangan, dapat berkomunikasi dengan kucing. Ia tidak bisa membaca dan menulis. Setiap bulannya ia mendapatkan subsidi kota dari pemerintah kota Tokyo. Kemampuan berbicara dengan kucing memberikan tambahan penghasilan untuk Nakata dengan mencari kucing peliharaan yang hilang. Nakata sedang mencari seekor kucing torti bernama Goma. Pencarian ini membawanya ke hadapan Johnnie Walker. Orang yang membunuh kucing-kucing dan mengumpulkan jiwa mereka. Johnnie Walker meminta Nakata untuk membunuhnya. Dalam tekanan dan provokasi dari Johnnie Walker,akhirnya Nakata menusuk Johnnie Walker. Nakata melaporkan dirinya pada polisi tapi perkataannya tidak dipercayai oleh polisi jaga. Dan ketika mayat Johnnie Walker ditemukan Nakata sudah pergi meninggalkan kota. 

Apa hubungannya Kafka dengan Nakata?

----------


Sebenarnya saya tidak ada keinginan atau planning membaca Kafka on the Shore. Buku ini sudah lama di rak buku yang belum dibaca. Saya tidak menemukan bukunya ‘Jejak Langkah’ nya Pram karena baru pindahan rumah. Mata saya tertumbuk pada Kafka on the Shore. Baiklah, saya akan mencoba membaca karya dari Haruki Murakami ini. Saya hanya baru mendengar namanya dari teman-teman goodreads. Kalau dari cover terjemahan bahasa Indonesianya, jujur saja tidak menarik. Sub judulnya ‘Labirin asmara Ibu dan Anak’ menancapkan asumsi kisah ini seperti sangkuriang di kepala saya. Dan ketika membaca pun jadi menunggu-nunggu bagian yang disebutkan di cover.

Awal buku ini saya kira ada tiga cerita yang berbeda; anak yang lari dari rumah, peristiwa misterius yang menimpa anak SD pada perang dunia kedua, dan kisah kakek yang dapat berbicara pada kucing. Apa benang merahnya? Harus cukup bersabar mengikuti alur ceritanya yang serupa labirin. Saya sempat tertidur membaca Kafka on the shores dan memimpikan si kakek Nakata yang bisa berbicara dengan kucing itu. :D 

Buku ini padat dengan  berbagai pengetahuan dari filsafat, mitologi yunani, sejarah, musik klasik dan lain-lain. Pengetahuan Kafka yang sedari kecil hobi membaca di perpustakaan bisa 'nyambung' berdiskusi dengan Oshima. Saya menyukai karakter Nakata yang kesannya lugu tapi langsung bengong mendapat kejutan mengenai kakek tersebut. Yang paling tidak saya sukai yaitu fantasi seksualnya Kafka yang memang diceritakan detail.  Hampir saja saya menyerah tapi ceritanya membuat saya tertantang untuk menyelesaikannya.    

Selesai membaca Kafka on the shore, saya merasakan kontradiksi, absurd tapi keren. Ceritanya di luar imajinasi. Kalau memang keren kenapa bintangnya cuma tiga? Karena saya tidak berhasil memahami imajinasinya Murakami ini. Banyak pertanyaan saya tak terjawab,'kenapa begini? kok bisa kayak gitu?'.