Pages

Showing posts with label Mochtar Lubis. Show all posts
Showing posts with label Mochtar Lubis. Show all posts

Tuesday, January 29, 2013

Jurnalisme dan Politik di Indonesia

Jurnalisme dan Politik di IndonesiaJurnalisme dan Politik di Indonesia : Biografi Kritis Mochtar Lubis (1922 - 2004) sebagai pemimpin redaksi dan pengarang by David T. Hill


My rating: 5 of 5 stars






Perjalanan hidup Mochtar Lubis tidak bisa dilepaskan dari perkembangan jurnalisme dan politik di Indonesia. Sebagai pemimpin redaksi harian Indonesia Raya,ia menetapkan namanya sebagai lambang kebebasan pers di Indonesia.  Mochtar Lubis tidak gentar dengan pembredelan harian Indonesia Raya karena tajuk-tajuk yang mengkritik pemerintah. Sebagian kisah hidupnya telah saya baca di buku 'Mochtar Lubis : Wartawan Jihad'. Saya tidak mengulas yang pernah saya bahas di review ‘Mochtar Lubis : Wartawan Jihad’ mengenai jatuh bangunnya harian Indonesia Raya dalam masa pemerintahan Orde Lama (1949 -1956) dan Orde Baru (1968 – 1974). Di dalam buku ini terdapat pendapat dari orang-orang yang mengkritiknya,menghadirkan sisi lain dari Mochtar Lubis yang saya ketahui. 

priceless :')

Mochtar Lubis dikenal sebagai penganut garis keras yang berpendirian tanpa kompromi dalam melawan Soekarno. Sejak hari-hari revolusi, Mochtar Lubis tidak suka dengan Bung Karno. Ia mengkritisi  dukungan Soekarno pada penjajahan Jepang terhadap romusha yang menghimpun tenaga kerja Indonesia bekerja di luar negeri. Pasca perang dunia kedua merupakan awal dari perang dingin antara blok timur dan blok barat. Indonesia yang menyatakan diri dalam kelompok non blok tidak luput dari pendekatan masing-masing blok. Presiden Soekarno memperlihatkan kecondongan ke arah blok timur. Mochtar Lubis walaupun tidak pernah aktif dalam partai politik mana pun mengakui pengaruh Sjahrir pada dirinya. Semasa pemerintahan Soekarno, Mochtar Lubis mendekam dipenjara selama 9 tahun tanpa pengadilan. Selain itu, Mochtar memandang Soekarno sebagai penganut hubungan seks tanpa pandang bulu,egois,irasional dan oportunis dalam politik. Karakter Soekarno dapat ditemukan pada karakter tokoh-tokoh dalam karya fiksinya. 

Sewaktu sekolah di sekolah ekonomi INS Kayutanam, Mochtar Lubis muda pernah menyatakan ketertarikannya pada paham komunis. Gurunya mengatakan bila kaum komunis berkuasa di daerahnya, bapaknya akan menjadi orang pertama yang akan mereka bunuh. Ayah Mochtar Lubis, Raja Pandapotan Lubis, adalah pribumi elit yang bekerja untuk pemerintah kolonial dan akan menjadi sasaran awal kaum komunis. Di perkembangan hidup selanjutnya, Mochtar Lubis menentang komunisme seumur hidup. 

Jika berbicara mengenai Mochtar Lubis, ada satu sastrawan yang  bersiteru dengannya yaitu Pramoedya Ananta Toer. Kedua pengarang ini berada dalam pandangan politik yang berseberangan. Mochtar terlibat dengan organisasi-organisasi blok barat dengan simpati Amerika,Pramoedya mengembangkan sikap nasionalis radikal dan tanggung jawab ke arah kiri serta membimbingnya bergabung dengan Lekra (Hal 229). Mochtar Lubis mendapat penghargaan Magsasay (Nobel Asia) dalam bidang jurnalistik pada tahun 1958. Pram menuduhnya 'kaki tangan kaum imperealis'.

Ketika terjadi pembantaian dan penangkapan tahanan politik pasca peristiwa 30 September 1965, Arif Budiman dan Soe Hok Gie mendesak agar diberikan amnesti bagi tahanan golongan C yaitu mereka yang digolongkan tingkat keterlibatannya paling rendah tidak perlu diadili.  Mochtar Lubis kurang bersimpatik dan tidak setuju usul kakak beradik ini. Soe Hok Gie kecewa dengan sikap Mochtar Lubis tersebut.

