Pages

Wednesday, August 31, 2016

[Bookshop Trip] Gerakbudaya Bookshop


Gerakbudaya Bookshop berdiri sejak tahun 2014 di George Town, Penang. Tidak sulit menemukan toko buku yang letaknya di daerah Mesjid Kapitan Keling ini. Bersinergi dengan kehidupan George Town yang kental budaya dan sejarah, Gerak Budaya Bookshop menyediakan buku-buku yang dikurasi dengan baik. We are passionate about the books that matter, begitu lah moto dari Gerakbudaya Bookshop.

 Toko buku independen yang wajib dikunjungi di George Town

Toko buku beroperasional dari jam 11.00 – 20.00 waktu setempat. Interior Gerak Budaya memberikan aura yang hangat untuk disinggahi. Buku-buku tentang sejarah Penang ditampilkan di display jendela. Di beranda luar terdapat kotak untuk buku-buku bekas. Bel langsung berdering ketika saya membuka pintu. Perhatian saya langsung tersedot ke bagian rak Fiction & Poetry. Buku-buku dari penulis dunia, nobelis sastra, dan award winner mengisi rapat rak-rak buku. Gerak Budaya tidak lupa menampilkan karya-karya penulis dari Malaysia, baik yang berbahasa Melayu maupun  bahasa Inggris. Saya juga menjumpai karya beberapa penulis Indonesia di rak buku Malay Books. Koleksi non fiksi terdiri dari buku seni, sejarah, budaya, sosial, politik dari Malaysia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.

closer look of the bookshop

Buku-buku sastra di Gerak Budaya Bookshop menggiurkan. Saya senang bisa menemukan judul-judul yang sulit ditemui. Mungkin karena judul tersebut bukan karya masterpiece atau karya-karya pertama dari penulis sebelum mendapatkan pengakuan dunia yang tidak terlalu komersil dari segi bisnis. Kalau pun pernah saya temukan di toko buku impor Jakarta, harganya sungguh menguras dompet. Setelah saya hitung-hitung harga buku impor di Gerak Budaya lebih murah 50-60 ribuan dari toko buku Jakarta. Saya menyimpan beberapa judul buku yang ingin saya beli. Dua hal yang membuat saya berpikir dua kali beli buku adalah uang tunai Ringgit yang sudah menipis dan bagasi pesawat. Dengan belanjaan buku dari Chowrasta Market saya khawatir tas backpack saya akan melebihi kapasitas maksimum kabin pesawat yaitu 7 kg. Saya memang tidak membeli paket bagasi pesawat. Barang bawaan harus dipacking dengan cermat.

 Lovely bookshop
 
I spotted Indonesian authors


Saya kembali datang ke Gerak Budaya setelah menanyakan apakah bisa membayar dengan kartu kredit keluaran Indonesia. Kartu kredit saya tinggalkan di penginapan. Untung lah jarak toko buku dari penginapan tidak jauh. Setengah jam menjelang tutup, Gerak Budaya hanya diisi dengan Aunty kasir dan temannya dan saya sendiri yang sedang asyik browsing buku. Saya membeli dua novel Gabo dan satu novel Orwell. Belanjaan saya dibungkus kantong kertas plus bonus beberapa bookmark sastrawan dunia.

Love it!

Saya terlibat percakapan yang menarik dengan Aunty mengenai kuliner, buku dan penulis Indonesia. Novel Eka Kurniawan katanya langsung cepat habis begitu tiba di Gerak Budaya. Perbincangan pun bergeser ke kuliner Indonesia terutama salah satu dari mereka pernah tinggal di Medan. Saya meminta selfie dengan mereka berdua tetapi Aunty rupanya malu. Hihihi. Jadi saya hanya selfie dengan Kakak yang mengucapkan selamat hari kemerdekaan Indonesia buat saya. Ah jadi terharu. :’)

 selfie @ bookshop :)

