Pages

Tuesday, February 14, 2017

Between The Assassinations



Judul : Between The Assassinations
Penulis : Aravind Adiga
Penerbit : Atlantic Books
Tahun Terbit : 2010
Jumlah Halaman : 351



Selamat datang di kota di Kittur, sebuah kota pesisir barat daya India yang terletak di antara Goa dan Kalkuta. Pelancong direkomendasikan menginap minimal satu minggu untuk menjelajahi Kittur. Kota yang menjadi persilangan budaya, etnis dan agama menghadirkan kisah kehidupan manusia yang tidak kalah menarik dari tempat-tempat wisatanya.   


Di stasiun seorang anak laki-laki bernama Ziauddin bekerja di kedai teh, yang satu-satunya mempekerjakan muslim di daerah tersebut. Ziauddin rajin bekerja dan dikenal jujur sebelum akhirnya berubah sikap setelah kembali dari kampung halaman. Ziauddin membuat ulah, kedapatan mencuri dan membanggakan dirinya seorang Pasthun. Jika berjalan ke daerah pelabuhan akan menjumpai daerah yang dinamakan The Bunder, daerah mayoritas Muslim. Kerusuhan pernah pecah antara Hindu dan Muslim di daerah ini. Abbasi, pengusaha yang sedang menyuap pejabat agar ijin operasional pabrik tekstilnya berjalan mulus. Pabriknya ditutup setelah dua karyawan buta akibat pekerjaan. Abbasi mengeluarkan banyak uang untuk tiap-tiap orang, di berbagai tingkat dan instansi, agar bisa beroperasi lagi. Abbasi mengeluhkan lingkaran setan korupsi yang seakan tidak ada habisnya di Kittur.


SMA St Alfonso Putra merupakan sekolah terkenal dengan prestisius di Kittur. Alumni sekolahnya melanjutkan ke perguruan tinggi ternama. Bom rakitan meledak di kelas kimia Profesor Lasrado. Dugaan siapa dibalik teror menjadi perbincangan hangat. Tidak ada yang mengira seorang murid bertanggung jawab atas aksi tersebut. Shankara sakit hati dengan perlakuan yang diterimanya karena ibunya berasal dari kasta rendah, Hoyka. Ia kira dengan mengikuti pendidikan di sekolah yang dikelola Jesuit akan terbebas dari diskriminasi. Soal dirinya yang berdarah setengah Hoyka dan Brahmin sering diungkit-ungkit. 


Sebagian pendatang dari kampung awalnya akan mencari sanak keluarga di Kittur seperti kakak beradik Keshava dan Vittal. Mereka datang ke kota untuk bekerja. Kerasnya hidup di kota langsung dirasakan setelah Paman tidak berbasa basi dan langsung mempersilahkan mereka tidur di daerah terbuka. Istri pamannya pun tidak mau makan bersama karena kasta mereka yang lebih rendah. Hanya salah satu dari mereka yang bisa bekerja di toko Paman. Akhirnya Keshava mencari pekerjaan lain di terminal bus.


Gururaj Karamath, editor surat kabar lokal yang telah menjadi jurnalis setidaknya tiga puluh tahun. Idealisme yang diyakininya goyah saat bertemu dengan mantan prajurit Gurkha tua yang mengatakan apa yang ditulis di korannya adalah bohong. Ada kecelakaan yang melibatkan Tuan Engineer, orang paling kaya di Kittur, yang menewaskan orang lain. Dengan kekuasaan dan uang akhirnya laporan polisi berubah dari laporan pertama. Ketika Gururaj mulai memerintahkan reporternya investigasi, langkahnya langsung diberhentikan.oleh editor in chief.


Masih banyak cerita lainnya yang mengundang rasa penasaran dari paragraf pertama. Cerpen-cerpen Aravind Adiga ibarat masakan India yang kaya rempah. Bumbu ceritanya banyak; kemiskinan, korupsi, kesenjangan ekonomi, konflik sosial, keberagaman etnis dan agama. Aravind menuliskan secara gamblang dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Kittur masih terkotak-kotak prasangka atas agama dan kasta. 


