Pages

Tuesday, March 18, 2014

Perempuan-perempuan Tak Berwajah



Judul buku : Perempuan-perempuan Tak Berwajah


Penulis : Francesca Marciano

Penerjemah : Rahmani Astuti

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit : 2014



Sebuah penugasan menawarkan pengalaman yang menantang bagi Maria, fotografer yang sedang menekuni kuliner. Ia mendapat tawaran menjadi fotografer menemani wartawan perang, Imo Grass, ke Afghanistan. Persiapan fisik dan mental dimulai. Sebelum terbang ke Kabul, Maria mengikuti pelatihan ketahanan di Inggris. Selama dua minggu Maria dilatih untuk menghadapi kondisi berbahaya.


Imo grass mempunyai agenda untuk mewawancarai wanita Afghanistan yang bunuh diri karena kawin paksa. Tidak mudah menguak sisi kehidupan wanita Afghanistan. Fotografi adalah hal yang tabu menyangkut rupa wanita. Imo dan Maria dibantu oleh Hanif, presenter tv lokal yang mempunyai pekerjaan sampingan penghubung orang asing di Kabul. Koneksinya cukup dikenal oleh jaringan orang asing.

Imo hanya punya 3 minggu untuk meliput dan masalah mendekati wanita Afghanistan tidak semudah yang ia bayangkan. Mereka berkendara ke luar Kabul untuk menemui Zuleya yang melakukan percobaan bunuh diri. Zuleya belum genap 17 tahun namun ia dipaksa menikah dengan pria yang usianya empat kali lipat darinya. Daripada menikahi pria pilihan orang tuanya, Zuleya memilih mati. Setiap Maria mengeluarkan kamera disertai dengan ketidaksetujuan dari kaum wanita.

"Kalian orang-orang asing mengira kami memperlakukan kaum wanita seakan-akan kami hidup di Abad Pertengahan dan ini merupakan sesuatu yang sangat memprihatinkan di Barat dan kalian selalu menulis tentang ini di koran-koran kalian".

Imo terlihat ambisius untuk mendapatkan wawancara dengan wanita Afghanistan yang mencoba bunuh diri. Ia melakukan bukan karena memang peduli tetapi untuk mengejar deadline dan santapan yang gurih untuk media barat. Dua wanita yang tidak mengerti dengan budaya lokal Afghanistan. Ketimbang saya mendapatkan simpati dua wanita barat yang melihat penderitaan wanita Afganistan, lebih banyak skeptis, rasa curiga dari dua orang asing yang tidak mengerti apa yang mereka lakukan di Afghanistan.

Indonesia sempat disebut dua kali di novel ini. Pertama, ketika Maria mengikuti pelatihan keadaan berbahaya di Inggris. Salah satu pesertanya akan pergi ke Indonesia untuk meliput pemilihan umum. Kedua, dituliskan demonstrasi di Jakarta hujan peluru. Kesan yang saya dapatkan Indonesia di novel ini sama berbahaya dengan negara-negara yang rawan konflik lainnya.



No comments:

Post a Comment

Thank your for leaving comment. :)