Pages

Thursday, December 27, 2012

Secret Santa BBI 2012

Yeaaaay. Akhirnya buku dari Secret Santa sudah datang. 

Aku baru pertama kali mengikuti event Secret Santa Blogger Buku Indonesia (BBI) 2012. Anggota BBI yang ikut akan mengirimkan buku yang ada di wishlist si X. Siapa yang menjadi Santa dan X sudah diundi oleh panitia SS yaitu Ndari dan Oky. Namanya juga “Secret” jadi untuk mengirimkan paketnya hanya tertulis 'Santa', identitas pengirim disembunyikan melalui ‘riddle’ yang berupa petunjuk nama si Secret Santa tersebut. Aku termasuk yang pusing waktu nyusun riddle buat X. Hehehe. 

Thanks ya Santa udah kasih ‘The Naked Traveler 4 – Trinity’. Udah jadi wishlistku dari buku ini diterbitkan.

Kalau liat resinya siy hanya tertulis “Santa – Jakarta”. Tapi kalau diperhatikan lebih seksama kelihatan Tiki cabang mananya langsung aku terpikir satu orang. Biar lebih pasti coba lihat riddlenya dulu. Susah engga ya riddle nya Santa? Bingo! Aku tahu siapa kamu. ;) Mwihihihihi





Wednesday, December 19, 2012

The Fault in Our Stars

The Fault in Our StarsThe Fault in Our Stars by John Green


My rating: 4 of 5 stars





LIVING OUR BEST LIFE TODAY

Pertama kali Hazel Grace didiagnosa kanker tiroid stadium IV pada usia 13 tahun.  Lalu tumor menyebar ke paru-paru. Keajaiban terjadi pada Hazel Grace ketika Phalaxinfor, obat yang masih dalam percobaan,bisa menghentikan pertumbuhan tumornya. Hazel tidak lepas dari tabung oksigen untuk membantunya bernapas. Untuk mengurangi depresi, Hazel diminta ibunya untuk bergabung dengan Support Group. Dalam Support Group ini,Hazel bertemu dengan pasien-pasien kanker lainnya. Isaac yang menderita kanker mata. Dan seorang cowok yang memandang Hazel dengan tajam,dia lah Augustus Waters. Augustus adalah cancer survivor dari osteosarcoma, kanker tulang dan telah kehilangan satu kakinya. Augustus bergabung dengan Support Group karena dorongan temannya,Isaac.

Hazel beruntung dianugerahi orang tua yang menyayanginya. Hazel adalah putri tunggal. Ibunya setia mendampinginya. Seperti remaja lainnya kadang-kadang Hazel bersitegang dengan orang tuanya,yang penyebabnya berkaitan dengan kondisinya  “You are not a grenade, not to us. Thinking about you dying makes us sad, Hazel, but you are not a grenade. You are amazing. You can’t know, sweetie, because you’ve never had a baby become a brilliant young reader with a side interest in horrible television shows, but the joy you bring us is so much greater than the sadness we feel about your illness.

Hazel mempunyai buku favorit An Imperial Affliction yang ditulis oleh Peter Van Houten. Buku ini menghantarkan dia dengan kisah yang manis bersama Augustus Waters. Mereka penasaran dengan ending yang menggantung. Sementara Peter Van Houten telah pindah ke Belanda dan tidak menerbitkan karya lagi. Augustus dapat menghubungi Peter Van Houten melalui email. Peter tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Hazel.  Mereka harus datang ke Amsterdam dan menemui Peter Van Houten sendiri.

Perjalanan ke Amsterdam memerlukan persiapan yang matang. Dokter memastikan kondisi Hazel aman untuk bepergian jauh. Sayang sekali, sambutan Peter tidak menyenangkan dan membuat Hazel menangis. Ada satu berita yang mengkhawatirkan yaitu kanker kembali hadir di tubuh Augustus.

Hazel mencoba menyemangati Augustus untuk terus berjuang. “You get to battle cancer. That is your battle. And you’ll keep fighting.” Namun Augustus seperti sudah mengetahui ujung dari perjuangannya.“What am I at war with? My cancer. And what is my cancer? My cancer is me. The tumors are made of me. They’re made of me as surely as my brain and my heart are made of me. It is a civil war, Hazel Grace, with a predetermined winner.