Pengumuman penghargaan Magsasay tahun 1995 untuk Pramoedya Ananta Toer membuat Mochtar Lubis bereaksi keras. Penyebabnya adalah dosa masa lalu pram yang berupa tindakan represif Pramoedya semasa aktif di Lekra pada seniman-seniman yang tidak sepaham dengannya. Mochtar Lubis mengembalikan hadiah Magsasay miliknya sebagai bentuk protes keras. Saya teringat perkataan Mochtar Lubis yang diucapkan oleh anaknya di program TV One yang pernah mengulas polemik tersebut ,'Saya tidak mau disamakan dengan Pram'. 


Buku-buku Mochtar Lubis

Mochtar Lubis aktif berpartisipasi di organisasi internasional seperti International Press Institute (IPI) dan Congress for Cultural Freedom (CCF). CCF berjasa dalam penerbitan novel 'twilight in Jakarta' dalam bahasa Inggris yang ditulis Mochtar Lubis ketika dalam tahanan. Penerbitan 'twilight in Jakarta' membuat nama Mochtar Lubis mendunia. Hal ini juga membuktikan bahwa Mochtar Lubis sanggup menembus tembok penjara Soekarno dan berbicara kepada dunia. Pada tahun 1967 terungkap ke publik fakta mengenai CCF ,yang sejak didirikan, dibiayai oleh CIA Amerika sebagai bagian perjuangan melawan komunisme dalam perang dingin dunia. Dalam wawancara dengan David T Hill, Mochtar Lubis menyatakan ketidaktahuannya perihal asal muasal dana pembiayaan CCF.  CCF berubah menjadi the International Association for Cultural Freedom (IACF) dengan pendanaan dari Ford Fondation.

Pada tahun 1977, Mochtar Lubis berpidato di Pusat Kebudayaan Jakarta  yang kelak dibukukan dengan judul ‘Manusia Indonesia’. Mochtar Lubis memaparkan ciri-ciri manusia Indonesia dari sisi positif dan negatif. Ciri-ciri manusia Indonesia yang positif yaitu bersifat artistik,halus, cinta damai,dianugerahi rasa humor dan kesabaran. Tidak sedikit yang tersinggung dengan ciri manusia Indonesia yang negatif yaitu munafik,bersikap feodal, percaya takhyul, berwatak lemah, tidak bisa mengambil keputusan, dan selalu tidak bertanggung jawab. Pidato ini memicu kontraversi di masyarakat. Kira-kira setelah 30 tahun lebih pidato Mochtar Lubis yang menghebohkan ini masih relevan tidak ya dengan kondisi sekarang?

Setelah keluar dari penjara, kondisi keuangan Mochtar Lubis sulit. Untuk menerbitkan kembali Indonesia Raya perlu ada jaminan keuangan. Pada tahun 1967,Ia bergabung dengan Sumitro Djojohadikusumo mendirikan Indoconsult Associates,perusahaan konsultan bisnis. Pada tahun 1969,Mochtar Lubis melakukan kerja sama dengan Airfast Services Pty,Ltd,mendirikan PT Airfast Service Indonesia. Dan pada tahun 1970, portofolio bisnisnya meluas ke bidang periklanan dengan mendirikan PT Fortune Indonesia Advertising. Usaha bisnisnya tidak berjalan mulus.  Beberapa perusahaannya mengalami konflik dengan investor dan akhir dijual.


To Hally, to whom I owe a debt of love

Dibalik pria yang sukses terdapat wanita yang hebat. Mochtar Lubis menikah dengan Siti Halimah Kartawijaya,yang akrab dipanggil Hally. Mereka mempunyai ketertarikan yang sama di bidang pers. Hally tabah dan kuat ketika Mochtar Lubis dipenjara bertahun-tahun. Mochtar Lubis menuliskan besar cintanya pada Istri pada catatan-catatannya, 'Setiap saat denganmu merupakan kebahagiaan dan suka cita. Bertambahlah perolehannya untuk dihargai dalam kenanganku. Aku merasa cintaku padamu senantiasa segar. Kupikir itulah keajaiban dan mukjizat cinta sejati. Bila kau sungguh saling mencintai,maka waktu tak ada maknanya. Jarak pun hilang artinya'. Mochtar Lubis juga sering mempersembahkan karyanya untuk sang istri. Kisah romantisnya tidak kalah dengan kisah cinta Habibie Ainun.

