Pages

Saturday, March 22, 2014

Pacar Merah Indonesia




Judul : Pacar Merah Indonesia

Penulis : Matu Mona

Penerbit : KILTV dan Jendela

Tahun Terbit : 2001


"Nona, perkara melepaskan diri itu bukanlah perkara penting bagiku. Aku adalah insan ibarat angin, asal lulus aku dapat meloloskan diriku."

Di Thailand, ia bernama Vichitra yang dilindungi oleh anak gadis dari kepala polisi rahasia Thailand. Di Kamboja, ia menyamar menjadi padri Budha da. mengunjungi Angkor Wat. Di Filipina ia adalah Puting Ulap menghadiri kongres Pan Melayu. Di Shanghai, ia bernama Tan Min Kha. Siapa dia yang keberadaannya dicari-cari polisi rahasia di negara yang ia datangi ? Imbalan yang besar bagi orang yang bisa memberitahukan keberadaan mysterie man ini kepada polisi. Dia lah Pacar Merah Indonesia.

Alminsky datang ke Paris menjumpai Musotte. Ia mendapat perintah untuk menemui Pacar Merah dalam waktu 6 bulan. Pacar Merah dinilai sudah melenceng dari Uni Soviet dengan bertindak sesuka hati dan memutus hubungan dengan Moskow. Kemudian Alminsky harus kembali ke Moskow untuk memberikan jawaban dari Pacar Merah.

Alminsky melanjutkan perjalanan ke timur untuk mencari Pacar Merah. Keberadaan Pacar Merah bak Don Quixeto, berpindah-pindah dari satu negara ke negara lain. Sahabat-sahabat Pacar Merah banyak yang berasal dari kelasi kapal. Sehingga ia bisa diselundupkan dari satu negara ke negara lainnya. Di New York, Alminsky berjumpa dengan Djalumin. Menurut Djalumin, pendirian Pacar Merah sudah kukuh, mustahil bisa digoyahkan. Pacar Merah memilih jalannya sendiri, terlepas dari pengaruh Uni Soviet.

Kenapa Pacar Merah diburu polisi rahasia ? Hal ini berkaitan dengan situasi negara-negara Asia Tenggara yang saat itu masih dikuasai penjajah. Kesadaran nasionalisme negara-negara jajahan akan mengganggu kenyamanan penjajah. Segala bentuk ide kemerdekaan dibendung jika perlu dimusnahkan Kemana-mana Pacar Merah pergi ada sahabat yang setia melindunginya. Pacar Merah mendapat perhatian khusus dari gadis cantik yang merupakan anak dari kepala polisi rahasia Thailand, Ninon Phao. Hubungan mereka saling mengasihi sekalipun sudah jelas wanita Siam ini mencintai Pacar Merah, Pacar Merah menganggap ia sebagai saudara. Ninon bersedia melindungi dan merawat Pacar Merah yang saat itu sakit tekuk. Walaupun ia mempertaruhkan nama baik ayahnya sebagai kepala polisi rahasia Thailand.


Pacar Merah Indonesia adalah fiksi sejarah yang dituliskan berdasarkan pelarian Tan Malaka. Sejumlah tokoh-tokoh komunis dan gerakan kiri radikal muncul seperti Ivan Alminsky, Paul Musotte, Semounoff, Darsonoff. Pertama kali diterbitkan pada tahun 1938 dengan judul Spionage-Dienst: Pacar Merah Indonesia. Dan diterbitkan kembali setelah 63 tahun dari cetakan pertamanya di tahun 2001 dalam peringatan 150 tahun KITLV, (lembaga Budaya, Bahasa, dan Sejarah). Bahasa yang digunakan masih seperti cetakan pertama. Penerbit hanya mengubah ejaan lama ke ejaan baru. Jadi maklum saja bahasanya terasa bertele-tele, mendayu-dayu dan berlebihan jika dibandingkan dengan bahasa melayu sekarang. Istilah asing dan bahasa Belanda juga banyak ditemukan tetapi keterangan artinya dituliskan di bagian belakang buku.