Bagaimana ya melukiskan perasaan setelah baca buku ini, susah untuk dijelaskan.

Sudah lama saya ingin membaca buku ini. Review dari book blogger membuat saya penasaran disamping cover bukunya yang menarik hati, awan dan biru.  Harga buku hardcovernya lumayan mahal buat saya, saya pikir lebih baik membeli versi paperbacknya saja. Setiap mampir ke toko buku di bandara,saya mengecek apakah sudah ada edisi paperback atau belum. Yahh masih belum terbit juga. >.< Akhirnya mendapat kiriman ebook dari mbak Desty. Thanks you so much mbak. :)  The Fault in our stars telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan tidak lama lagi akan terbit. Jujur saja saya kaget melihat cover bahasa Indonesianya yang ummm..ummm..kok gitu ya? 

Monday, December 17, 2012

Pulang


PulangPulang by Leila S. Chudori


My rating: 5 of 5 stars




"Bagaimana caranya memetik Indonesia dari kata I.N.D.O.N.E.S.I.A ?"



Disaat meletusnya peristiwa 30 September 1965, Dimas Suryo berada di Chili menggantikan Hananto Prawiro untuk menghadiri konferensi wartawan internasional.  Kondisi di Jakarta mencekam. Segala sesuatu yang berhubungan dengan partai komunis (anggota partai, simpatisan dan keluarga) diamankan. Kantor Berita Nusantara yang dekat dengan partai komunis kiri tak luput digulung tentara. Sebelum terjadi peristiwa 30 September, meja redaksi  Kantor Berita Nusantara terbelah menjadi dua kubu. Kubu pengagum PKI dan kubu yang gerah dengan segala sesuatu yang berbau kiri. Dimas tidak menetapkan pilihannya di kubu mana pun. Ia mempunyai pemahaman ideologi sendiri. Dimas berkawan dekat dengan Hananto Prawiro dan Nugroho yang 'kiri' tapi juga sering berdiskusi dengan yang mempunyai pandangan kebalikan seperti Bang Amir.  

Dimas, Nugroho dan Risjaf sangat cemas di luar negeri karena komunikasi ke Indonesia sangat sulit dilakukan. Hananto Prawiro termasuk dalam daftar orang yang dicari. Tentara menginterogasi Surti Anandari, istrinya, bersama ketiga anaknya yang masih kecil-kecil. Paspor Dimas, Nugroho, dan Risjaf dicabut yang seketika membuat mereka hilang kewarganegaraan dan tanpa identitas.  Mereka terlunta-lunta di negeri orang.  Pintu pulang ke rumah tertutup. Dari Santiago, Havana, dan Peking, Perjalanan Dimas bersama ketiga temannya, Nugroho, dan Risjaf berakhir di Paris, Perancis. Tjai menyusul kemudian,sebelumnya ia berhasil menyelamatkan diri ke Singapura.

Le coup de foudre,cinta pada pandangan pertama. Demikian lah Vivienne Deveraux menggambarkan pertemuannya dengan Dimas di tengah unjuk rasa mahasiswa Paris 1968. Dimas menikah dengan Vivienne. Bersama ketiga sahabatnya, Dimas mendirikan restoran masakan Indonesia yang diberi nama ‘Restoran Tanah Air’. Dimas, Nugroho,Tjai dan Risjaf dikenal dengan empat pilar tanah air. Walaupun Dimas sudah menikah dengan wanita perancis dan dikaruniai seorang putri bernama Lintang Utara, ia tidak merasa Paris telah menjadi rumah baginya. Hatinya tetap terpaut dengan tanah kelahirannya yang jauh. Aroma Indonesia hadir dalam bentuk toples cengkeh dan kunyit di rumah Dimas. 

Lintang Utara mendapatkan tugas akhir untuk membuat film dokumenter. Awalnya Lintang ingin menyorot kehidupan imigran aljazair di Perancis. Dosennya, Monsiuer Dupont,menyarankan Lintang untuk melihat ke dalam dirinya dan lebih menggali akarnya, Indonesia. Bagi Lintang, Indonesia tanah air ayahnya hanya dikenal dari buku-buku ayah dan cerita dari ayah dan Om-om restoran tanah air yang terhenti di tahun 1965.  Lintang memutuskan untuk mengunjungi Indonesia.