Tidak ada judul di masing-masing cerita. Penanda satu cerita ke cerita lainnya adalah penjelasan dari bagian-bagian Kittur. Judul Between the assassinations diambil dari kurun waktu terbunuhnya perdana menteri India Indira Gandhi di tahun 1984 dan menyusul putranya Rajiv Gandhi yang dibunuh tahun 1991. Secara spesifik tidak ada kaitan langsung dua tokoh India tersebut dengan cerita mana pun. 

Monday, January 23, 2017

Please Look After Mom


12066325


Judul buku : Please Look After Mom
Penulis : Kyung-Sook Shin
Penerbit : Vintage Books
Tahun Terbit : 2012
Jumlah Halaman : 274


Ibu hilang. Ia terpisah dari ayah di stasiun Seoul. Ibu dan ayah datang berkunjung dari kampung halaman.  Ayah baru menyadari Ibu tidak berada di belakangnya setelah pintu kereta subway tertutup. Ibu sudah tidak ada di stasiun saat ayah kembali menjemputnya. Jejaknya lenyap tak berbekas. Ibu tidak pernah bepergian sendiri di Seoul, biasanya salah satu anak selalu menjemputnya. Keluarga mencetak selebaran memakai foto lama ibu dengan imbalan hadiah sebesar lima juta won. Hilangnya ibu membangkitkan kenangan-kenangan yang tidak diduga akan diingat kembali oleh suami dan anak-anaknya. Pencarian ibu sebagian besar dilakukan oleh Chi-hon dan Hyong-chol. 

Chi-hon adalah anak ketiga yang berprofesi sebagai penulis. Waktu kejadian ibu hilang di stasiun, ia sedang dalam tur promosi buku di Beijing. Beberapa tahun belakangan ini, Chi-hon mengetahui ibu tidak sesehat yang ia katakan di telepon pada Hyong-chol. Saat mendadak berkunjung , Chi-Hon mendapati rumah berantakan dan ibunya tergolek sakit. Ibu tampak seperti kehilangan orientasi waktu dan tempat, mengeluhkan sakit kepala terus-menerus tetapi menolak dibawa ke dokter. Semasa remaja, Chi-hon menyaksikan bagaimana ibu sangat kehilangan anak-anak laki-lakinya terutama Hyong-chol meninggalkan rumah. Ibu sehari-hari bekerja keras di ladang. Ia tidak bisa membaca dan menulis. Chi-hon yang bertugas membacakan dan membalas surat-surat Hyong-chol dari Seoul.

Hyong-chol, anak laki-laki pertama sekaligus anak emas Ibu selalu menjadi juara kelas di sekolah. Sebagai anak sulung, Hyong-chol diharapkan menjadi teladan buat adik-adiknya. Kedekatan emosional Hyong-chol dengan Ibu juga berasal dari keberhasilan mereka melalui masa-masa sulit saat Ayah mempunyai wanita lain dan meninggalkan rumah. Ibu menyuruh Hyong-chol belajar sungguh-sungguh. Cita-cita Hyong-chol menjadi jaksa didukung sepenuhnya oleh ibu. Bahkan suasana rumah pun dikondisikan tidak mengusik ketenangan belajar Hyong-chol. Ia tidak membebankan pekerjaan ladang dan rumah buat Hyong-chol, yang dipandang iri oleh adik-adiknya.

Sebagai menebus kegagalannya gagal masuk perguruan tinggi, Hyong-chol mengikuti ujian pelayanan publik, yang berhasil lulus dan ditempatkan di Seoul. Ibu kecewa dan merasa bersalah karena ia tidak punya cukup uang untuk membayar kuliah Hyong-chol. Hyong-chol bekerja keras dan mengambil kuliah hukum kelas malam. Ketika Hyong chol menginjak usia 24 tahun, Ibu membawa Chi-hon ke Seoul dan meninggalkan adiknya agar ia mendapat pendidikan yang lebih tinggi, kemudian disusul lagi oleh datangnya adik laki-laki mereka. Mereka bertiga tinggal berdesak-desakan di kontrakan sempit. 

