Pages

Wednesday, June 3, 2015

Aruna & Lidahnya



Judul : Aruna & Lidahnya

Penulis : Laksmi Pamuntjak

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : 2014

Jumlah halaman : 442



Kementerian Kemakmuran dan Kebugaran Rakyat geger setelah kasus korban yang diduga terjangkit flu burung ditemukan di delapan kota berbeda. Ketakutan akan virus yang dapat menyebar dari unggas dan manusia ini juga mengundang kecemasan jika terjadi mutasi gen nantinya bisa menular antar manusia ke manusia. Sebagai konsultan epidemiologi atau ahli wabah, Aruna mendapat tugas investigasi kasus-kasus tersebut bersama Farish, rekan kerjanya yang menyebalkan. Mereka adalah konsultan dari NGO OneWorld yang bekerjasama dengan Direktorat Penanggulangan Wabah dan Pemulihan Prasarana atau yang disingkat "PWP2". Dalam tenggat waktu dua minggu merekan mengunjungi korban yang terduga terjangkit flu burung di  Banda Aceh, Medan, Palembang, Pontianak, Singkawang, Bangkalan, Pamekasan dan Lombok. Di masing-masing kota mereka akan ditemeni staf lokal Kemenmabura mengunjungi rumah sakit korban terduga flu burung.


Dua sahabat Aruna, Bono dan Nadezdha (disingkat Nad) turut serta menemani Aruna. Bono adalah seorang chef di restoran elite Jakarta. Pengalamannya menimba ilmu langsung dari dapur masterchef di New York dan Paris. Sementara Nad adalah penulis perjalanan dan kuliner. Nad yang elegan,anggun dan suka menarik perhatian lelaki dari pandangan pertama. Ketiganya disatukan oleh makanan. Bono dan Nad fokus kulineran. Aruna akan bergabung bersama Farish setelah mereka selesai menjalankan tugas mereka di rumah sakit.


Makanan tidak sekedar pengisi perut, mengatasi lapar, atau memberikan tenaga sebagai kebutuhan dasar manusia untuk hidup. Aruna, Bono dan Nad menangkap dan menerjemahkan rasa dari setiap makanan lebih dari sekadar enak atau enak banget. Racikan bumbu mudah dikenali oleh lidah mereka. Ketidaksesuaian bahan-bahan akan terasa salah. Apakah makanan terlalu banyak vetsin, kemiri, atau jahe. Bono siap dengan daftar-daftar makanan yang harus dicicipi. Mulai dari makanan khas daerah tersebut, tempat enak menurut blogger hingga makanan tradisional yang diambang kepunahan. Jika sudah berada di depan makanan, Bono khusyuk memahami tekstur rasa dan mencampurnya dengan pengetahuan kuliner yang ia punya. Makanan yang sempurna sensasinya tidak bisa diucapkan dengan kata-kata.


PWP2 tiba-tiba memutuskan tim Aruna - Farish berhenti dan kembali di Jakarta. Desas desus mengenai kongkalikong pejabat PWP2 terkait pengadaan fasiliitas penanganan flu burung. Sejauh ini memang laporan Aruna tidak ada hasil positif yang bisa meyakinkan flu burung benar-benar ada. Bapak tua di Palembang yang berpura-pura sakit flu burung agar perawatannya bebas biaya. Wanita yang berusia 35 tahun di pamekasan yang berakting sakit supaya bisa dikirim ke Surabaya. Sayang karena semua tiket sudah diissued sesuai jadwal, mereka tetap meneruskan perjalanan tetapi tujuan utamanya berubah menjadi perjalanan kuliner. Lagipula ada sesuatu yang berubah dari sosok rekan kerja Farish yang menyebalkan namun berubah menjadi sosok yang tidak pernah Aruna kenali sebelumnya.


Sayangnya, saya berpendapat ceritanya serba nanggung. Sebenarnya cukup tertarik dengan latar belakang profesi Aruna sebagai ahli wabah. Nah, Aruna yang sedang meneliti kasus flu burung dihentikan tiba-tiba dari Jakarta. Lalu kelanjutan dengan kasus-kasus lain bagaimana, apa yang disembunyikan PWP2 dari Aruna. Konflik kepentingan di balik pengiriman Aruna dan Farish berakhir menggantung. Untuk soal makanan-makanan yang menerbitkan air liur atau rasa penasaran karena namanya terdengar asing pun rasanya serba cepat sehingga kesan yang didapat hanya sepintas dan tidak cukup dalam menggali keunikan dari makanan tersebut.



1 comment:

  1. ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬
    Plotnya sangat menarik dan ideny orisinil. :)
    ▬▬▬▬▬▬▬▬▬▬ஜ۩۞۩ஜ▬▬▬▬▬▬▬▬▬

    ReplyDelete

Thank your for leaving comment. :)