"Katakan, apakah sebuah pohon yang sudah tegak dan batang rantingnya menggapai langit kini harus merunduk,mencari-cari akarnya untuk sebuah nama? Untuk sebuah identitas?". 
(Lintang Utara @ Pemakaman Pere-Lachaise)

Tahun 1998 Situasi Indonesia sedang tidak stabil secara ekonomi dan politik. Mahasiswa turun ke jalan dan menuntut penguasa orde baru mundur sebagai presiden Indonesia. Lintang mulai membuat filmnya dengan dibantu oleh Segara Alam. Ternyata melakukan wawancara mantan tahanan politik atau keluarganya tidak lah mudah. Banyak yang masih takut untuk menyuarakan ketidakadilan yang mereka alami selama bertahun-tahun. Salah satu narasumber yang berani berkomentar adalah Surti Anandari, ibu dari Segara Alam. Pasca peristiwa 30 September 1965, Surti diinterogasi berkaitan dengan kegiatan suaminya, Hananto Prawiro. Karena tugas film dokumenternya ia sempat diincar oleh 'lalat - lalat' intel. Tensi politik semakin tinggi dan kerusuhan mulai menyebar di Jakarta. 

Dimas mencoba mengunjungi Indonesia dengan paspor Perancis yang didapatkannya dari suaka politik. Dari mereka berempat hanya Risjaf yang mendapat kesempatan berkunjung ke Indonesia. Entah apa sebabnya. Berkali-kali mencoba,Dimas tetap tidak mendapatkan visa ke Indonesia. Boleh saja ia ditolak oleh pemerintah Indonesia tetapi ia tidak ditolak oleh tanah airnya. Dimas Suryo hanya ingin kembali ke rumah. "Aku ingin pulang ke rumahku, Lintang. Ke sebuah tempat yang paham bau, bangun tubuh, dan jiwaku. Aku ingin pulang ke Karet".

Novel ini mengambil latar belakang tiga peristiwa bersejarah yaitu peristiwa 30 September 1965, aksi mahasiswa perancis Mei 1968, dan jatuhnya pemerintahan orde baru 1998. Tema sejarah yang diangkat tidak lah ringan tetapi Leila S Chudori menuliskannya dengan bahasa yang mengalir sehingga enak dibaca. Ketika saya pertama kali membaca  sinopsis 'Pulang',saya langsung teringat dengan restoran Indonesia yang di Paris. Ternyata memang kisah dari Umar Said (Alm), Sobron Aidit (Alm), Kusni Sulang sebagai eksil politik menjadi salah satu inspirasi novel ini. 

Soft Launching novel 'Pulang' di Festival Pembaca Indonesia 2012

Emosi campur aduk ketika membacanya. Peliknya kehidupan empat pilar tanah air sebagai eksil politik di Paris diselingi kisah keseharian mereka yang kadang-kadang menghibur. Selain persoalan politik,terdapat konflik keluarga dan percintaan tokoh-tokohnya. Setting yang diambil di Paris bukan lah ikon kota yang terkenal seperti Menara Eiffel tetapi Pemakaman Pere-Lachaise, pemakaman sastrawan-sastrawan dunia. Dimas dan Lintang sering mengunjungi pemakaman ini dan menjadi tempat favorit Lintang untuk menyendiri. 

'Pulang' hadir berdekatan dengan 'Amba' yang ditulis Laksmi Pamuntjak yang keduanya telah saya baca. Dengan tema yang kurang lebih sama, masing-masing cerita mempunyai kekuatan sendiri. Jika ditanya mana kah yang lebih disukai, saya akan memilih 'Pulang'. Satu lagi yang saya sukai dari novel ini dan patut dikasih jempol adalah ilustrasinya. Keren!

Tuesday, December 11, 2012

Lidah Sembilu

Lidah SembiluLidah Sembilu by Damhuri Muhammad

My rating: 5 of 5 stars

“Bukankah kau telah menabung luka selama bermusim-musim? Mengacalah pada bekas luka-luka itu! Kelak lidahmu bakal fasih merangkai kisah”, Kisah yang Terkubur.