Wednesday, March 19, 2014

Wishful Wednesday 12




Wishlist minggu ini adalah Manuscript Found in Accra - Paulo Coelho. Wishlist minggu ini adalah Manuscript Found in Accra - Paulo Coelho. Paulo Coelho adalah salah satu penulis kesukaan saya. Buku-buku karangan beliau termasuk yang saya koleksi. Saya sedang mengidam-idamkan Manuscript Found in Accra. Karena nilai tukar rupiah terhadap dollar mempengaruhi harga buku impor, harga buku Large Print Back-nya masih lumayan mahal. Terjemahan Indonesia baru saja terbit tapi saya tetap ingin membeli edisi bahasa Inggrisnya. Saya lihat kemarin sudah ada mass paper back nya.





Buat yang mau ikutan Wishful Wednesday langsung meluncur ke blog Mbak Astrid ya. :)



Tuesday, March 18, 2014

Perempuan-perempuan Tak Berwajah



Judul buku : Perempuan-perempuan Tak Berwajah


Penulis : Francesca Marciano

Penerjemah : Rahmani Astuti

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit : 2014



Sebuah penugasan menawarkan pengalaman yang menantang bagi Maria, fotografer yang sedang menekuni kuliner. Ia mendapat tawaran menjadi fotografer menemani wartawan perang, Imo Grass, ke Afghanistan. Persiapan fisik dan mental dimulai. Sebelum terbang ke Kabul, Maria mengikuti pelatihan ketahanan di Inggris. Selama dua minggu Maria dilatih untuk menghadapi kondisi berbahaya.


Imo grass mempunyai agenda untuk mewawancarai wanita Afghanistan yang bunuh diri karena kawin paksa. Tidak mudah menguak sisi kehidupan wanita Afghanistan. Fotografi adalah hal yang tabu menyangkut rupa wanita. Imo dan Maria dibantu oleh Hanif, presenter tv lokal yang mempunyai pekerjaan sampingan penghubung orang asing di Kabul. Koneksinya cukup dikenal oleh jaringan orang asing.

Imo hanya punya 3 minggu untuk meliput dan masalah mendekati wanita Afghanistan tidak semudah yang ia bayangkan. Mereka berkendara ke luar Kabul untuk menemui Zuleya yang melakukan percobaan bunuh diri. Zuleya belum genap 17 tahun namun ia dipaksa menikah dengan pria yang usianya empat kali lipat darinya. Daripada menikahi pria pilihan orang tuanya, Zuleya memilih mati. Setiap Maria mengeluarkan kamera disertai dengan ketidaksetujuan dari kaum wanita.

"Kalian orang-orang asing mengira kami memperlakukan kaum wanita seakan-akan kami hidup di Abad Pertengahan dan ini merupakan sesuatu yang sangat memprihatinkan di Barat dan kalian selalu menulis tentang ini di koran-koran kalian".

Imo terlihat ambisius untuk mendapatkan wawancara dengan wanita Afghanistan yang mencoba bunuh diri. Ia melakukan bukan karena memang peduli tetapi untuk mengejar deadline dan santapan yang gurih untuk media barat. Dua wanita yang tidak mengerti dengan budaya lokal Afghanistan. Ketimbang saya mendapatkan simpati dua wanita barat yang melihat penderitaan wanita Afganistan, lebih banyak skeptis, rasa curiga dari dua orang asing yang tidak mengerti apa yang mereka lakukan di Afghanistan.

Indonesia sempat disebut dua kali di novel ini. Pertama, ketika Maria mengikuti pelatihan keadaan berbahaya di Inggris. Salah satu pesertanya akan pergi ke Indonesia untuk meliput pemilihan umum. Kedua, dituliskan demonstrasi di Jakarta hujan peluru. Kesan yang saya dapatkan Indonesia di novel ini sama berbahaya dengan negara-negara yang rawan konflik lainnya.



Friday, March 14, 2014

Giveaway Hop BBI 2014






Happy Friday everyone !

Menyambut ulang tahun ketiga Blog Buku Indonesia, anggota BBI kembali mengadakan Giveaway Hop untuk para pembaca sekalian. Reading is My Blood ikut berpartisipasi dalam BBI Anniversary Project 2014.


