Pages

Monday, February 13, 2012

Melintasi Dua Jaman : Kenangan tentang Indonesia Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan

Melintasi Dua Jaman: Kenangan tentang Indonesia Sebelum dan Sesudah KemerdekaanMelintasi Dua Jaman: Kenangan tentang Indonesia Sebelum dan Sesudah Kemerdekaan by Elien Utrecht


My rating: 3 of 5 stars




Melintasi 2 Jaman merupakan catatan kenangan atas Indonesia dari perspektif wanita Belanda. Elien lahir dan dibesarkan di Hindia Belanda. Ibunya orang Belanda totok sementara Ayahnya merupakan Indo,campuran Belanda-Indonesia. Asal usul keindonesiaannya dari pihak Ayah yang campuran antara Belanda,Tionghoa,dan Bugis. Eilen memulai cerita dari masa kanak-kanaknya yang berpindah-pindah dari satu onderneming gula ke onderneming lainnya. Pergaulannya terbatas dan hampir tidak mengenal sisi pribumi.

Roda kehidupan berputar. Dari keluarga yang nyaman di onderneming berubah menjadi 'warga kelas dua' ketika Jepang masuk ke wilayah Indonesia. Eilen dan Ibunya terpisah dari Ayahnya yang diangkut menuju kamp internir khusus orang-orang Eropa. Orang Jepang menjadi penguasa. Setiap perempuan di kamp harus mematuhi perintah kepala kamp. Selama 2 tahun,mereka bekerja di kamp di Semarang. Eilen dan Ibunya berhasil bertahan di kamp hingga Jepang menyerah kepada sekutu. Mereka keluar dari kamp dan dibawa ke Surabaya yang bertepatan dengan peristiwa 10 Nopember. Disinilah sejarah bersifat relatif. Di satu sisi dipandang pejuang disebut pemberontak,di satu sisi ia dipuja sebagai pahlawan. Bagi orang Belanda, Sutomo sama saja dengan teroris. Di tengah hiruk pikuk kemarahan orang Indonesia, orang-orang Belanda termasuk Eilen dan ibu berangkat 'pulang' ke negara asal mereka.

Pergaulan dan lingkungan keluarga Eilen yang terbatas di hindia Belanda membuatnya tidak menyadari perkembangan nasionalisme pada orang Indonesia. 'Aku hampir tidak tahu apa pun tentang gerakan nasional Indonesia',tulisnya. Leiden membuat ia bertemu dengan orang-orang yang memandang serius perjuangn kemerdekaan Indonesia. Eilen bertemu dengan calon suaminya, Ernst Utrecth di Leiden. Mereka sepakat setelah menikah akan kembali ke Indonesia dan menjadi warga negara Indonesia.

Setelah kembali ke Indonesia,suaminya Ernst ikut aktif dalam kegiatan pendidikan,politik,dan menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) Presiden Soekarno. Ernst mengajar ilmu hukum. Sebagai dosen terbang,ia mengajar dari kota ke kota mulai dari Bandung, Makassar, Jember,hingga Ambon. Kemerdekaan Indonesia masih belum bisa diterima Belanda. Selain menghadapi ancaman luar negeri,pemerintah juga menghadapi pergolakan di daerah-daerah. Presiden Soekarno digantikan oleh Soeharto. Pendapat Ernst bahwa negara hendaknya dipimpin oleh orang sipil dan sekuler bukan dari militer menuai kecaman. Ernst sempat beberapa kali ditahan oleh militer.

Pada tahun 1969, Ernst berbicara di radio Australia mengecam pemerintahan Indonesia. Waktu itu Ernst dalam perjalanannya menuju Belanda. Sementara Eilen dan Arntje masih di Indonesia,rencananya mereka hendak menyusul ke Belanda. Karena pernyataan Ernst yang kontraversial di dunia Internasional membawa dampak disitanya paspor istri dan anaknya. Ernst pun dihimbau untuk pulang ke Indonesia. Setelah setahun berlalu barulah Eilen dan Artnje memperoleh kembali paspor. Keadaan membuat Eilen dan keluarga mengganti warga Negara dan tinggal di Belanda. Mereka berharap bisa kembali menginjak Indonesia untuk berlibur suatu saat nanti.

Saya sendiri belum pernah mendengar nama Ernst Utrecth dan Eilen Utrecth sebelum membaca buku ini. Namun dari aktifitas Ernst yang berhubungan dengan tokoh-tokoh nasional yang terkenal mungkin ia berperan penting. Awalnya saya merasa nothing special dari kenangan Eilen. Tentu saja saya tidak menyukai perspekstif Eilen yang berada di pihak kolonial dan ia sendiri kurang membaur dengan orang-orang Indonesia. Yang menjadi menarik adalah di bagian proses kreatifnya. Karena setelah berada di Belanda,ia merasa asing, Eilen merasa lebih dekat dengan Indonesia. Ia menjumpai generasi tua dan konservatif di Belanda yang marah ketika 'surga rimah lipah roh jinawi' Hindia Belanda terenggut dari bagian kerajaan Belanda. Banyak juga yang telah merencanakan hari tua mereka di Hindia Belanda. Sementara ada generasi yang lebih muda yang menghargai perjuangan kemerdekaan rakyat Indonesia.

View all my reviews

No comments:

Post a Comment

Thank your for leaving comment. :)