Lidah Sembilu adalah kumpulan 16 cerpen dari Damhuri Muhammad. Secara garis besar dari kumpulan cerpen ini saya kategorikan dalam dua tema.

Pertama tentang hal-hal gaib yang bersifat percaya tidak percaya termasuk dalam kategori ini ; Tuba, Perempuan berkerudung api, Buya, dan Lidah Sembilu. Cerpen Tuba,kisah bupati yang mati konon diguna – gunai karena ia terlalu lurus. Ia tidak membangun kampung kelahirannya setelah terpilih jadi bupati karena kampung kelahirannya berstatus sama dengan kampung – kampung yang lain. Cerpen Perempuan berkerudung api tentang Nilam Sari,gadis cantik dan siap menikah namun setiap lelaki yang meminangnya lari tunggang langgang sebelum akad nikah. Cerpen Buya,cerita seorang dipanggil ‘Buya’ yang memiliki tujuh bayangan. Dia menghilang terakhir kali bersamaan dengan kebakaran di Ka’bah, Mekkah. Cerpen Lidah sembilu yang menjadi judul dari kumpulan cerpen ini bercerita tentang seorang perempuan yang memasang susuk di lidahnya. Lidah yang lunak ini bisa mengiris-iris tajam hati pria yang mencintainya.

Kedua tentang merantau. Cerpen Taman Benalu, Menantu Baru, Anak Peluru, dan Merantau Cina membahas tema ini. Walaupun tidak hanya orang Minang saja yang merantau tapi merantau sudah menjadi ciri khas dari orang Minang. Kecemasan orang tua pada anak yang hidup di perantauan, takut anak cucunya putus dari kampung halamannya dan lupa dengan ‘akar’nya. Seperti anak peluru, yang sekali dilepaskan tidak kembali ke moncong senapan. Ketika anak-anak muda merantau, orang-orang pendatang di kampung lambat laun justru menjadi orang yang lebih baik dari segi ekonomi. Seakan-akan tidak menjadi tuan di rumah sendiri. Pulang kampung untuk menengok orang tua saja jarang dilakukan bagaimana selepas orang tua meninggal dunia. Harta warisan seperti rumah, sawah mungkin menjadi simpanan terakhir yang menghubungkan perantau dengan kampung halamannya. Beberapa tokoh utama dari kumpulan cerpen ini antagonis membuat tema tersebut diulas dari perspektif yang berbeda.

Di luar dari dua kategori diatas ada dua cerpen yang menarik buat saya yaitu Rindusorang dan Kisah yang Terkubur. Di cerpen Rindusorang yang berlatar belakang di kota yang dijuluki ‘Serambi Mekkah’ terdapat perubahan pergaulan anak mudanya. Yang agak beda yaitu cerpen Kisah yang Terkubur yang mengambil setting di Aceh. Kisah yang bikin bergidik mengenai tindak kekerasan yang dilakukan oleh tentara.

Ini pertama kalinya saya membaca karya Damhuri Muhammad. Buku ini salah satu buku yang saya dapatkan dari meja bookswap IRF 2012, masih berplastik mulus. Covernya tidak biasa menarik perhatian saya dan ditambah lagi membaca endorse di cover belakang yang menyebut kata ‘Minangkabau’. Mungkin sebagai pembaca yang latar belakang sama,cerpen-cerpen Damhuri Muhammad (khususnya yang mengulas tentang merantau) tidak sekedar cerita. Dalam bentuk lain saya menjumpai cerita tersebut dalam bentuk nyata.

Monday, December 10, 2012

Ayahku (Bukan) Pembohong


Ayahku (Bukan) PembohongAyahku (Bukan) Pembohong by Tere Liye


My rating: 3 of 5 stars





Dam, anak yang dibesarkan dengan kisah-kisah yang diceritakan oleh ayahnya. Ayahnya pandai bercerita. Dengan pengelanaan masa mudanya, ayah membawa Dam ke kisah Apel Emas Lembah Bukhara, Suku Penguasa Angin. Keluarga mereka hidup dengan sederhana. Walaupun Ayah lulusan terbaik master hukum luar negeri, ia memilih menjadi pegawai negeri biasa. Pesan-pesan dari kisah tersebut diamalkan dengan baik oleh Dam dalam menghadapi keusilan teman sekolahnya Jarjit. Jarjit berasal dari keluarga kaya dan sering mengolok-olok Dam dengan sebutan ‘keriting pengecut’. Bukankah ayah pernah bercerita bahwa suku penguasa angin bisa bersabar walau beratus tahun dizalimi musuh-musuh mereka? Suku itu paham, terkadang cara membalas terbaik justru dengan tidak membalas.

