Judul : Kupu - Kupu Fort De Kock
Penulis : Maya Lestari GF
Penerbit : Koekoesan
Tahun Terbit : 2013
Pesilat di lahir mencari kawan, di bathin mencari Tuhan.
Pertempuran anggota Tiga Perguruan dengan kawanan Singo
Balang di Jembatan Siti Nurbaya berhasil membunuh Singo Balang ke alam kubur.
Keberhasilan ini membuat lega dunia persilatan. Orang jahat dari yang terjahat
telah mereka basmi. Singo Balang tersohor dengan kekejamannya. Singo Balang
mengambil jiwa, inti kehidupan anak buahnya dan menjadikan mereka layaknya
Zombie. Tinggal membereskan anak buahnya yang tercerai berai. Kekuatan mereka
sudah melemah tanpa pemimpin mereka. Namun, tiga perguruan tak mengira
perjuangan mereka belum lah menemui titik akhir. Ada seseorang yang melancarkan
serangan balasan. Siapakah dia ?
Limpapeh melakukan interogasi pada Malam, perempuan tua
yang pernah menjadi komplotan Singo Balang. Malam diselamatkan dari penyerbuan ke
Ampa, markas Singo Balang yang terletak jauh di bawah Lubang Jepang. Dari
keterangan Malam terbuka lah informasi bahwa Singo Balang mempunyai anak.
Kemungkinan anak tersebut yang menuntut balas dendam. Informasi yang lebih
mengejutkan lagi, Ibu anak Singo Balang adalah anggota dari Tiga Perguruan.
Apakah ada pengkhianat di antara mereka? Limpapeh menyusun strategi untuk menangkap anak
dari Singo Balang. Kejahatan Singo Balang jangan sampai dihidupkan kembali oleh
darah dagingnya.
Singo Balang menguasai silat sama pandainya dengan
guru-guru di Tiga Perguruan. Keahliannya digunakan untuk kejahatan. Ia bisa
menghisap intisari kehidupan manusia dan menjadikan orang tersebut kaki
tangannya. Membunuh, jual beli narkotika, merusak generasi penerus bangsa.
Kekuatan anak buahnya ada di diri Singo Balang. Jika Singo Balang mati, mereka
pun musnah. Seharusnya begitu. Situasi berubah dengan adanya anak Singo Balang. Tanda-tanda kehadiran anak buah Singo Balang diketahui melalui
rajah melati di lengannya. Uniknya anak Singo Balang tidak terdeteksi oleh
Limpapeh. Kenapa bisa sampai luput?
Di luar dunia persilatan, Limpapeh menjelma gadis biasa
yang bernama Shaira. Kekuatannya tidak
diketahui orang awam. Limpapeh memutuskan memulai pencarian anak Singo Balang
dari Bukittinggi. Jika siang hari, ia berbaur dengan turis lokal di Pasar Ateh,
Bukittinggi. Saat malam, ia melacak jejak ke dalam Lubang Jepang. Dalam
pencariannya Shaira bertemu dengan Arun, lantas mereka berdua jatuh cinta.
Bagaimana akhir pencarian Limpapeh Gunuang Singgalang ?
Saya jarang membaca genre fiksi silat. Kupu-kupu Fort de
Kock ini mengingatkan kembali dengan cerita-cerita silat yang saya baca waktu
kecil karya Bastian Tito. Dengan adanya beberapa karakter perempuan yang jago
silat memberikan pandangan lain perempuan pun bisa menjadi bersilat setangkas
laki-laki. Penulis tidak hanya lihai menuliskan pertempuran yang detail tetapi
juga membahas filosofi-filosofi silat khususnya silek Minangkabau. Di antaranya
yaitu silek lintau, silek sitalarak,silek kumango, silek harimau dan lain-lain.
"Bagaimanapun, silat bukan untuk
dipamerkan, ia hanya alat untuk menegakkan kebenaran".
No comments:
Post a Comment
Thank your for leaving comment. :)