Sosok ayah memang timbul tenggelam di kehidupan mereka. Ayah mereka suka bepergian, kadang untuk waktu yang lama. Ibu membesarkan anak-anaknya dengan keteguhan hati seorang ibu. Kemiskinan telah mendominasi hidup ibu dari kecil. Walaupun ibu tidak berpendidikan, ia menghargai tinggi pendidikan untuk anak-anaknya agar tidak bernasib sama dengan ibu mereka. Sekarang seluruh anak ibu sudah mapan dengan pekerjaan dan memiliki rumah yang layak di Seoul.

Kehidupan terus berjalan sementara hari-hari ibu telah menghilang masuk hitungan bulan. Pencarian polisi tidak membuahkan hasil. Iklan di koran pun tidak membantu. Dari sekian informasi yang masuk dan tidak akurat, beberapa informasi mengarahkan Chi-hon dan Hyong-chol ke daerah yang pernah mereka tinggali di masa awal tinggal di Seoul. Energi mereka sudah terkuras. Rasanya sesal tidak menjemput ibu dan ayah di stasiun menguasai Hyong-chol. Mereka tidak bisa menghindari refleksi atas pengorbanan yang telah dilakukan ibunya di sepanjang hidup mereka. Pikiran mereka masih bertanya-tanya dimana ibu dan bagaimana kondisinya. 

Sudah seperti hukum alam bahwa manusia baru menyadari makna seseorang setelah mereka pergi. Momen yang dianggap biasa saja akan menjadi begitu bernilai setelah kita jauh berjalan dan melihat ke belakang dengan perspektif berbeda. Sebagai orang timur, pembaca Indonesia tidak akan asing dengan nilai-nilai kekeluargaan yang diterapkan Ibu. Please Look After Mom adalah Kisah keluarga yang mengharukan yang tidak membuat menangis sesugukan tetapi perasaan nelangsa yang akan tetap tinggal di hati dan muncul ke permukaan tanpa diduga-duga. Di beberapa bagian cerita saya mudah terkoneksi dengan Hyong-chol seperti bagaimana anak sulung harus bersikap dan tanggung jawabnya sebagai pengganti ayah dan ibu buat adik-adiknya. Ah I feel you, Hyong-chol! Buku ini sudah lama berada di timbunan saya tapi tidak menyesal kenapa tidak membaca dari dulu-dulu. Momen dan mood yang tepat terkadang memberikan pengalaman baca yang optimal.


Thursday, January 19, 2017

My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry




Judul : My Grandmother Asked Me to Tell You She's Sorry
Penulis : Fredrik Backman
Penerjemah : Jia Effendie
Penerbit : Noura Books
Tahun Terbit : 2016
Halaman : 489


Rasanya sulit dipercaya anak umur tujuh tahun bisa melakukan bullying. Hampir tiap hari Elsa menerima bullying di sekolah. Elsa tidak diam. Ia memang tidak punya teman tetapi  Elsa melawan. Beberapa kali Elsa dan Mum dipanggil ke ruangan kepala sekolah. Mum tidak berbicara banyak ketika kepala sekolah menyalahkan Elsa memulai perkelahian. Tidak dengan Nenek, Nenek akan menggebrak meja kepala sekolah dan mengomeli orang tua teman Elsa karena membela cucu semata wayangnya.

Elsa tergolong terlalu bijak dan dewasa untuk anak seusianya. Nenek bisa dikatakan eksentrik, nyeleneh dan aktif di usia 77 tahun. Kombinasi keduanya melengkapi satu sama lain. Mereka mempunyai bahasa rahasia tersendiri. Dad dan Mum bercerai saat Elsa masih kecil. Mum dan Nenek sering bertengkar karena beda pendapat bagaimana mendidik Elsa. Mum bersifat kebalikan dari Nenek serba teratur, sistematis dan rapi. 