  • Periode Giveaway dari 14 Maret - 11 April 2014
  • Peserta berdomisili di Indonesia
  • Tulis di komentar blog tentang quote favorit kamu dari buku dan alasannya mengapa. 
  • Jawaban yang terpilih adalah quote dan alasan yang menarik.  
  • Peserta wajib meninggalkan komentar dengan format berikut ; [Nama] - [Email / Akun Twitter] - [Komentar] 
  • Peserta hanya diperbolehkan menjawab satu kali saja.
  • (Optional) Share giveaway ini via twitter dengan mention [at]zhya_azmee 

Hadiahnya adalah  Buku pilihanmu senilai Rp 100.000 
(yang bisa dipilih di Grazera.com, Yes24.co.id atau Periplus.com)


Ongkos kirim akan ditanggung oleh saya. Selain hadiah utama buku pilihanmu, ada 4 hadiah hiburan bagi peserta yang beruntung. Hadiah tersebut adalah buku dari koleksi pribadi saya. Buku bekas yang kondisinya masih bagus. Judulnya akan saya beritahukan belakangan.


Terima kasih atas partisipasinya. Jangan lupa ikut giveaway yang lain ya.  Good luck. ;)



Monday, March 10, 2014

The Journeys 3


 Judul : The Journeys 3 : Yang Melangkah dan Menemukan

Penulis : Alexander Thian dkk

Penerbit : Gagas Media

Tahun Terbit : 2013


The Journeys 3 adalah series dari The Journeys. Saya belum membaca dua buku pertama The Journeys. Beberapa penulis sudah pernah saya baca tulisan dari buku atau blog. Beberapa penulis saya kenal dari hiruk pikuk kicauan twitter. Dan ada penulis yang tidak termasuk keduanya yang sama sekali, yang saya baru berkenalan di buku ini. Masing-masing penulis mempunyai gaya sendiri. Saya menikmati kisah-kisah yang memberikan kehangatan di hati.

1. Berumahkan Kebebasan ! - Husni M Zainal
Perjalanan adalah sebuah bentuk ziarah yang hakiki kepada suatu rasa yang terletak jauh dalam diri kita dan sering terlupa. Husni menjejakkan kaki di benua hitam. Ia ikut menangani ribuan pasien HIV AIDS. Husni berpetualang sejenak ke negeri Zambia. Ia mencicipi arung jeram di sungai Zambezi yang terkenal deras arusnya. Lalu mencoba sensasi terbang dengan microlight, kendaraan roda tiga yang dilengkapi baling-baling di belakang kursinya. Disamping keriangan dari pengalaman-pengalaman baru yang ia lakukan, Husni merenungi arti perjalanannya sebagai pulang ke rumah kebebasan.

2. Don't you miss home, though ? - Dina DuaRansel
Dina dan Ryan memutuskan untuk melihat dunia. Mereka melelang barang-barang, mencabut hak sewa apartemen dan memulai memanggul dua ransel mereka ke luar rumah. Rumah adalah tempat hati berada. Selama 3,5 tahun berada dari satu negara ke negara lainnya Dina tidak merasakan homesick. Karena ia telah menemukan rumah, bersama Ryan di sampingnya

3. Antara Singapura dan Rumah Mama - Alitt Susanto
Zona nyaman bisa membuat seseorang terlena dan lengah. Alitt sedang menikmati zona nyamannya setelah sukses menjadi penulis buku. Jika tidak kesibukan talkshow atau undangan, Alitt menghabiskan waktu di antara kasur dan gadget. Suatu ketika ia mendapat undangan dalam peluncuran wahana "Transformers the Ride" di Universal Studio Singapura, selama tiga hari puas mencoba wahana yang ada disana. Dari Singapura Alitt menyebrang ke pulau Batam, mengunjungi rumah orang tuanya. Sehari-hari ibunya berjualan jamu dengan keliling kota Batam. Melihat wajah letih Mama sambil menghitung penghasilan hari itu menyadarkan Alitt tentang zona nyamannya. Setelah impiannya tercapai, ia malah tidak tahu akan kemana. Perjuangan masih belum selesai.

4. Kisah Sushi nomor satu di Dunia - Ariev Rahman.
Setiap perjalanan akan meninggalkan kepingan kenangan yang akan menuntun kita kembali pada perjalanan tersebut. Ariev mengenal Sushi pertama kalinya dari almarhum Papa. Jepang memberikan kenangan yang berarti bagi Ariev. Terinspirasi oleh perjalanan yang dilakukan Papa semasa hidupnya. Selembar foto Papa di depan kuil Asakusa dan foto cumi-cumi raksasa menemani perjalanan Ariev di Jepang. Dengan gaya yang kocak tulisan Ariev tidak membuat perjalanan napak tilasnya terasa sentimentil.