Sebagai pengagumnya, saya memiliki ketakutan tersendiri sebelum membaca buku ini.  Apakah kritikan-kritikan tersebut akan membuat ‘cacat’ pada tokoh yang saya kagumi? Jujur,saya takut kecewa. Tetapi saya tidak ingin berada dalam kekaguman yang berlebihan dan membabi buta.  Jarang sekali saya membaca biografi yang tidak sekadar puji-pujian terhadap tokoh yang ditulis. Hubungan David T Hill dengan Mochtar Lubis sempat mendingin ketika penulisan buku ini. Mochtar Lubis tidak menyukai label ‘liberal’ yang dituliskan David T Hill.
Saya tetap salut dengan seorang Mochtar Lubis, seseorang yang mempunyai prinsip dalam jurnalisme, konsisten dengan sikap anti komunis. 

Saya jadi bersemangat menuntaskan buku-buku Mochtar Lubis yang belum dibaca. :)

Monday, October 29, 2012

Jalan Tak Ada Ujung

Jalan Tak Ada UjungJalan Tak Ada Ujung by Mochtar Lubis

Penerbit : Yayasan Obor Indonesia

My rating: 4 of 5 stars



“Saya sudah tahu –semenjak semula—bahwa jalan yang kutempuh ini adalah tidak ada ujung. Dia tidak akan habis-habisnya kita tempuh. Mulai dari sini, terus, terus, terus, tidak ada ujungnya. Perjuangan ini, meskipun kita sudah merdeka, belum juga sampai ke ujungnya. Dimana ujung jalan perjuangan dan perburuan manusia mencari bahagia? Dalam hidup manusia selalu setiap waktu ada musuh dan rintangan-rintangan yang harus dilawan dan dikalahkan. Habis satu muncul yang lain, demikian seterusnya. Sekali kita memilih jalan perjuangan,maka itu jalan tak ada ujungnya. Dan kita, engkau, aku, semuanya telah memilih jalan perjuangan”.- (Hazil, Jalan Tak Ada Ujung)

Kondisi sosial politik Indonesia pasca deklarasi kemerdekaan masih belum stabil. Kota Jakarta masih dikuasai oleh tentara sekutu yang melakukan penggeledahan sesuka hati. Laskar-laskar rakyat masih melakukan pertempuran di daerah Bekasi – Karawang. Guru Isa ikut bergabung dalam perjuangan. Dalam pergerakan ia berjumpa dengan pemuda bernama Hazil. Kecocokan mereka dipersatukan oleh musik. Tidak seperti Hazil yang telah memilih berjuang dengan sepenuh hati, Guru Isa berjuang karena ketakutannya. Takut dengan anggapan orang sekitar. Tuduhan menjadi mata-mata sangat serius karena bisa saja langsung dieksekusi mati. Ketika Guru Isa berada dalam perjuangan, ketakutannya semakin bertambah. Ketakutan-ketakutannya menjadi mimpi buruk di setiap malam. Walaupun ia tidak mengatakannya secara terus terang, istrinya Fatimah mengetahuinya.

Walaupun statusnya sebagai guru mendapatkan penghargaan lebih dari masyarakat namun gaji Guru Isa tidak lagi mencukupi kebutuhan keluarganya. Sementara tidak mungkin untuk meminta kenaikan kepada kepala sekolah. Akhirnya Guru Isa mengambil buku-buku tulis baru dan menjualnya ke toko alat tulis. Hati nuraninya menentang pertama kalinya tetapi keadaan membuatnya mengabaikan rasa bersalahnya.
Sementara itu Hanzil lebih banyak terjun langsung dalam perjuangan. Dia menghampiri rumah Guru Isa jika ada tugas perjuangan atau untuk bermain biola. Frekuensi kedatangannya tidak menentu. Kadang-kadang ia menghilang cukup lama.

