Pages

Tuesday, January 20, 2015

The Grass is Singing



Judul : The Grass is Singing

Penulis : Doris Lessing

Penerbit : Harper Perennial Modern Classics

Tahun Terbit : 2008


The Grass is Singing mengambil setting di Rhodesia Selatan, (sekarang dikenal dengan nama Zimbabwe). Tokoh utamanya adalah pasangan kulit putih, Mary dan Dick Turner. Tekanan sosial yang menjerumuskan Mary pada pernikahan tidak bahagia. Dick selalu gagal dalam pertanian sementara hutang semakin menumpuk. Frustasi dengan kemiskinan suaminya mengubah Mary menjadi pemarah, stress dan kehilangan kendali. 

Sebelum menikah dengan Dick, Mary tinggal di kota, mempunyai pekerjaan sebagai akuntan dan tinggal di asrama putri. Ia sebatang kara, single dan merasa bahagia. Gara-gara percakapan teman-temannya, Mary mulai memikirkan pernikahan. Teman-teman sebayanya sudah memiliki anak lucu dan sibuk mengurus rumah tangga. Mary bertemu dengan Dick Turner,yang bekerja di tanah pertaniannya sendiri.Sedari awal Dick sudah memberitahu Mary mengenai keterbatasan finansialnya. Mary tidak menyangka betapa miskinnya Dick sampai ia menginjak kaki di rumah suaminya. 

Mary mulai membenahi rumah yang kotor seperti kandang binatang. Ia dibantu oleh pelayan laki-laki kulit hitam. Mary tidak pernah berhubungan langsung dengan orang pribumi. Sekarang ia harus terbiasa berbicara dengan mereka sehari-hari. Kebenciannya terhadap penduduk pribumi tidak bisa ditutupi. Seringkali pelayan bekerja tidak sesuai dengan standar yang diharapkan Mary. Tidak banyak yang bisa ia lakukan setelah semua pekerjaan rumah selesai. Mary yang dulunya riang berubah menjadi murung dan tertekan. 

Pernikahan tersebut mulai banyak pertengkaran. Dick lebih banyak gagalnya dan hutang mereka semakin menggunung. Mary berulang kali bermasalah dengan pelayan laki-laki, tidak ada yang tahan dengannya lebih dari satu bulan. Dick mengira Mary kesepian karena dirinya sepanjang hari berkerja di tanah pertanian. Ia pun mengundang Charlie Slatter dan istrinya. Dick berharap Mary akan mendapat teman baik. Mary sendiri yang menampik uluran persahabatan dari istri Charlie. 

Dick terserang malaria. Ia terpaksa selama beberapa minggu hanya berbaring di rumah. Dick mengkhawatirkan lahan pertaniannya. Mary turun ke lapangan dan menghadapi pekerja pribumi yang bermalas-malasan bahkan ada yang mabuk. Mary menyuruh mereka kembali bekerja. Di satu sisi, ia menemukan kepercayaan dirinya kembali. Mary menyimpulkan metode suaminya menyebabkan usahanya gagal terus. Mary menyarankan Dick mengubah metode tanamnya dan mulai menanam kopi yang dinilai lebih menguntungkan.

Keadaan rumah tangga Turner tidak membaik. Dick berkali-kali gagal dengan kebunnya. Mary semakin tenggelam dalam pikirannya sendiri. Mary depresi berat, gabungan antara kenangan masa kecil yang sulit dengan kondisi suaminya yang terbenam dalam hutang. Charlie Slatter akhirnya menyarankan Dick menjual tanah pertaniannya dan mengajak liburan istrinya, Mary. Charlie sejak lama sudah mengincar tanah pertanian Dick untuk ekspansi pertaniannya. Kembali dari liburan Dick masih bisa menjadi manager dan mendapat penghasilan. Sayangnya beberapa hari sebelum mereka berangkat berlibur, Mary Turner ditemukan tidak bernyawa di beranda rumah.

The Grass is Singing dibuka dengan pengumuman terbunuhnya Mary Turner di surat kabar. Ceritanya tidak berakhir menjadi cerita misteri. Persoalan sosial budaya dan ekonomi yang terjadi di masyarakat Rhodensia Selatan saat itu dimana masih ada perbedaan kelas antara warga kulit putih dan warga kulit hitam. Warga kulit putih yang lahir dan besar disana seperti Mary Turner justru lebih arogan dibandingkan dengan orang kulit putih pendatang. Cara-cara orang kulit putih memperlakukan orang pribumi tidak manusiawi dan cenderung menyamakan mereka dengan binatang.
 

