Pages

Saturday, April 27, 2013

Pemenang BBI 2nd Anniversary Giveaway Hop



Pengumuman.. Pengumuman.. 




Yeay !! Hari ini 27 April waktunya pengumuman pemenang dari BBI 2nd Anniversary Giveaway Bloghop. Terima kasih buat teman-teman yang telah mengikuti book giveaway dari saya. Saya senang sekali dengan antusiasme teman-teman terhadap buku-buku yang akan saya berikan. Kalian membuat saya optimis bahwa sastra Indonesia masih memiliki banyak peminat.

Sebelum saya umumkan saya mau minta maaf dulu buat pemenang giveaway karena mungkin saya baru bisa mengirimkan hadiah buku seminggu lagi setelah saya kembali dari luar kota. Tapi berita bagusnya saya akan memberikan ketiga buku untuk TIGA pemenang. Alhamdulillah *thanks to my lovely office*, Doakan rezeki saya lancar supaya sering-sering bikin book giveaway lagi. Hehehe.


Pulang - Leila S Chudori : 
Tika - @ Radmalia



Amba - Laksmi Pamuntjak :
Yuni Ayu Amida - @yuniayuamida 



Bumi Manusia - Pramoedya Ananta Toer :
Cecilia Amanda

Masing-masing pemenang akan saya hubungi lewat twitter/email,pemenang harap merespon dalam waktu 3 x 24 jam jika melewati waktu tersebut saya akan menentukan pemenang lainnya. Buat yang belum menang, jangan sedih ya siapa tahu kesempatan untuk memiliki buku-buku ini sebentar lagi akan datang. Sering-sering aja blogwalking ke blogbukuindonesia.com karena anggota BBI sering mengadakan book giveaway *promosi*. Hehehe..

Have a nice weekend! Keep reading & sharing :)

Thursday, April 25, 2013

Close Up Interview Anggota Blogger Buku Indonesia : Ferina Permatasari



Masih dalam rangkaian BBI 2nd Anniversary, kali ini saya akan mengikuti Close Up Interview untuk lebih mengenal teman-teman BBI. Saya menjadi interviewer dari seorang anggota BBI dan sebaliknya di wawancara juga oleh teman BBI lainnya. Dalam program Close Up Interview saya mendapat kesempatan mengenal lebih dekat dengan Mbak Ferina Permatasari, pemilik blog buku Lemari Bukuku. Saya pernah bertemu sekali dengan Mbak Ferina waktu kopdar di Solaria Plaza Semanggi. Sementara yang melakukan interview dengan saya yaitu Melisa - surgabukuku.


                                                   
"bersembunyi di balik timbunan"
(Mbak Ferina dengan buku-bukunya di kantor. hihihi)

Tentang Membaca

Mbak Ferina menyukai membaca sedari kecil. Orang tua berperan besar mengenalkan Mbak Ferina dengan buku. Mbak Ferina dulunya sering diajak jalan-jalan ke toko buku dan pameran buku. Meskipun orang tua Mbak Ferina bukan ‘pembaca akut’ seperti dirinya, kebiasaan itulah yang melekat sampai sekarang. Sewaktu SMP atau SMA, kebiasaan membaca sempat terhenti karena Mbak Ferina lebih senang koleksi kaset daripada buku. Bahkan koleksi dari Lima Sekawan, Malory Towers, St. Claire pernah dihibahkan kepada saudara yang mau membuka usaha penyewaan buku. Kalau mengingat hal tersebut menyesal juga Mbak Ferina. Baru lah ketika kuliah, Mbak Ferina mulai lagi koleksi buku. Kali ini selera sudah bergeser ke buku karangan Danielle Steel.

Berbicara buku yang berkesan buat Mbak Ferina adalah karya-karya Enid Blyton. Lima Sekawan, Malory Towers, St. Claire atau si Badung, cukup mewakili imajinasi Mbak Ferinaina ketika awal suka membaca. Enid Bylton juga termasuk penulis favorit Mbak Ferina. Penulis favorit lainnya adalah Road Dahl. Selain itu dari dulu, Mbak Ferina juga suka sama dengan kartun Smurf dan Asterix bahkan sampai sekarang. Hihihi. Dia berharap Smurf atau Asterix dan teman-temannya itu memang ada. Atau, 10 orang Negro-nya Agatha Christie yang sukses bikin Mbak Ferina stress pas pertama kali baca. Adakalanya, setiap Mbak Ferina membaca buku yang bagus, si penulis langsung menjadi penulis favorit seperti Leila S. Chudori, John Green, Chitra Banarjee Divakaruni atau Haruki Murakami yang walaupun agak aneh. Hehehe.