Suasana dari novel ‘Jalan Tak Ada Ujung’ ini suram dan mencekam. Mochtar Lubis tidak hanya menggambarkan suasana Jakarta pada saat revolusi tetapi juga situasi sosial yang diwakilkan lewat tokoh-tokohnya seperti Guru Isa, Hazil, Ayah dari Hazil. “Sebagai kebanyakan orang di hari-hari pertama revolusi itu, Guru Isa belum menganalisa benar-benar kedudukannya, kewajibannya dan pekerjaannya dalam revolusi. Selama ini dia membiarkan dirinya dibawa arus. Arus semangat rakyat banyak”.

‘Jalan Tak Ada Ujung’ pertama kali diterbitkan pada tahun 1952 oleh penerbit PT Dunia Pustaka Jaya. Novel ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris 'A Road with no End' pada tahun 1968.


View all my reviews

Tuesday, September 18, 2012

Harimau! Harimau!


Harimau! Harimau! Harimau! Harimau! by Mochtar Lubis
My rating: 5 of 5 stars


Judul: Harimau! Harimau!
Penulis : Mochtar Lubis
Penerbit : Yayasan Obor Indonesia
Tahun terbit : 1992

Satu kelompok pengumpul damar yang terdiri dari Wak Katok, Pak Haji, Buyung, Sanip, Sultan, Talip dan Pak Balam hendak kembali pulang ke kampung. Selama di hutan mereka menumpang di huma milik Wak Hitam. Wak Hitam hidup menyendiri bersama istri mudanya, Siti Rubiyah. Orang-orang sering meminta jimat,mantra dan guna-guna kepada Wak Hitam yang dikenal dukun hebat.

Dalam perjalanan, Buyung berhasil menembak seekor rusa jantan dengan senjata lantak milik Wak Katok.  Rusa tersebut disembelih dan dibagi-bagi ke anggota kelompok. Tak lama kemudian terdengar suara auman ‘nenek’ dari tempat tertembaknya rusa. Mereka meneruskan perjalanan yang dibayangi kecemasan. ‘Nenek’ yang suaranya mereka dengar adalah harimau tua yang sedang lapar. Harimau tersebut marah dan semakin lapar mendapati buruannya telah raib. Mudah saja harimau tersebut mengikuti kelompok pengumpul damar itu, bau daging rusa tercium sangat jelas. Pelan-pelan ‘nenek’ mengikuti jejak mereka. Dan teror pun dimulai!

Korban yang jatuh pertama adalah Pak Balam. Ia diterkam harimau ketika sedang di sungai. Namun ajal belum menjemputnya, kaki dan punggungnya yang penuh luka-luka. Selagi masih ada kesempatan, Pak Balam membuat pengakuan dosa yang membebani hatinya. Ia membeberkan dosa-dosanya sewaktu perang melawan Belanda. Waktu itu Wak Katok membunuh teman seperjuangan mereka yang terluka. Walaupun yang melakukan perbuatan dosa adalah Wak Katok, Pak Balam merasa bersalah karena mengetahui dan tidak melarang perbuatan Wak Katok.  Ia yakin harimau tersebut dikirim oleh Yang Maha Kuasa untuk menghukum dosa-dosa mereka. Pak Balam mengajak yang lain untuk bertobat  “Akuilah dosa kalian. Akuilah dosa kalian. Harimau itu dikirim Tuhan untuk menghukum kita”. Pak Balam mengingau berulang-ulang tentang dosa, harimau, dan hukuman tuhan. Manusia tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Masing-masing mereka mempunyai dosa yang disimpan dan ditutup rapat sendiri. Igauan dari Pak Balam yang sekarat ini meresahkan hati dan pikiran anggota lain yang teringat dengan dosa lama mereka.

Ada dua jenis harimau yaitu harimau biasa dan harimau jadi-jadian yang dikirim untuk menghukum dosa-dosa mereka. Harimau manakah yang mereka hadapi? Wak Katok menggunakan ilmunya untuk mengetahui jenis harimau yang mengikuti mereka. Mereka sedikit bernapas lega karena harimau tersebut harimau biasa. Lengah sekali, berikutnya Talip yang diserang harimau. Ia mati seketika. Dengan jatuhnya dua korban, Buyung menyarankan lebih baik mereka memburu harimau tersebut. Kelompok dipecah menjadi dua. Wak Katok, Buyung dan Sanip memburu harimau. Tanjung dan Pak Haji menunggui Pak Balam yang terluka di pondok bermalam mereka. Namun Tanjung tak tahan dengan igauan Pak Balam yang mengingatkannya dengan dosa terhitamnya hingga ia pergi menyusul tiga rekannya.

