
My rating: 4 of 5 stars
LIVING OUR
BEST LIFE TODAY
Pertama kali
Hazel Grace didiagnosa kanker tiroid stadium IV pada usia 13 tahun. Lalu tumor menyebar ke paru-paru. Keajaiban
terjadi pada Hazel Grace ketika Phalaxinfor, obat yang masih dalam
percobaan,bisa menghentikan pertumbuhan tumornya. Hazel tidak lepas dari tabung
oksigen untuk membantunya bernapas. Untuk mengurangi depresi, Hazel diminta
ibunya untuk bergabung dengan Support Group. Dalam Support Group ini,Hazel
bertemu dengan pasien-pasien kanker lainnya. Isaac yang menderita kanker mata. Dan
seorang cowok yang memandang Hazel dengan tajam,dia lah Augustus Waters.
Augustus adalah cancer survivor dari osteosarcoma, kanker tulang dan telah
kehilangan satu kakinya. Augustus bergabung dengan Support Group karena dorongan
temannya,Isaac.
Hazel
beruntung dianugerahi orang tua yang menyayanginya. Hazel adalah putri tunggal.
Ibunya setia mendampinginya. Seperti remaja lainnya kadang-kadang Hazel
bersitegang dengan orang tuanya,yang penyebabnya berkaitan dengan kondisinya “You
are not a grenade, not to us. Thinking about you dying makes us sad, Hazel, but
you are not a grenade. You are amazing. You can’t know, sweetie, because you’ve
never had a baby become a brilliant young reader with a side interest in
horrible television shows, but the joy
you bring us is so much greater than the sadness we feel about your illness.”
Hazel mempunyai
buku favorit An Imperial Affliction
yang ditulis oleh Peter Van Houten. Buku ini menghantarkan dia dengan kisah
yang manis bersama Augustus Waters. Mereka penasaran dengan ending yang
menggantung. Sementara Peter Van Houten telah pindah ke Belanda dan tidak
menerbitkan karya lagi. Augustus dapat menghubungi Peter Van Houten melalui
email. Peter tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari Hazel. Mereka harus datang ke Amsterdam dan menemui
Peter Van Houten sendiri.
Perjalanan
ke Amsterdam memerlukan persiapan yang matang. Dokter memastikan kondisi Hazel
aman untuk bepergian jauh. Sayang sekali, sambutan Peter tidak menyenangkan dan
membuat Hazel menangis. Ada satu berita yang mengkhawatirkan yaitu kanker kembali
hadir di tubuh Augustus.
Hazel
mencoba menyemangati Augustus untuk terus berjuang. “You get to battle cancer. That
is your battle. And you’ll keep fighting.” Namun Augustus seperti sudah
mengetahui ujung dari perjuangannya.“What am I at war with? My cancer. And what
is my cancer? My cancer is me. The tumors are made of me. They’re made of me as
surely as my brain and my heart are made of me. It is a civil war, Hazel Grace,
with a predetermined winner.”
Bagaimana ya
melukiskan perasaan setelah baca buku ini, susah untuk dijelaskan.
Sudah lama
saya ingin membaca buku ini. Review dari book blogger membuat saya penasaran
disamping cover bukunya yang menarik hati, awan dan biru. Harga buku hardcovernya lumayan mahal buat
saya, saya pikir lebih baik membeli versi paperbacknya saja. Setiap mampir ke toko buku di bandara,saya
mengecek apakah sudah ada edisi paperback atau belum. Yahh masih belum terbit juga.
>.< Akhirnya mendapat kiriman ebook dari mbak Desty. Thanks you so much mbak. :) The
Fault in our stars telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan tidak lama lagi
akan terbit. Jujur saja saya kaget melihat cover bahasa Indonesianya yang
ummm..ummm..kok gitu ya?