Nenek sedang sakit kanker. Tingkah nenek yang aslinya tidak bisa diam tidak berubah. Nenek masih suka merokok dan menyelundupkan bir ke kamar perawatan. Beberapa kali ia kabur dari rumah sakit demi bertemu Elsa, dan terakhir kelakuannya berakhir di kantor polisi karena nekat menerobos kandang di kebun binatang. Elsa mengerti sebenarnya nenek bermaksud menghiburnya agar melupakan kejadian sekolah yang menjengkelkan. Waktu nenek tidak lama. Nenek memberikan sebuah amplop tertulis sebuah alamat dengan pesan permintaan maaf. Lalu, keesokan paginya nenek tidak bangun di pelukan Elsa. 

Nenek seorang pendongeng ulung. Mereka mempunyai negeri khayalan bernama Negeri Setengah Terjaga. Negeri Setengah Terjaga terdiri dari tujuh negeri yang mempunyai karakteristik berbeda-beda. Jika ada kata yang Elsa tidak mengerti, ia simpan untuk digoogling di Wikipedia. Kadang Elsa akan menyela nenek jika dongengnya mirip dengan cerita Harry Potter. Dongeng-dongeng yang dikisahkan Nenek ternyata berkaitan erat dengan misi Elsa. Pada awalnya Elsa marah saat mengetahui ada orang lain yang memahami bahasa rahasia Elsa dan nenek. Sedikit demi sedikit Elsa mendapati cerita masa muda Nenek secara utuh. Walaupun nenek adalah nenek yang fantastis tapi, sebagai Ibu, ia tidak pernah ada buat Mum. Nenek adalah dokter bedah yang berkeliling dunia mendatangi zona perang. Di negeri yang kacau, nenek menjadi orang yang bersikap waras dan banyak jiwa yang terselamatkan. Nenek menyudahi petualangannya karena dua peristiwa hebat terjadi, tsunami hebat yang menghantam Asia Tenggara dan kelahiran cucu perempuannya di rumah.

Berkali-kali nenek mengingatkan Elsa bahwa ia adalah anak istimewa dan paling pintar. Nenek sudah merancang misi buat Elsa seperti perburuan harta karun di Negeri Setengah Terjaga. Rupanya, nenek tidak membiarkan cucunya sendirian atau merasa tidak punya teman.

Saya senang mengawali tahun 2017 dengan membaca kisah yang menghangatkan hati. Perkenalan pertama saya membaca karya Frederick Backman. Sebelumnya saya sudah membaca respon positif mengenai  A Man Called Ove, dan setelah membaca buku ini sudah berniat mencari judul-judul lainnya. Tidak hanya bercerita bagaimana menghadapi kehilangan, buku ini juga mengenai kesempatan kedua. Kisah yang menarik juga didapat dari karakter-karakter selain karakter utama dan bagaimana keterkaitan cerita hidupnya satu sama lain. Namun satu hal penting yang menjadi perhatian saya dari novel ini yaitu soal bullying. Untuk ke sekian kalinya menemukan cerita anak yang mendapat bullying. Mungkin karena kenyataannya bullying lumrah terjadi bahkan di usia anak-anak sekolah dasar. Pengalaman yang bisa membuat trauma anak hingga dewasa.

Membaca buku ini membuat tenggorokan saya tiba-tiba tercekat dan mata berkaca-kaca tanpa disadari. Elsa dan nenek membuat saya rindu dengan Ibuk, nenek saya. Dari kecil,saya dan nenek dari pihak ibu memiliki kedekatan emosional yang kuat. Ketika kecil saya suka bepergian berdua saja dengan nenek. Sekedar jalan pagi, pergi ke pasar atau liburan ke luar kota yang kemudian hari menjadi kenangan yang paling menyenangkan di masa kecil. Saya rasa menjadi cucu pertama adalah sebuah keberuntungan.