5. Timur Nusantara Perjalanan Pulang ke Rumah - Lucia Nancy
Untuk pertama kalinya, Lucia melakukan business trip sekaligus solo traveling ke Kabupaten Wangi-wangi (Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara). Berjalan tanpa teman bukan berarti tidak bisa dinikmati. Ada sedikit keraguan dari orang yang baru berkenalan apakah dia tidak takut pergi sendiri apalagi ke daerah yang jauh. Dengan bertemu orang baru, kita juga bisa menjalin pertemanan bahkan keluarga baru. Dari Wakatobi, Lucia melanjutkan tugas kantor ke Nabire, Papua. Lagi-lagi ada kekhawatiran, Kak Idha mewanti-wanti agar Lucia jangan jalan sendirian disana. Seperti di Wangi-wangi, Lucia menemukan saudara baru di Nabire. Lucia mempunyai kesempatan mewujudkan bucket list yaitu menyelam melihat whale shark. 

6. Adakah Cinta di India ? - Alfred Pasifico
Marriage in India is not about love. It's about money. Pernikahan di India hampir sebagian besar dari perjodohan. Cinta romantis ala Bollywood pada kenyataannya terhalang oleh perbedaan kasta dan agama. Mahar pernikahan mahal. Alfred hampir saja kehilangan kamera dan komputer yang ketinggalan di kereta. Ketika melihat sepasang suami istri yang sedang bersantap, terbetik pertanyaan Alfred apakah mereka saling mencintai ? Atau mereka terlalu miskin untuk menggugat keadaan ?

7. Valiant ke Vatikan - Valiant Budi
Semenjak Valiant menerbitkan Kedai 1001 mimpi, ia sering mendapatkan 'hadiah' yang tidak terduga seperti ban mobil gembos. Walaupun ia bisa masuk ke Arab Saudi dengan visa umroh karena alasan keamanan lebih baik umrohnya ditunda dulu. Akhirnya Valiant pergi ke Italia. Kota Roma yang memiliki magnet untuk wisatawan menggugah rasa penasaran Valiant. Tak lupa, ia mengunjungi Vatikan. Valiant memberikan kaosnya kepada seorang wanita yang tidak diijinkan masuk karena pakaiannya tidak berlengan. Imbalannya mereka barter doa. Perempuan beragama Katolik sementara Valiant beragama Islam. Kebersamaan yang memberikan kehangatan di hati Valiant.

8. Pulang ke Pelukan Mama - Alexander Thian
Alex ingin memberikan surprise mengunjungi Mamanya di Hongkong. Namun bukan Alex katanya kalau tidak pakai nyasar. Jika ia mengikuti petunjuk harusnya mudah saja sampai di rumah mama. Gedung-gedung pencakar langit Hongkong berhasil mengalihkan perhatian Alex dan membuatnya tersesat. Namun usahanya mencapai rumah Mama terbayar saat mereka bertatap muka. Tak ada pelukan yang sehangat pelukan Mama. Tak ada pelukan yang seakrab pelukan Mama.

9. Mari Mabuk, di Dalam Laut - Farid Gaban
Indonesia memiliki keindahan bawah laut yang tersebar di empat penjuru wilayah negeri. "Mari Mabuk" adalah nama lokasi penyelaman di Wakatobi. Kawasan terumbu karang yang indah dengan berbagai macam ikan berseliweran. Dalam perjalanan keliling Indonesia, Farid tidak hanya menemukan keindahan semata tapi juga fakta yang ironis. Kawasan terumbu karang yang rusak dan tercemar oleh penangkapan ikan yang ceroboh. Nelayan-nelayan yang menyelam hanya berbekal kompressor, jauh dari standar keselamatan dan membahayakan jiwa.

10. Berhenti Sejenak - Hanny Kusumawati
Santorini, pulau kecil di Yunani yang terkenal dengan keindahan kota di tebing pinggir laut. Orang-orang lokal saling mengenal satu sama lain. Hanny menginap di hotel yang dikelola oleh George. "Today, you stop", kata Adriano. Kalimat singkat dari warga Santorini setempat membuat Hanny merenungi perjalanannya. Ya, seberapa sering dalam hidup ini kita berhenti sejenak ? Seberapa sering kita begitu terburu dan merasa tidak punya waktu ? Ketika kita berhenti sejenak, waktu seakan berlalu lebih lambat. Momen tidak hanya sekedat lewat, tetapi meninggalkan jejak.