Thursday, January 15, 2015

Gabriela, Cengkih, dan Kayu Manis



Judul : Gabriela, Cengkih dan Kayu Manis

Penulis : Jorge Amado


Penerbit : Serambi


Tahun Terbit : 2014



Jumlah Halaman : 660 Halaman
Ilheus, kota pantai di Brazil selatan daerah penghasil kakao. Di kota kecil ini orang saling mengenal dengan baik. Sebelum kakao, perkebunan tebu dan kopi pernah mendominasi tanah Ilheus. Harga kakao yang tinggi memberikan perkembangan pesat pada Ilheus. Kakao diekspor ke negara-negara asing melalui Bahia, ibukota negara bagian. Pelabuhan Ilheus terhalang oleh gundukan pasir yang membuat kapal-kapal besar tidak bisa berlabuh. Orang-orang dari luar Ilheus hingga luar Brazil mengadu nasib di kota kecil ini.

Pemilik-pemilik perkebunan dipanggil dengan gelar Kolonel di depan nama mereka. Pada masa awal pembukaan lahan kakao, banyak terjadi pertumpahan darah, perkelahian dan pembunuhan. Ilheus selama dua puluh tahun dipimpin oleh walikota gaek Kolonel Ramiro Bastos. Warga kota sering berkumpul di bar Vesuvius, milik Najib si Arab, membicarakan peristiwa lokal hingga masalah dunia. Najib adalah orang Brazil kelahiran Suriah. Keluarganya berimigrasi ketika ia masih berumur 4 tahun. Dari perbincangan pelanggan-pelanggannya, Najib melihat ada gelagat mencurigakan antara Mundiho Falcao, Kapten dan Kolonel Ribeirinho. Ia tidak ambil pusing. Satu-satunya masalahnya adalah harus mencari pengganti Filomena, tukang masaknya. Najib menyajikan snack dan kudapan di barnya. Mencari tukang masak sangat susah di Ilheus apalagi ia mendapat pesanan makan malam penting berisi tamu-tamu kehormatan kota itu.

Najib akhirnya menemukan tukang masak barunya, Gabriela. Gabriela datang dari pedalaman untuk mencoba peruntungan nasibnya. Pertama bertemu dengan Najib, ia kusut, kumuh dan berpakaian compang camping. Gabriela menerima tawaran menjadi tukang masak Najib. Setelah membersihkan diri, pancaran kecantikan Gabriela terlihat. Wanginya aroma cengkih dan warna kulitnya seperti  kayu manis. 

Gabriela langsung menarik perhatian kaum lelaki Ilheus. Bar Vesuvius semakin ramai. Tidak hanya karena kudapan bikinan Gabriela yang lezat tapi pengunjung ingin berbincang-bincang dengan Gabriela, menatapnya hingga menyentuh tangannya. Tawaran pekerjaan dengan upah lebih tinggi menggoda Gabriela tapi ia menolaknya. Belum lagi tawaran dari Pak Hakim yang akan membelikannya rumah atau Kolonel Manuel Jaguar yang akan menberikan kebun Kakao atas namanya Gabriela. Semuanya ia tolak dengan halus. Gadis itu tidak menyukai pria-pria tua dan tidak akan menyerahkan dirinya demi uang. Najib diliputi rasa cemburu dan takut kehilangan Gabriela. Ia mulai melarang Gabriela pergi ke bar tapi laki-laki tak kehabisan ide mendekati Gabriela. Mereka mulai berjalan-jalan sore di dekat rumah Najib. Untuk menghalau pengagum-pengagum Gabriela, Najib menikahinya tanpa upacara keagamaan. 

Novel ini tidak fokus pada Gabriela yang dijadikan judul, perempuan paling cantik di Ilheus dan diincar banyak lelaki. Mudinho Falcao datang dari Rio empat tahun lalu. Mudinho sukses berbisnis ekspor kakao. Kemudian dia melihat peluang dan ambisi yang kuat untuk menduduki kursi walikota. Mudinho sudah mendapatkan beberapa pendukung setia terutama dari orang yang bermusuhan dengan keluarga Bastos. Pertarungan sengit antara status quo, walikota Ilheus dengan reformis yang mengusung perubahan oleh Mudinho.  Bagaimana Ilheus mengalami perubahan sesuai zaman ? Bagaimana melawan tabiat lama yang tidak manusiawi ? Cara-cara lama dulu adalah peluru lebih banyak berbicara daripada berdiskusi. Jorge Armado menuliskan semuanya dengan humor, tidak terkesan serius dan mengundang gelak tawa.

Dari sisi budaya, Jorge Amado membidik kedudukan perempuan di mata masyarakat. Perempuan belum memiliki hak pilih. Pendidikan cukup dirasa sebatas sekolah paroki. Anak-anak perempuan akan menikah dengan pilihan orang tua. Hubungan laki-laki dan wanita yang belum menikah diawasi ketat oleh masyarakat. Percintaan rahasia dan perselingkuhan banyak terjadi. Laki-laki beristri memiliki perempuan simpanan itu wajar sementara jika istri selingkuh itu nista. Hukuman mati buat si istri dan selingkuhannya akan membuktikan kejantanan dan martabat suami. 

Buku ini diikutsertakan dalam Read Big Challenges :