Toko buku,tempat yang paling menarik di mata pencinta baca seperti saya dan Mbak Ferina. Toko buku favorit Mbak Ferina adalah Gramedia dan Kinokuniya. Saya penasaran seberapa sering Mbak Ferina mengunjungi toko buku? Jawabannya : setiap hari! Sambil menunggu jemputan, Mbak Ferina sering mondar-mandir di toko buku Gramedia Plaza Semanggi. Maklum kantor Mbak Ferina tidak jauh dari Plaza Semanggi. Hehehe. Tapi tidak selalu beli buku,lihat-lihat saja alias ‘book-window shopping’ (istilah saya buat cuci mata di toko buku). Kadang buku yang sudah dipegang-pegang terus dibawa keliling Gramedia akhirnya ditaruh lagi ketika mau keluar toko karena memang tidak niat beli. Hehehe. Mbak Ferina mengaku tidak punya budget khusus untuk belanja buku. Niatnya sih menyiapkan dana ‘sekian’ untuk beli buku ternyata itu tak termasuk yang membeli online secara dadakan atau PO buku. Untuk beli buku secara online masih jarang dilakukan Mbak Ferina karena lebih puas secara langsung. Kalaupun beli buku online biasanya di situs inibuku.com

Adakah buku yang bagi Mbak Ferina penuh perjuangan atau susah untuk mendapatkannya? Rasanya belum ada karena kalau Mbak Ferina menginginkan buku tidak ‘muluk-muluk’. Jadinya, ya yang terjangkau saja, entah itu dari harga atau ‘keberadaan’ buku itu. Tidak dipungkiri kemajuan teknologi dewasa ini mempengaruhi pembaca dengan kehadiran ebook. Ada berbagai merek aplikasi dan perangkat tablet untuk membaca ebook. Namun Mbak Ferina termasuk yang tetap lebih menyukai baca buku karena mata tidak terlalu capek dan masih senang ‘memandang’ buku di rak sungguhan daripada rak virtual.

Tentang Blog Buku dan BBI

Setelah mengulik-ulik tentang kegiatan membaca dari Mbak Ferina, mari kita membedah blog bukunya sekarang ‘Lemari Bukuku’. Awalnya membuat blog khusus review buku, Mbak Ferina terinspirasi dari Rahib Tanzil (Rahibnya BBI) yang menulis review bukunya di milis pasarbuku. Mbak Ferina pun mengikuti jejak Rahib menulis review buku walaupun pada mulanya masih tercampur di blog pribadi yang lain. Tapi karena lama-lama kebanyakan menulis tentang buku, Mbak Ferina berpikir mengapa tidak membuat blog khusus buku saja dan ternyata sekarang justru blog buku ini yang lebih aktif dibanding blog yang lain.

Sebelum bergabung di komunitas Blogger Buku Indonesia (BBI), Mbak Ferina pernah ikut ‘kubugil’ singkatan dari Kutu Buku Gila. Di kubugil ini sih, hehehe.. kebanyakan becandanya kadang-kadang tetapi pernah bikin program baca bareng juga dan sempat bikin acara bincang-bincang. Mbak Ferina bergabung dengan BBI diajak sama Nophie. Sebelumnya memang juga sudah kenal sama sebagian anak-anak BBI yang duluan bergabung. Pengalaman berkesan selama menjadi anggota BBI yang pasti kenal banyak teman-teman baru. Dan serunya, kita tidak hanya membahas buku – bisa ngomongin makanan, bola atau ngalor-ngidul becanda-becanda. “Yang bikin aku betah di BBI karena aku merasa ‘diterima’, meskipun pertama kali kopdar, aku gak dicuekin, dan gak ada yang ‘mencela’ jenis buku apa pun yang aku baca”,tulis Mbak Ferina. Terus, mengikuti BBI juga menambah wawasan bacaan Mbak Ferina yang suka ‘iri’ kalau ada yang mempunyai buku keren yang ada di wishlist dia.