Dam melanjutkan sekolah ke Akademi Gajah, sekolah asrama di luar kota. Dam harus berpisah dengan orang tuanya dan hanya pulang ke rumah saat liburan. Di asrama sesekali Dam melanggar peraturan misalnya dengan menggelar nonton bareng pertandingan sepak bola. Dam suka menonton pertandingan sepakbola apalagi jika idolanya yang juga keriting si El Capiten. Dihukum oleh kepala sekolah tidak membuat Dam kapok. Sewaktu temannya Retro ulang tahun,Dam menggelar pesta ulang tahun di kamar asrama. Sudah pasti keduanya dijatuhi hukuman. Kali ini mereka berdua dihukum untuk membersihkan perpustakaan sekolah. Ada udang di balik batu. Dam tidak tampak seperti orang yang menjalani hukuman. Dengan hukuman tersebut Dam memiliki banyak waktu untuk menggambar desain perpustakaan sekolah yang ia kagumi. Penjaga perpustakaan sekolah kurang ramah dan menyebalkan apalagi melihat murid yang bermain-main di daerah kekuasaannya. Setelah tugas mereka selesai, Dam akan menggambar dan Retro memilih untuk membaca. Retro menjelajahi sudut-sudut perpustakaan yang membawanya ke sebuah rak kecil dengan buku-buku yang sudah tua dengan halaman yang menguning. Dam tidak peduli dengan bacaan Retro. Hingga dia menyadari salah satu judul buku yang dibaca Retro terasa akrab sekali dengannya. Buku itu berjudul Apel Emas Lembah Bukhara.

Selama ini kisah-kisah yang diceritakan ayah terasa nyata. Karena ayahnya tidak sekadar bercerita tetapi ikut berada dalam kisah-kisah tersebut. Ayah yang memakan apel emas Lembah Bukhara. Ayah yang bertemu dengan suku penguasa angin. Ayah yang bertemu dengan El Capiten kecil, idola Dam. Dam mempercayai setiap kata yang diucapkan Ayah. Dan ketika membaca kisah-kisah tersebut hatinya mulai meragukan cerita masa kecilnya tersebut. Apakah Ayah berbohong? Orang yang dikenal jujur dengan integritas tinggi membohongi anaknya sendiri?

Semenjak kepergian ibunya, Dam memutuskan untuk tidak mempercayai cerita-cerita Ayah. Kepergian ibu meninggalkan kehilangan yang berarti bagi Dam. Setelah lulus dari akademi gajah, Dam melanjutkan kuliah di jurusan teknik arsitektur. Dam tidak kembali ke rumah orang tuanya. Dam menikah dan memiliki dua orang anak, Zas dan Qon. Ayahnya mengulang kembali kisah-kisah masa kecilnya kepada anak-anaknya yang sangat antusias mendengarkannya. Dam tidak menyukai hal tersebut karena berpendapat kisah-kisah tersebut adalah bualan omong kosong ayahnya. Dam tidak menyadari dari kisah-kisah tersebut ia tumbuh menjadi anak yang baik, ringan tangan dan sering berbagi. Dam juga tidak menyadari sketsa-sketsa karyanya berasal dari kisah-kisah masa kecilnya. Pertanyaanya apakah betul ayah berbohong?

Tidak biasanya Tere Liye menuliskan epilog dibalik penulisan novel ini,bagaimana ide ini telah ada dikepalanya. Sebelum novel ini diterbitkan draftnya dikirimkan ke sejumlah pembaca. Ada beberapa tanggapan bahwa novel ini mengingatkan mereka dengan cerita Big Fish. Saya belum membaca cerita Big Fish jadi tidak akan ikut berkomentar mengenai hal tersebut. Ketika membaca mengenai sekolah Dam, akademi gajah, saya malah teringat dengan Hogwarts-nya Harry Potter.

Ada banyak inspirasi dari kisah – kisah yang diceritakan Ayah Dam. Saya kutip beberapa yang saya sukai.