Harimau ini lebih cerdas daripada mereka duga. Mereka berputar-putar mencari jejak harimau. Dari jejak-jejak di tanah Harimau tersebut sempat mengejar babi hutan tapi ia berhenti dan kembali ke perhatiannya semula. Dan ketika menemukannya jejak yang masih baru, mereka berada di tempat makan mereka sebelumnya. Auman dan jeritan manusia merobek keheningan rimba raya dari kejauhan. Buyung hendak menolong tetapi Wak Katok melarangnya. Buyung menuruti ucapan Wak Katok karena ia dianggap pemimpin dari kelompok dan guru bagi Buyung. Mereka baru mengetahui bahwa jeritan tersebut milik kawan mereka sendiri, Tanjung, setelah kembali ke pondok. Sudah dua orang teman mereka mati dan satu orang masih kritis. Keesokan harinya Pak Balam pun menyusul dua rekannya ke alam baka.

Keadaan mereka semakin terdesak. Wak Katok meminta mereka mengakui dosa-dosa seperti pesan Pak Balam. Pak Haji yang dikenal penyendiri di kampung menceritakan dosa-dosanya. Sementara Buyung enggan mengakui dosa-dosanya, biarlah perzinahan antara dirinya dengan Siti Rubiyah, istri Wak Hitam, dibawa sampai mati. Wak Katok yang terkenal orang paling pemberani di kampung, jago silat, tinggi ilmu dukunnya sebenarnya menyimpan ketakutan dalam hati namun karena gengsi tidak ia tunjukkan. Ia menyesali ucapan Pak Balam yang membocorkan kejahatannya. Kenapa tidak langsung mati saja dia diterkam harimau?,pikirnya. Ia lebih meresahkan penilaian anggota kelompok lainnya yang kini memandangnya berbeda dibandingkan tobat atas dosa-dosanya sendiri.

Naluri untuk mempertahankan hidup memperbesar keberanian mereka. Disaat genting ini lah sifat-sifat asli mereka keluar. Siapa yang oportunis, siapa yang mau cari aman sendiri, siapa yang penakut, dan siapa yang peduli dengan keselamatan orang lain. Pemimpin yang selama ini mereka segani, keramati karena ‘ilmu’-nya yang tinggi ternyata tak mampu menyelamatkan mereka.

Berhasil kah mereka menyelamatkan diri dari intaian harimau ?

-----------

Nilai moral dan spiritualitas dalam novel ini sangat kental dicampur dengan ketegangan diintai oleh harimau. Secara gamblang Mochtar Lubis menggambarkan dosa-dosa besar manusia seperti mencuri, memperkosa, berzinah, dan membunuh. Harimau! Harimau! ditulis sewaktu Mochtar Lubis dipenjara di Madiun. Mochtar Lubis mendapatkan inspirasi dari pengalamannya bertemu harimau di hutan Sumatera. Menurut saya karakter yang paling juara dari tokoh-tokoh di Harimau! Harimau! adalah Wak Katok. 

Panthera tigris sumatrae (sumber dari sini)

Pertama kali mengenal Harimau! Harimau! melalui pelajaran Bahasa Indonesia. Saya pikir saya pernah membaca buku ini tapi tidak ada ingatan saya sama sekali tentang isi novel ini. Anggap saja saya membaca dari awal. Saya bernostalgia dengan cerita-cerita nenek saya tentang hutan di kampung kami yang ketika ia muda pernah bertemu beruang. Orang tua dulu menyebut harimau dengan panggilan 'Inyiak' yang artinya kakek dalam bahasa Indonesia. Namun membacanya sekarang, gambaran rimba raya yang masih perawan terdistorsi dengan kenyataan sekarang yang kita saksikan. Kerusakan hutan yang semakin parah dan populasi harimau Sumatera yang menuju kepunahan. Semoga kisah ini akan tetap bertahan untuk generasi yang mendatang.