Saya termasuk ‘pengikut’ blog buku Lemari Buku. Jadi setiap update review pasti langsung saya ketahui dari dashboard blogger. Dan blog dari Mbak Ferina rajin mengupdate review bukunya hampir tiap minggu tidak terlewat. Apa sih tips dan tricknya, Mbak Ferina ? Biar tidak keburu lupa, setiap selesai baca sebisa mungkin langsung ditulis review-nya. Karena kalau kelamaan, biasanya jadi suka males update blog dan lupa sama apa yang mau ditulis. Menurut Mbak Ferina yang paling susah itu nulis review buku yang ternyata tidak ‘berkesan’ atau justru buku yang dibilang bagus sama banyak orang. *setujuu, Mbak*.

Harapan Mbak Ferina buat BBI kedepannya semoga semakin solid, bisa membuat kegiatan sendiri yang tidak hanya via online seperti baca bareng tapi juga secara off air dan satu lagi, semoga bisa bikin kopdar akbar J Yuk Kopdar yuk...

Terima kasih untuk Mbak Ferina atas kesediaan waktunya menjawab pertanyaan-pertanyaan dari saya. Hihihi. Terima kasih juga untuk teman-teman BBI khususnya divisi event yang menyelenggarakan program seru seperti CIU untuk mendekatkan anggota BBI. Semoga anggota-anggota BBI semakin akrab dan kompak. Keep reading and sharing! :)

Akun twitter Mbak Ferina : @f3r1n4
Blog buku Lemari Bukuku : http://lemari-buku-ku.blogspot.com/

Friday, April 19, 2013

Mata Kunci





Mata Kunci by Hella S Haasse

My rating: 3 of 5 stars


Herma Tadema menggali ingatan masa tuanya tentang Mila Wychinska untuk penelitian seorang wartawan yang bernama Bart Moorland. Semua kenangan yang masa lalunya di tanah Hindia tersimpan dalam peti kayu eboni. Nyonya Warner,demikian panggilan Herma setelah menikah,tidak menemukan kunci dari peti kayu tersebut. Nyonya Warner mulai menuliskan apa yang ia ingat tentang teman masa kecilnya itu.

Mila Wychinska atau Adele Mijers (Dee) berasal dari keluarga tuan tanah yang berdarah campuran Indo dari pihak ayah dan polandia dari pihak ibu. Sejak kecil Dee diasuh oleh nenek dan bibinya, Aimee Mijers yang akrab dipanggil Non. Non agak berbeda dengan ayah Dee ataupun Nyonya Mijers, kulitnya lebih gelap dan penampilannya lebih mirip pribumi. Ayah Dee bersahabat dengan Ayah Herma dan anak-anak mereka sering bermain bersama. Ibu Herma berasal dari keluarga Belanda yang sudah menetap di Batavia.

Ketika remaja Dee sudah mulai menunjukkan sikap kritis nya terhadap eksklusivitas masyarakat kolonial. Walaupun Dee mempunyai darah eropa, ia tetap dipandang sebelah mata. Hal yang sama yang dijumpai oleh neneknya, Nyonya Meijers. Dee berpendapat rencana Pieter Erberveld untuk menguasai pemerintahan kota Batavia dan mengangkat pribumi sebagai kepala penduduk adalah rencana bagus. Pieter Erberveld juga seorang blasteran.

Dee berubah. Itu yang dirasakan Herma atas sikap teman masa kecilnya. "Kamu tidak tahu apa-apa, kamu berkulit putih! Seandainya kamu punya kakak lelaki,kamu pikir dia boleh menikah dengan aku atau orang tuamu akan memperbolehkan kamu bersahabat dengan anak laki-laki Indo?". Semenjak Dee berteman dengan gadis pribumi Sulawati Saleh, persahabatan antara Herma dan Dee renggang. Dee memilih tidak melanjutkan pendidikannya ke universitas. Ia mencibir universitas yang dinilainya sebagai lembaga 'elite', dimana orang totok intelektual disiapkan untuk pekerjaan top di Hindia.