“Bangsa yang korup bukan karena pendidikan formal anak-anaknya rendah, tetapi karena pendidikan moralnya tertinggal, dan tidak ada yang lebih merusak dibandingkan anak pintar yang tumbuh jahat. Orang-orang dewasa yang jahat sulit diperbaiki meski dihukum seratus tahun, jadi berharaplah jadi generasi berikutnya perbaikan akan datang”.

“Hakikat sejati kebahagiaan itu berasal dari hati. Kita tidak akan pernah merasakan kebahagiaan sejati dari kebahagiaan yang datang dari luar hati kita. Mata air dalam hati itu konkret. Bahkan ketika musuh mendapat kesenangan,kita bisa ikut senang karena hati kau lapang dan dalam. Sementara orang yang hatinya dangkal,sahabat baik mendapat nasib baik, segera iri hati dan gelisah. Itulah hakikat sejati kebahagiaan. Ketika kau bisa membuat hati bagai danau dalam dengan sumber mata air sebening air mata memperolehnya tidak mudah, kau harus terbiasa dengan kehidupan bersahaja, sederhana dan apa adanya. Kau harus bekerja keras, sungguh-sungguh dan atas pilihan sendiri memaksa hati kau berlatih”.

Tuesday, December 4, 2012

Tiga Manula Jalan - jalan ke Pantura

Tiga Manula Jalan-jalan ke PanturaTiga Manula Jalan-jalan ke Pantura by Benny Rachmadi

Penerbit : Penerbit KPG

My rating: 4 of 5 stars



Lanjutan dari kisah persahabatan tiga aki-aki kocak; Waluyo, Liem, dan Sanip. Waluyo rindu kampungnya, Tingal, yang telah ditinggalkan selama empat puluh tahun. Liem berinisiatif mau mengantarkan Waluyo pulang kampung. Masalahnya Waluyo lupa letak Tingal ada dimana antara di Jawa Tengah atau di Jawa Timur. *Hadeuh,namanya juga kakek-kakek* Dimulai lah perjalanan mudik dari Jakarta menyusuri jalur pantai utara pulau Jawa.

Di Pantura kita akan menjumpai fenomena sosial yang sering kita lihat seperti pasar tumpah, truk gandeng, pungutan liar oleh petugas DLLAJ, peminta sumbangan. Fenomena-fenomena ini digambarkan dengan jenaka tapi 'mengena'. Selain itu,keunikan masing-masing kota yang disinggahi juga diulas. Bagi saya yang jarang melewati jalur pantura, keunikan tersebut informatif. Contohnya kuliner-kuliner khas pantura seperti nasi jamblang di Cirebon,kupat glabed di Tegal,sate blengong di Brebes, nasi gandul di Pati. Dari Jakarta hingga Trowulan,ibukota kerajaan Majapahit, Ada-ada saja tingkah lucu tiga manula ini. Berhasilkah tiga manula sampai ke Tingal ?. Ayo Mbah coba diinget-inget dulu ya. ;)

Salah satu bagian cerita yang saya sukai yaitu ketika tiga manula saat sedang berada di Cirebon.

"Mega Mendung"

Waluyo : bentuk awan di cirebon itu beda,ya..
Liem : apa bedanya? Dimana-mana bentuk awan ya sama aja...
Sanip : Dari Depok ampe London gitu-gitu aje,wal!
Waluyo : kalian mesti melihat dengan mata batin yang peka
Liem : ngeliat awan aja ribet.. Beda apa sih?
Sanip : Au,ah!
Waluyo : cuma orang-orang tertentu yang bisa lihat.*melihat awan yang tampak seperti motif batik awan megamendung*

Sebenarnya saya bukan pengkoleksi komik,suka sayang beli mahal-mahal tapi dibaca sebentar sudah tamat. Semenjak Benny Rachmadi menerbitkan ‘Tiga Manula jalan-jalan ke Singapura’, saya jadi ngefans sama aki-aki ini. Tidak hanya karena guyonannya menghilangkan stress tapi juga mengandung kritik. Semoga perjalanan Tiga Manula berlanjut ke kota-kota lain ya. Saran: keliling Indonesia pasti seru tuh. :)


View all my reviews