11. Slow traveling in Sydney - Ve Handojo
Ve memadukan slow traveling antara menginap di hotel bintang lima dan apartemen warga Sydney. Melalui situs airbnb.com, Ve mendapatkan tempat menginap di apartemen Sandra. Agenda utama Ve adalah menonton konser Coldplay. Selain itu ia hanya ingin makan enak dan ngopi-ngopi menikmati Sydney selokal mungkin.

12. Kembali ke Akar - Jflow
Jflow adalah anak dari Ayah berdarah Maluku dan Ibu dari Jawa. Ayahnya meninggal saat berusia tujuh tahun dan sejak itu dibesarkan oleh ibunya. Jflow merasa dirinya lebih dekat dengan darah Ambon ayahnya. Jflow pulang kampung ke kota kelahiran ibunya, Kediri. Anggapan dia bahwa "It's cool to be Ambonese and it's uncool to be Javanese" berubah ketika ia menelusuri rumah keluarga ibu. Ada pemahaman baru yang ia dapatkan dari Pak Pudji, tukang Becak dan Mbak Merry, sepupu yang membuka taman bermain dan tempat penitipan anak.

13. Menerjemahkan Bahagia - Windy Ariestanty
Apakah yang kamu cari di Ubud ? Windy sedang mengerjakan memoar Robin Lim, CNN heroes 2011 di Ubud. Selama di Ubud, Windy bertemu dengan banyak orang, baik orang baru maupun teman-teman yang mengunjunginya. Pertanyaan mana lebih bahagia tinggal di Jakarta atau Ubud ? Kita bisa berbahagia di mana saja untuk alasan yang bahkan sangat sederhana.


Friday, March 7, 2014

Paula


 Judul : Paula

Penulis  : Isabel Allende

Penerbit : Harper Perennial

Tahun Terbit : 1996

My life is created as I narrate, and my memory grows stronger with writing, what I do not put in words on a page will be erased by time.- Isabel Allende

Buku ini adalah catatan seorang ibu kepada anaknya. Isabel Allende mempunyai kebiasaan untuk mulai menulis novel di setiap tanggal 8 Januari. Pada 8 Januari 1992 putrinya yang berusia 28 tahun, Paula Frias Allende, terbaring koma di rumah sakit Madrid. Paula didiagnosa Porphyria.  Jika sepuluh tahun sebelumnya ia menulis “The House of Spirits” sebagai penghormatan untuk kakeknya yang meninggal dunia,kali ini Isabel Allende menulis untuk membawa kembali putrinya hidup. Buku Paula ini terbagi menjadi dua bagian yaitu ; Bagian pertama, Desember 1991 - Mei 1992, ditulis di rumah sakit dan hotel di Madrid. Bagian kedua, Mei - Desember 1992, ditulis di kediaman Isabel, California.

Paula berusia 28 tahun. Ia sangat cantik dan dikenal baik hati. Dari kecil Paula telah menunjukkan kepeduliannya pada orang yang membutuhkan. Ernesto, suami Paula, setia mendampingi Paula. Mereka baru satu tahun menikah. Ernesto membisikkan saat-saat bahagia mereka, kenangan mereka jatuh cinta di telinga Paula. Sungguh sedih masa bahagia mereka begitu singkat. Siapa yang menyangka dalam waktu singkat, Paula jatuh sakit. Kata terakhir yang ia ucapkan ketika masih sadar adalah "I love you, Mama".

Selama dua bulan, Paula dirawat intensif di ICU. Keluarga yang sudah berserakan di seluruh dunia datang ke Madrid untuk mengunjungi Paula termasuk ayah kandungnya dan Ibu dari Isabel Allende dari Chili. Isabel Allende dan Ernesto tidak hanya terkuras fisik dan tenaga mereka selama mendampingi Paula di rumah sakit, mereka juga diuji secara mental dan emosi. Apakah Paula akan sadar seperti semula ? Apakah ia akan mengenali mereka ? Isabel menulis berharap suatu saat ketika Paula sadar akan membaca tulisan-tulisan yang ditujukan untuknya. Masa lalu Isabel tertutup hingga hari ia memutuskan menulis untuk Paula.