Pendudukan Jepang terhadap Hindia Belanda berdampak pada masing-masing keluarga Herma dan Dee. Keluarga mereka tercerai berai. Herma kehilangan ibunya. Nyonya Meijers masuk ke kamp interniran Jepang. Dee mengganti namanya menjadi Mila Wychinska,memakai nama keluarga Polandia dari pihak ibunya. Non yang kulitnya serupa dengan pribumi lolos dari interniran. Herma menikah dengan Taco Tadema dan pindah ke negeri Belanda,tanah leluhurnya. Hubungan dengan Dee nyaris nihil komunikasi. Kisah hidup Dee dituliskan dari sudut pandang Herma.

Dalam Mata Kunci, sikap diskriminasi tidak hanya dialami oleh pribumi. Orang-orang yang berdarah campuran menjadi orang kelas dua. Lebih tinggi kedudukannya dari pribumi tetapi tidak akan menyamai orang Belanda 'Totok'. Namun apakah sifat Belanda 'Totok' semuanya superior? Tidak semua,karakter Herma dan Ibu nya mewakili orang Belanda asli yang tidak merasa 'totok' dan tidak arogan. Ibu Herma mengatur pekerjaan sehari-hari para pelayan dalam suasana santai. Berbeda dengan Nyonya Mijers yang Indo malah mempunyai ritual para pembantu menghadap satu persatu sesuai dgn kedudukan mereka untuk menerima perintah.

Hella S Haasse

Hella S Haasse adalah penulis fiksi sejarah dari negeri Belanda yang lahir di Batavia. Ia sering menulis mengenai kehidupan masa kolonial Belanda di Hindia. Mata Kunci adalah karya Hella S Haasse kedua yang saya baca. Saya berkenalan dengan karyanya yang berjudul 'Oeroeg'. Jika tertarik dengan sastra indies, karya-karya dari Hella S Haasse ini bisa dijadikan bacaan referensi. Setahu saya baru ada dua karya nya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Oeroeg dan Mata Kunci. Semoga karya-karya Hella S Haase lainnya menyusul diterbitkan dalam bahasa Indonesia terutama yang mengambil setting kehidupan kolonial hindia Belanda.

Thursday, April 18, 2013

BBI 2nd Anniversary Giveaway Hop




Selamat ulang tahun Bebiiii :* 
*haduhh maap ya telat*


Untuk memeriahkan ulang tahun BBI yang kedua,saya mengadakan BOOK GIVEAWAY!! Tidak hanya blog buku saya saja lho, anggota-anggota BBI lainnya juga mengadakan giveaway secara serentak. Yeaay! kapan lagi kan berburu buku-buku keren hanya di BBI 2nd Anniversary Giveaway Hop.

Hadiah Giveaway adalah satu buku dari ketiga buku di bawah ini  :


Mau novel Pulang - Leila S Chudori ? atau novel Amba - Laksmi Pamuntjak? atau masterpiece dari Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia?

Yuk ikutan.. Caranya mudah, sebutkan judul buku yang kamu inginkan beserta alasannya di kolom komentar.  Jawaban yang menurutku menarik akan mendapatkan buku pilihannya. Setiap komentar harus mempunyai identitas ya berupa alamat email/twitter. :)

Pemenang diumumkan pada tanggal 27 April 2013 dan akan saya hubungi via email/twitter. Good Luck !


Kamu juga bisa ikut giveaway dari anggota BBI lainnya di link sebagai berikut :

Friday, April 12, 2013

Negeri di Ujung Tanduk





Negeri di Ujung Tanduk by Tere Liye


Apakah ada di dunia ini seorang politikus dengan hati mulia dan niat lurus? Apakah masih ada seorang Gandhi? Seorang Nelson Mandela? Yang berteriak tentang moralitas di depan banyak orang,lantas semua orang berdiri rapat di belakangnya, rela mati mendukung semua prinsip itu terwujud? Apakah masih ada?

