Judul buku : Please Look After Mom
Penulis : Kyung-Sook Shin
Penerbit : Vintage Books
Tahun Terbit : 2012
Jumlah Halaman : 274
Penulis : Kyung-Sook Shin
Penerbit : Vintage Books
Tahun Terbit : 2012
Jumlah Halaman : 274
Ibu hilang. Ia terpisah dari ayah di
stasiun Seoul. Ibu dan ayah datang berkunjung dari kampung halaman. Ayah
baru menyadari Ibu tidak berada di belakangnya setelah pintu kereta subway
tertutup. Ibu sudah tidak ada di stasiun saat ayah kembali menjemputnya.
Jejaknya lenyap tak berbekas. Ibu tidak pernah bepergian sendiri di Seoul, biasanya
salah satu anak selalu menjemputnya. Keluarga mencetak selebaran memakai foto
lama ibu dengan imbalan hadiah sebesar lima juta won. Hilangnya ibu
membangkitkan kenangan-kenangan yang tidak diduga akan diingat kembali oleh
suami dan anak-anaknya. Pencarian ibu sebagian besar dilakukan oleh Chi-hon dan
Hyong-chol.
Chi-hon adalah anak ketiga yang
berprofesi sebagai penulis. Waktu kejadian ibu hilang di stasiun, ia sedang dalam
tur promosi buku di Beijing. Beberapa tahun belakangan ini, Chi-hon mengetahui ibu
tidak sesehat yang ia katakan di telepon pada Hyong-chol. Saat mendadak
berkunjung , Chi-Hon mendapati rumah berantakan dan ibunya tergolek sakit. Ibu tampak
seperti kehilangan orientasi waktu dan tempat, mengeluhkan sakit kepala
terus-menerus tetapi menolak dibawa ke dokter. Semasa remaja, Chi-hon
menyaksikan bagaimana ibu sangat kehilangan anak-anak laki-lakinya terutama Hyong-chol
meninggalkan rumah. Ibu sehari-hari bekerja keras di ladang. Ia tidak bisa
membaca dan menulis. Chi-hon yang bertugas membacakan dan membalas surat-surat
Hyong-chol dari Seoul.
Hyong-chol, anak laki-laki pertama
sekaligus anak emas Ibu selalu menjadi juara kelas di sekolah. Sebagai anak
sulung, Hyong-chol diharapkan menjadi teladan buat adik-adiknya. Kedekatan
emosional Hyong-chol dengan Ibu juga berasal dari keberhasilan mereka melalui
masa-masa sulit saat Ayah mempunyai wanita lain dan meninggalkan rumah. Ibu
menyuruh Hyong-chol belajar sungguh-sungguh. Cita-cita Hyong-chol menjadi jaksa
didukung sepenuhnya oleh ibu. Bahkan suasana rumah pun dikondisikan tidak
mengusik ketenangan belajar Hyong-chol. Ia tidak membebankan pekerjaan ladang
dan rumah buat Hyong-chol, yang dipandang iri oleh adik-adiknya.
Sebagai menebus kegagalannya gagal
masuk perguruan tinggi, Hyong-chol mengikuti ujian pelayanan publik, yang
berhasil lulus dan ditempatkan di Seoul. Ibu kecewa dan merasa bersalah karena
ia tidak punya cukup uang untuk membayar kuliah Hyong-chol. Hyong-chol bekerja
keras dan mengambil kuliah hukum kelas malam. Ketika Hyong chol menginjak usia
24 tahun, Ibu membawa Chi-hon ke Seoul dan meninggalkan adiknya agar ia
mendapat pendidikan yang lebih tinggi, kemudian disusul lagi oleh datangnya
adik laki-laki mereka. Mereka bertiga tinggal berdesak-desakan di kontrakan
sempit.
Sosok ayah memang timbul tenggelam
di kehidupan mereka. Ayah mereka suka bepergian, kadang untuk waktu yang lama. Ibu
membesarkan anak-anaknya dengan keteguhan hati seorang ibu. Kemiskinan telah
mendominasi hidup ibu dari kecil. Walaupun ibu tidak berpendidikan, ia
menghargai tinggi pendidikan untuk anak-anaknya agar tidak bernasib sama dengan
ibu mereka. Sekarang seluruh anak ibu sudah mapan dengan pekerjaan dan memiliki
rumah yang layak di Seoul.
Kehidupan
terus berjalan sementara hari-hari ibu telah menghilang masuk hitungan bulan.
Pencarian polisi tidak membuahkan hasil. Iklan di koran pun tidak membantu.
Dari sekian informasi yang masuk dan tidak akurat, beberapa informasi
mengarahkan Chi-hon dan Hyong-chol ke daerah yang pernah mereka tinggali di
masa awal tinggal di Seoul. Energi mereka sudah terkuras. Rasanya sesal tidak
menjemput ibu dan ayah di stasiun menguasai Hyong-chol. Mereka tidak bisa
menghindari refleksi atas pengorbanan yang telah dilakukan ibunya di sepanjang
hidup mereka. Pikiran
mereka masih bertanya-tanya dimana ibu dan bagaimana kondisinya.
Sudah seperti hukum alam bahwa
manusia baru menyadari makna seseorang setelah mereka pergi. Momen yang
dianggap biasa saja akan menjadi begitu bernilai setelah kita jauh berjalan dan
melihat ke belakang dengan perspektif berbeda. Sebagai orang timur, pembaca
Indonesia tidak akan asing dengan nilai-nilai kekeluargaan yang diterapkan Ibu.
Please Look After Mom adalah Kisah keluarga yang mengharukan yang tidak
membuat menangis sesugukan tetapi perasaan nelangsa yang akan tetap tinggal
di hati dan muncul ke permukaan tanpa diduga-duga. Di beberapa bagian cerita
saya mudah terkoneksi dengan Hyong-chol seperti bagaimana anak sulung harus
bersikap dan tanggung jawabnya sebagai pengganti ayah dan ibu buat
adik-adiknya. Ah I feel you, Hyong-chol! Buku ini sudah lama berada di timbunan
saya tapi tidak menyesal kenapa tidak membaca dari dulu-dulu. Momen dan mood
yang tepat terkadang memberikan pengalaman baca yang optimal.
No comments:
Post a Comment
Thank your for leaving comment. :)