Pages

Friday, March 7, 2014

Paula


 Judul : Paula

Penulis  : Isabel Allende

Penerbit : Harper Perennial

Tahun Terbit : 1996

My life is created as I narrate, and my memory grows stronger with writing, what I do not put in words on a page will be erased by time.- Isabel Allende

Buku ini adalah catatan seorang ibu kepada anaknya. Isabel Allende mempunyai kebiasaan untuk mulai menulis novel di setiap tanggal 8 Januari. Pada 8 Januari 1992 putrinya yang berusia 28 tahun, Paula Frias Allende, terbaring koma di rumah sakit Madrid. Paula didiagnosa Porphyria.  Jika sepuluh tahun sebelumnya ia menulis “The House of Spirits” sebagai penghormatan untuk kakeknya yang meninggal dunia,kali ini Isabel Allende menulis untuk membawa kembali putrinya hidup. Buku Paula ini terbagi menjadi dua bagian yaitu ; Bagian pertama, Desember 1991 - Mei 1992, ditulis di rumah sakit dan hotel di Madrid. Bagian kedua, Mei - Desember 1992, ditulis di kediaman Isabel, California.

Paula berusia 28 tahun. Ia sangat cantik dan dikenal baik hati. Dari kecil Paula telah menunjukkan kepeduliannya pada orang yang membutuhkan. Ernesto, suami Paula, setia mendampingi Paula. Mereka baru satu tahun menikah. Ernesto membisikkan saat-saat bahagia mereka, kenangan mereka jatuh cinta di telinga Paula. Sungguh sedih masa bahagia mereka begitu singkat. Siapa yang menyangka dalam waktu singkat, Paula jatuh sakit. Kata terakhir yang ia ucapkan ketika masih sadar adalah "I love you, Mama".

Selama dua bulan, Paula dirawat intensif di ICU. Keluarga yang sudah berserakan di seluruh dunia datang ke Madrid untuk mengunjungi Paula termasuk ayah kandungnya dan Ibu dari Isabel Allende dari Chili. Isabel Allende dan Ernesto tidak hanya terkuras fisik dan tenaga mereka selama mendampingi Paula di rumah sakit, mereka juga diuji secara mental dan emosi. Apakah Paula akan sadar seperti semula ? Apakah ia akan mengenali mereka ? Isabel menulis berharap suatu saat ketika Paula sadar akan membaca tulisan-tulisan yang ditujukan untuknya. Masa lalu Isabel tertutup hingga hari ia memutuskan menulis untuk Paula.



Isabel Allende ditinggalkan oleh ayahnya, Tomas Allende, ketika masih balita. Ayahnya pergi tanpa jejak dari kehidupan mereka. Papa menjadi hal yang sensitif diucapkan di rumah mereka. Satu-satunya kerabat keluarga ayahnya yang masih berhubungan dengan mereka adalah Salvador Allende, sepupu dari Tomas Allende. Figur ayah kandungnya digantikan oleh Tio Ramon, yang merupakan diplomat Chili. Isabel menikah dengan Michael Frias ketika ia berusia 19 tahun dan dikaruniai sepasang anak perempuan dan laki-laki, Paula dan Nicolas. Pernikahan mereka berakhir pada tahun 1986. Mereka berpisah baik-baik dan tetap menjalin hubungan pertemanan.

Kehidupan Isabel Allende tidak lepas dari sejarah negaranya, Chili. Pada awal tahun 1970-an, Isabel Allende memiliki minat serius pada gerakan feminis di Chili. Isabel Allende meninggalkan Chili setelah terjadi kudeta militer Augusto Pinochet. Situasi Chili berada dalam ketidakstabilan politik dan keamanan. Orang-orang menghilang dan tak kembali pada keluarganya. Aktivitas Isabel Allende sebagai feminis, dianggap sama subversifnya dengan komunis. Ia menerima ancaman pembunuhan dan akhirnya memutuskan keluar dari Chili. Isabel dan anak-anaknya pindah ke Venezuela sementara kakeknya masih bertahan di Santiago. Membaca kisah hidup Isabel Allende menguatkan kembali ingatan saya dengan karakter-karakter dalam cerita The House of Spirit. 
Paula Frias Allende 
(sumber : http://isabelallendefoundation.org/)

Setelah keluar dari ICU, kesadaran Paula masih nihil. Ia telah membuka mata tapi tatapannya kosong dan tidak menyadari dunia di sekelilingnya. Kadang Paula menangis tiba-tiba. Isabel memutuskan untuk memindahkan Paula ke Amerika, pulang ke rumah mereka di California, Proses pemindahan Paula ke California cukup berisiko karena lamanya waktu tempuh perjalanan.

Di California, dokter klinik rehabilitasi yang menangani Paula menentukan waktu tiga bulan untuk perkembangan kondisi Paula. Isabel mau tidak mau harus memikirkan kemungkinan terburuk. Isabel tidak pernah putus harapan bahwa putrinya akan sadar. Dengan kondisinya mustahil Paula akan kembali seperti semula, seumur hidupnya ia invalid dan tidak boleh lepas dari perawatan. Jika yang terbaik untuk mengakhiri penderitaan Paula adalah kematian. Sanggup kah mereka ditinggalkan ? Siap kah mereka mengikhlaskan kepergian Paula ?

Suatu malam Isabel merasakan putrinya mendatanginya di kamar tidur. Paula mengatakan ia sudah letih dan ingin pergi tetapi tubuhnya masih kuat. Paula meminta ibunya untuk merelakan dia pergi. Yang terlihat oleh Willie, suami keduanya, adalah Isabel menangis dalam tidurnya. Beberapa saat sebelum sakit seakan dia mempunyai firasat, Paula menulis surat yang belum dibuka oleh Ernesto. Dengan berat hati Isabel membaca tulisan Paula.

I do not want to remain trapped in my body. Freed from it, I will be closer to those I love, no matter if they are at the four corners of the planet. It is difficult to express the love I leave behind, the depths of feelings that join me to Ernesto, to my parents, to my brother, to my grandparents. I know you will remember me, and as long as you do, I will be with you. I want to be cremated and have my ashes scattered outdoors. I do not want a tombstone with my name anywhere, I prefer to live in the hearts of those I love, and to return to the earth. I have a savings account; use it to help children who need to go to school or eat. Divide my things among any who want a keepsake-actually, there is very little. Please don’t be sad, I am still with you, except I am closer than I was before. In another time, we will be reunited in spirit, but for now we will be together as long as you remember me. Ernesto…I have loved you deeply and still do; you are an extraordinary man and I don’t doubt that you can be happy after I am gone. Mama, Papa, Nico, Grandmother, Tio Ramon; you are the best family I could ever have had. Don’t forget me, and..Let’s see a smile on those faces! Remember that we spirits can best help, accompany, and protect, those who are happy. I love you dearly.

Paula.



1 comment:

  1. eh lha, Paula-nya masih hidup ndak *bukan pertanyaan yg bagus*

    ReplyDelete

Thank your for leaving comment. :)