Bisa berkunjung di Website Gerakbudaya bookshop disini

Monday, August 29, 2016

[Bookshop Trip] Hunting Buku di Chowrasta Market


Pertama mengetahui info pedagang buku di Chowrasta Market dari booklet pariwisata Penang yang saya dapatkan dua tahun lalu. Chowrasta Market merupakan pasar tradisional di George Town yang berdiri dari tahun 1800an.  Bangunan dua lantai ini terdiri dari lantai bawah untuk pasar “basah”, bahan makanan dan oleh-oleh makanan khas Penang, dan lantai atas untuk toko baju, sepatu, dan buku.  Jarak ke Chowrasta tidak terlalu jauh dari halte bus. Sepintas saya jadi teringat dengan pasar tradisional di Jakarta. Saya langsung naik ke lantai dua melalui tangga samping. Saya bisa melihat toko buku dari kejauhan walaupun posisinya berada di ujung. Pasar ini sedang dalam proses renovasi. Banyak kios yang kosong atau sedang diperbaiki. Toko buku di Pasar Chowrasta relatif lebih sepi dari turis. 

 Toko Buku @ Chowrasta Market, Penang

Saya memasuki salah satu toko buku bekas yang rupanya adalah toko buku yang diulas booklet pariwisata yang saya punya. Koleksi bukunya diatur berdasarkan genre dan penulis. Sebagian besar buku-bukunya adalah second hand tetapi ada juga yang masih baru. Untuk kategori buku bekas pun menurut saya kondisi bukunya masih bagus. Pandangan saya terpaut dengan novel George Orwell 1984 dan Animal Farm. Sayangnya saya sudah baca dan punya judul tersebut dan tidak ada judul lainnya dari George Orwell. Pakcik mulai menyodorkan buku-bukunya yang menurutnya sesuai dengan selera saya, yang beberapa di antaranya sudah saya baca atau sudah punya bukunya. Ia menunjukkan tumpukan buku sastra. Koleksi novel Haruki Murakami yang masih baru pun menggoda saya. 

 Susah menyembunyikan senyum bahagia

Saya ditanya suka buku seperti apa. Di hadapan tumpukan buku malah bingung menjawabnya karena saya lebih suka mengeksplore dan membaca judul-judul buku sendiri. “Literature”, jawab saya. Pakcik menyuruh saya mengikutinya. Saya melewati beberapa toko buku bekas lainnya. Jumlah pedagang buku di Chowrasta Market tidak terlalu banyak tetapi koleksi mereka dari lantai sampai langit-langit. Pakcik membuka rolling door sebuah kios dan menghidupkan lampu. “Silahkan tengok pelan-pelan. Ini dari atas sampai bawah, classic literature”, ujarnya sambil meninggalkan saya sendirian. Wooow! Novel-novel sastra klasik dari berbagai penulis dan edisi disusun berlapis dua. Rasanya sih ingin borong semua. Hahaha. Dari buku-buku sebelumnya, kondisi buku sastra klasiknya lebih jadul dan berdebu tapi masih layak dibaca. Dengan menimbang faktor budget dan judul yang jarang saya temui di toko buku Jakarta, akhirnya saya mengambil novel Virginia Woolf dan E.M Foster. 

 Classic Literature Section

Biarpun cuaca Penang memang panas dan gerah di siang hari, jangan takut kegerahan di dalam pasar. Kipas angin di toko buku distel kencang cukup memberikan kesejukan. Saya kembali ke toko buku Pakcik yang pertama tadi. Rekan travelling saya menunggu disana, ia pun ikut memilih buku. Belanjaan awal saya tadinya adalah lima novel dari Arundhati Roy, Isabel Allende, Agatha Christie, Virginia Woolf dan E.M Foster. Harga novel dibuka kisaran 15-20 Ringgit, jika dikonversi ke rupiah sekitar 50-60ribuan. Murah atau mahalnya jika dibandingkan dengan hunting buku di Indonesia sih relatif ya menurut saya. Dari proses tawar menawar sudah sepakat lima novel tersebut 65 ringgit. Saya baru ngeh dengan judul-judul Agatha Christie yang tidak familiar bagi saya adalah novel Agatha Christie dengan nama pena Mary Wesmacott. Aaak kenapa baru nyadar belakangan. Jadi lah buku yang sudah dibungkus saya keluarkan lagi dan menghitung ulang belanjaan saya.

 Akhirnya beli novel Mary Wesmacott a.k.a Agatha Christie 

Overall, saya happy memperoleh buku-buku yang sudah lama di wishlist saya. Karena keterbatasan waktu saya tidak mampir-mampir lagi ke toko buku lainnya.

 Penampakan Chowrasta Market dari luar