Judul : Aruna & Lidahnya
Penulis : Laksmi Pamuntjak
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2014
Jumlah halaman : 442
Kementerian Kemakmuran dan Kebugaran
Rakyat geger setelah kasus korban yang diduga terjangkit flu burung ditemukan
di delapan kota berbeda. Ketakutan akan virus yang dapat menyebar dari unggas
dan manusia ini juga mengundang kecemasan jika terjadi mutasi gen nantinya bisa
menular antar manusia ke manusia. Sebagai konsultan epidemiologi atau ahli
wabah, Aruna mendapat tugas investigasi kasus-kasus tersebut bersama Farish,
rekan kerjanya yang menyebalkan. Mereka adalah konsultan dari NGO OneWorld yang
bekerjasama dengan Direktorat Penanggulangan Wabah dan Pemulihan Prasarana atau
yang disingkat "PWP2". Dalam tenggat waktu dua minggu merekan
mengunjungi korban yang terduga terjangkit flu burung di Banda Aceh,
Medan, Palembang, Pontianak, Singkawang, Bangkalan, Pamekasan dan Lombok. Di
masing-masing kota mereka akan ditemeni staf lokal Kemenmabura mengunjungi
rumah sakit korban terduga flu burung.
Dua sahabat Aruna, Bono dan Nadezdha
(disingkat Nad) turut serta menemani Aruna. Bono adalah seorang chef di
restoran elite Jakarta. Pengalamannya menimba ilmu langsung dari dapur
masterchef di New York dan Paris. Sementara Nad adalah penulis perjalanan dan
kuliner. Nad yang elegan,anggun dan suka menarik perhatian lelaki dari
pandangan pertama. Ketiganya disatukan oleh makanan. Bono dan Nad fokus kulineran. Aruna akan bergabung bersama Farish setelah mereka selesai menjalankan tugas mereka di rumah sakit.
Makanan tidak sekedar pengisi perut,
mengatasi lapar, atau memberikan tenaga sebagai kebutuhan dasar manusia untuk
hidup. Aruna, Bono dan Nad menangkap dan menerjemahkan rasa dari setiap makanan
lebih dari sekadar enak atau enak banget. Racikan bumbu mudah dikenali oleh
lidah mereka. Ketidaksesuaian bahan-bahan akan terasa salah. Apakah makanan
terlalu banyak vetsin, kemiri, atau jahe. Bono siap dengan daftar-daftar
makanan yang harus dicicipi. Mulai dari makanan khas daerah tersebut, tempat
enak menurut blogger hingga makanan tradisional yang diambang kepunahan. Jika
sudah berada di depan makanan, Bono khusyuk memahami tekstur rasa dan
mencampurnya dengan pengetahuan kuliner yang ia punya. Makanan yang sempurna
sensasinya tidak bisa diucapkan dengan kata-kata.
PWP2 tiba-tiba memutuskan tim Aruna
- Farish berhenti dan kembali di Jakarta. Desas desus mengenai kongkalikong
pejabat PWP2 terkait pengadaan fasiliitas penanganan flu burung. Sejauh ini
memang laporan Aruna tidak ada hasil positif yang bisa meyakinkan flu burung
benar-benar ada. Bapak tua di Palembang yang berpura-pura sakit flu burung agar
perawatannya bebas biaya. Wanita yang berusia 35 tahun di pamekasan yang
berakting sakit supaya bisa dikirim ke Surabaya. Sayang karena semua tiket
sudah diissued sesuai jadwal, mereka tetap meneruskan perjalanan tetapi tujuan
utamanya berubah menjadi perjalanan kuliner. Lagipula ada sesuatu yang berubah
dari sosok rekan kerja Farish yang menyebalkan namun berubah menjadi sosok yang
tidak pernah Aruna kenali sebelumnya.
Sayangnya, saya berpendapat
ceritanya serba nanggung. Sebenarnya cukup tertarik dengan latar belakang
profesi Aruna sebagai ahli wabah. Nah, Aruna yang sedang meneliti kasus flu
burung dihentikan tiba-tiba dari Jakarta. Lalu kelanjutan dengan kasus-kasus
lain bagaimana, apa yang disembunyikan PWP2 dari Aruna. Konflik kepentingan di
balik pengiriman Aruna dan Farish berakhir menggantung. Untuk soal
makanan-makanan yang menerbitkan air liur atau rasa penasaran karena namanya
terdengar asing pun rasanya serba cepat sehingga kesan yang didapat hanya
sepintas dan tidak cukup dalam menggali keunikan dari makanan tersebut.
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬
ReplyDeletePlotnya sangat menarik dan ideny orisinil. :)
▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