Baca juga review karya Mochtar Lubis lainnya :
-          Pemburu Muda
-          Perang Korea


Monday, February 27, 2012

Pemburu Muda

Pemburu MudaPemburu Muda by Mochtar Lubis


My rating: 3 of 5 stars


Pemburu Muda merupakan cerita anak yang diceritakan kembali oleh Mochtar Lubis. Buku setipis 40 halaman ini terdiri dari tiga cerita yaitu Pemburu Muda, Si Melati, dan Anak Perempuan yang Menginjak Roti. Buku ini diterbitkan di tahun 1978 dan termasuk langka karena saya tidak pernah menemukan buku ini selama pengalaman hunting buku-buku Mochtar Lubis. *thanks to Mas Gieb*.
Saya menceritakan secara ringkas dari tiga kisah dongeng ini.

Pemburu Muda

Suatu ketika seorang pemburu muda bertemu dengan perempuan tua yang buruk rupa. Perempuan tersebut kelaparan dan kehausan. Pemburu muda jatuh iba dan memberikan uang kepada perempuan tua. Sebelum pergi, perempuan tersebut berkata 'aku beri engkau hadiah, karena hatimu amat baik. Teruskan perjalanan hingga kau melihat sembilan ekor burung memperebutkan sehelai baju. Bawalah baju tersebut jika baju itu engkau selubungkan ke bahumu dan akan membawamu ke tempat manapun yang engkau hendaki. Lalu makanlah hati burung yang mati,telan saja. Dengan memakannya tiap pagi engkau akan menemui sebuah mata uang emas di bawah bantalmu'. Dan benar saja,pemburu muda menemukan burung-burung yang memperebutkan sehelai baju. Pemburu muda mengikuti petunjuk si perempuan tua.

Dengan keping uang yang muncul dari bawah bantalnya,pemburu muda memutuskan untuk mengembara. Suatu hari pemburu muda melihat istana indah di tanah lapang. Dia melihat perempuan tua dan gadis yang cantik di jendela. Perempuan tua itu adalah nenek sihir. Pemburu muda hendak beristirahat di istana. Nenek sihir menghasut si gadis untuk merampas harta pemburu muda,jubah dan hati burung. Gadis mematuhi nenek sihir. Alangkah sedihnya hati pemburu muda mendapati hartanya ludes.


Si pemburu muda pergi dari Istana. Ia mendaki puncak gunung karena angin kencang dan menghempaskan pemburu muda ke bawah,ke kebuh sayur sla. Karena lapar diambil lah sembarang daun sla. Tiba-tiba sehelai daun sla membuatnya berubah menjadi keledai. Ia terus makan daun sla yang lain. Seketika wujudnya kembali menjadi manusia semula. Pemburu muda memetik daun sla yang baik dan daun sla yang jahat. 'Itu akan menolong saya menghukum pengkhianat-pengkhianat'.

Pemburu muda menyamar sebagai pesuruh raja dan kembali ke istana. Si tukang sihir penasaran dengan daun sla yang amat aneh. Sehingga perempuan tua itu mencicipi daun sla. Ia berubah menjadi keledai. Berikutnya babu dan gadis cantik juga menjelma menjadi keledai. Pemburu muda membawa tiga ekor keledai dan dititipkan kepada tukang kincir.

Friday, June 24, 2011

Catatan Perang Korea - Mochtar Lubis

Catatan Perang KoreaCatatan Perang Korea by Mochtar Lubis

My rating: 3 of 5 stars


Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1951. Semenjak saya mengoleksi semua karya-karya Mochtar Lubis,buku ini masuk daftar must-have dan selama hunting buku saya tidak pernah melihat wujud buku ini. Hanya informasi dari catatan riwayat dari Mochtar Lubis bahwa buku ini pernah dicetak di tahun 1950-an. Makanya saya hampir tidak percaya ketika Bang Epi bilang buku ini ada di galeri penerbit YOI. Ternyata benar, buku ini dicetak selang 49 tahun dari cetakan pertama.

Setelah perang dunia kedua berakhir, Korea sedang bergejolak. Catatan Perang Korea merupakan karya jurnalistik dari Mochtar Lubis ketika bertugas menjadi wartawan perang atas undangan PBB . Korea Selatan dengan didukung Amerika Serikat berhadapan dengan Korea Utara yang dibantu oleh Rusia. Perang Korea digambarkan oleh Mochtar Lubis sebagai runtuhnya peri kemanusiaan.