Satu tahun telah terlewati semenjak Bank Semesta diambil alih oleh pemerintah. Kantor konsultasi keuangan milik Thomas melebarkan sayapnya ke dunia politik. Dalam waktu 6 bulan saja, Thomas berhasil memenangi dua pemilihan gubernur. Semakin Klien Thomas , JD , akan bertarung menjadi calon presiden di sebuah konvensi partai politik. JD mempunyai catatan bersih dari track recordnya sebagai walikota dan gubernur. JD dikenal Sosok yang sederhana dan humble dengan rakyat. Ia mempunyai kesungguhan untuk menegakkan hukum di Indonesia. Sehari menjelang konvensi partai, JD ditangkap polisi berkaitan dengan kasus korupsi pembuatan mega tunnel ibukota. Nampaknya ada pihak-pihak yang menghalangi langkah JD untuk menjadi capres.

Sebagai konsultan politik dan orang kepercayaan dari JD, Thomas tak luput dari sasaran ‘musuh’. Thomas yang sedang berada di Hongkong difitnah dengan penemuan heroin sebesar 100 kg dan puluhan senjata di kapal pesiarnya. Bagaimana Thomas menyelamatkan kliennya,JD? Thomas mempunyai kartu As yang bisa menyelamatkan JD. Ada jaringan atau mekanisme yang tidak terlihat yang mengerogoti hukum yang disebut mafia hukum yang ada dari level paling rendah hingga paling tinggi. Thomas berpacu dengan waktu untuk ‘menangkap’ siapa dalang semua ini.
Dari segi cerita,saya seakan dejavu dengan aksi Thomas di ‘Negeri Para Bedebah’ hanya saja ‘Negeri di Ujung Tanduk’ lebih banyak mengulas intrik-intrik dunia politik dan hukum. Ada beberapa adegan cerita di buku sebelumnya kembali diceritakan. Lagi-lagi petualangan Thomas ditemani oleh wartawati cantik,kali ini seseorang yang bernama Maryam dari majalah mingguan politik. Aksi kejar-kejaran, baku hantam, dan penyelamatan menit-menit terakhir Thomas ikut menaikkan adrenaline pembaca. Bab-bab dari Negeri di Ujung Tanduk yang lebih tipis membuat saya bertanya-tanya apakah Tere Liye mengejar deadline atau momen yang pas dengan situasi Indonesia saat ini. Karena seperti yang kita tahun tahun 2013 suhu politik Indonesia semakin memanas menuju pemilihan umum presiden tahun 2014.

Saya mungkin agak kecewa dengan kisah lanjutan Thomas tapi yang membuat saya merenung adalah kisah sederhana yang diceritakan berkali-kali oleh Opa kepada Thomas. Kisah mengenai perahu nelayan yang bocor ketika Opa meninggalkan cina daratan dan tiba di Indonesia.

Saya ringkaskan sebagai berikut :

Kisah perahu bocor Opa. Opa terjaga selama tiga hari tiga malam di kapal nelayan yg bocor. Meninggalkan tanah kelahiran karena perang saudara dan wabah penyakit. Hanya membawa pakaian di badan, menumpang kapal nelayan,berlayar meninggalkan daratan China,mengungsi ke mana arah angin laut membawa. Dalam perjalanan itu Opa berkawan karib dengan Chai Ten,yang sama-sama mengungsi. Lepas dari laut china selatan, Chai Ten dan setengah penumpang nelayan jatuh sakit. Banyak yang tidak bertahan hingga mayat-mayatnya dilempar ke laut tanpa penghormatan yang layak. Di minggu kedua perjalanan, kondisi Chai Ten semakin parah. Dia demam, menggigil,dan muntah. Tubuhnya meringkuk di sudut palka. Tidak ada yang peduli, tidak ada yang mau memberikan pertolongan karena semua orang sibuk dengan masalahnya sendiri. Opa yang merawat Chai Ten. Mencarikan selimut dari karung goni, memberikan jatah makanan,memberi air tawar dari hujan turun, meramu obat semampunya dari sisa-sisa logistik kapal nelayan. Menemani siang dan malam, menghiburnya, memberikan semangat kami berdua akan melalui hari-hari sulit dan tiba di negeri yang lebih baik. Chai Ten bertahan seminggu kemudian dan ia turun di singapura memutuskan mencari peruntungan disana. Opa terus berlayar hingga tiba di surabaya. Berpuluh-puluh tahun dari peristiwa tersebut tidak ada yang menyangka tindakan tersebut akan membuat perbedaan yang besar di masa depan.