Isabel Allende ditinggalkan oleh ayahnya, Tomas Allende, ketika masih balita. Ayahnya pergi tanpa jejak dari kehidupan mereka. Papa menjadi hal yang sensitif diucapkan di rumah mereka. Satu-satunya kerabat keluarga ayahnya yang masih berhubungan dengan mereka adalah Salvador Allende, sepupu dari Tomas Allende. Figur ayah kandungnya digantikan oleh Tio Ramon, yang merupakan diplomat Chili. Isabel menikah dengan Michael Frias ketika ia berusia 19 tahun dan dikaruniai sepasang anak perempuan dan laki-laki, Paula dan Nicolas. Pernikahan mereka berakhir pada tahun 1986. Mereka berpisah baik-baik dan tetap menjalin hubungan pertemanan.

Kehidupan Isabel Allende tidak lepas dari sejarah negaranya, Chili. Pada awal tahun 1970-an, Isabel Allende memiliki minat serius pada gerakan feminis di Chili. Isabel Allende meninggalkan Chili setelah terjadi kudeta militer Augusto Pinochet. Situasi Chili berada dalam ketidakstabilan politik dan keamanan. Orang-orang menghilang dan tak kembali pada keluarganya. Aktivitas Isabel Allende sebagai feminis, dianggap sama subversifnya dengan komunis. Ia menerima ancaman pembunuhan dan akhirnya memutuskan keluar dari Chili. Isabel dan anak-anaknya pindah ke Venezuela sementara kakeknya masih bertahan di Santiago. Membaca kisah hidup Isabel Allende menguatkan kembali ingatan saya dengan karakter-karakter dalam cerita The House of Spirit. 
Paula Frias Allende 
(sumber : http://isabelallendefoundation.org/)

Setelah keluar dari ICU, kesadaran Paula masih nihil. Ia telah membuka mata tapi tatapannya kosong dan tidak menyadari dunia di sekelilingnya. Kadang Paula menangis tiba-tiba. Isabel memutuskan untuk memindahkan Paula ke Amerika, pulang ke rumah mereka di California, Proses pemindahan Paula ke California cukup berisiko karena lamanya waktu tempuh perjalanan.

Di California, dokter klinik rehabilitasi yang menangani Paula menentukan waktu tiga bulan untuk perkembangan kondisi Paula. Isabel mau tidak mau harus memikirkan kemungkinan terburuk. Isabel tidak pernah putus harapan bahwa putrinya akan sadar. Dengan kondisinya mustahil Paula akan kembali seperti semula, seumur hidupnya ia invalid dan tidak boleh lepas dari perawatan. Jika yang terbaik untuk mengakhiri penderitaan Paula adalah kematian. Sanggup kah mereka ditinggalkan ? Siap kah mereka mengikhlaskan kepergian Paula ?

Suatu malam Isabel merasakan putrinya mendatanginya di kamar tidur. Paula mengatakan ia sudah letih dan ingin pergi tetapi tubuhnya masih kuat. Paula meminta ibunya untuk merelakan dia pergi. Yang terlihat oleh Willie, suami keduanya, adalah Isabel menangis dalam tidurnya. Beberapa saat sebelum sakit seakan dia mempunyai firasat, Paula menulis surat yang belum dibuka oleh Ernesto. Dengan berat hati Isabel membaca tulisan Paula.

I do not want to remain trapped in my body. Freed from it, I will be closer to those I love, no matter if they are at the four corners of the planet. It is difficult to express the love I leave behind, the depths of feelings that join me to Ernesto, to my parents, to my brother, to my grandparents. I know you will remember me, and as long as you do, I will be with you. I want to be cremated and have my ashes scattered outdoors. I do not want a tombstone with my name anywhere, I prefer to live in the hearts of those I love, and to return to the earth. I have a savings account; use it to help children who need to go to school or eat. Divide my things among any who want a keepsake-actually, there is very little. Please don’t be sad, I am still with you, except I am closer than I was before. In another time, we will be reunited in spirit, but for now we will be together as long as you remember me. Ernesto…I have loved you deeply and still do; you are an extraordinary man and I don’t doubt that you can be happy after I am gone. Mama, Papa, Nico, Grandmother, Tio Ramon; you are the best family I could ever have had. Don’t forget me, and..Let’s see a smile on those faces! Remember that we spirits can best help, accompany, and protect, those who are happy. I love you dearly.

Paula.