Judul : The Journeys 3 : Yang Melangkah dan Menemukan
Penulis : Alexander Thian dkk
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : 2013
The
Journeys 3 adalah series dari The Journeys. Saya belum membaca dua buku pertama
The Journeys. Beberapa penulis sudah pernah saya baca tulisan dari buku atau
blog. Beberapa penulis saya kenal dari hiruk pikuk kicauan twitter. Dan ada
penulis yang tidak termasuk keduanya yang sama sekali, yang saya baru
berkenalan di buku ini. Masing-masing penulis mempunyai gaya sendiri. Saya
menikmati kisah-kisah yang memberikan kehangatan di hati.
1. Berumahkan Kebebasan
! - Husni M Zainal
Perjalanan adalah sebuah bentuk ziarah yang hakiki kepada suatu rasa yang
terletak jauh dalam diri kita dan sering terlupa. Husni menjejakkan kaki di
benua hitam. Ia ikut menangani ribuan pasien HIV AIDS. Husni berpetualang
sejenak ke negeri Zambia. Ia mencicipi arung jeram di sungai Zambezi yang
terkenal deras arusnya. Lalu mencoba sensasi terbang dengan microlight,
kendaraan roda tiga yang dilengkapi baling-baling di belakang kursinya.
Disamping keriangan dari pengalaman-pengalaman baru yang ia lakukan, Husni
merenungi arti perjalanannya sebagai pulang ke rumah kebebasan.
2. Don't you miss home,
though ? - Dina DuaRansel
Dina dan Ryan memutuskan untuk melihat dunia. Mereka melelang barang-barang,
mencabut hak sewa apartemen dan memulai memanggul dua ransel mereka ke luar
rumah. Rumah adalah tempat hati berada. Selama 3,5 tahun berada dari satu
negara ke negara lainnya Dina tidak merasakan homesick. Karena ia telah
menemukan rumah, bersama Ryan di sampingnya
3. Antara Singapura dan
Rumah Mama - Alitt Susanto
Zona nyaman bisa membuat seseorang terlena dan lengah. Alitt sedang menikmati
zona nyamannya setelah sukses menjadi penulis buku. Jika tidak kesibukan
talkshow atau undangan, Alitt menghabiskan waktu di antara kasur dan gadget.
Suatu ketika ia mendapat undangan dalam peluncuran wahana "Transformers
the Ride" di Universal Studio Singapura, selama tiga hari puas mencoba
wahana yang ada disana. Dari Singapura Alitt menyebrang ke pulau Batam,
mengunjungi rumah orang tuanya. Sehari-hari ibunya berjualan jamu dengan
keliling kota Batam. Melihat wajah letih Mama sambil menghitung penghasilan
hari itu menyadarkan Alitt tentang zona nyamannya. Setelah impiannya tercapai,
ia malah tidak tahu akan kemana. Perjuangan masih belum selesai.
4. Kisah Sushi nomor
satu di Dunia - Ariev Rahman.
Setiap perjalanan akan meninggalkan kepingan kenangan yang akan menuntun kita
kembali pada perjalanan tersebut. Ariev mengenal Sushi pertama kalinya dari
almarhum Papa. Jepang memberikan kenangan yang berarti bagi Ariev. Terinspirasi
oleh perjalanan yang dilakukan Papa semasa hidupnya. Selembar foto Papa di
depan kuil Asakusa dan foto cumi-cumi raksasa menemani perjalanan Ariev di
Jepang. Dengan gaya yang kocak tulisan Ariev tidak membuat perjalanan napak
tilasnya terasa sentimentil.
5. Timur Nusantara
Perjalanan Pulang ke Rumah - Lucia Nancy
Untuk pertama kalinya, Lucia melakukan business trip sekaligus solo traveling
ke Kabupaten Wangi-wangi (Kepulauan Wakatobi, Sulawesi Tenggara). Berjalan
tanpa teman bukan berarti tidak bisa dinikmati. Ada sedikit keraguan dari orang
yang baru berkenalan apakah dia tidak takut pergi sendiri apalagi ke daerah
yang jauh. Dengan bertemu orang baru, kita juga bisa menjalin pertemanan bahkan
keluarga baru. Dari Wakatobi, Lucia melanjutkan tugas kantor ke Nabire, Papua.
Lagi-lagi ada kekhawatiran, Kak Idha mewanti-wanti agar Lucia jangan jalan
sendirian disana. Seperti di Wangi-wangi, Lucia menemukan saudara baru di
Nabire. Lucia mempunyai kesempatan mewujudkan bucket list yaitu menyelam
melihat whale shark.
6. Adakah Cinta di India
? - Alfred Pasifico
Marriage in India is not about love. It's about money. Pernikahan di India
hampir sebagian besar dari perjodohan. Cinta romantis ala Bollywood pada
kenyataannya terhalang oleh perbedaan kasta dan agama. Mahar pernikahan mahal.
Alfred hampir saja kehilangan kamera dan komputer yang ketinggalan di kereta.
Ketika melihat sepasang suami istri yang sedang bersantap, terbetik pertanyaan
Alfred apakah mereka saling mencintai ? Atau mereka terlalu miskin untuk
menggugat keadaan ?
7. Valiant ke Vatikan -
Valiant Budi
Semenjak Valiant menerbitkan Kedai 1001 mimpi, ia sering mendapatkan 'hadiah'
yang tidak terduga seperti ban mobil gembos. Walaupun ia bisa masuk ke Arab
Saudi dengan visa umroh karena alasan keamanan lebih baik umrohnya ditunda
dulu. Akhirnya Valiant pergi ke Italia. Kota Roma yang memiliki magnet untuk
wisatawan menggugah rasa penasaran Valiant. Tak lupa, ia mengunjungi Vatikan.
Valiant memberikan kaosnya kepada seorang wanita yang tidak diijinkan masuk
karena pakaiannya tidak berlengan. Imbalannya mereka barter doa. Perempuan
beragama Katolik sementara Valiant beragama Islam. Kebersamaan yang memberikan
kehangatan di hati Valiant.
8. Pulang ke Pelukan
Mama - Alexander Thian
Alex ingin memberikan surprise mengunjungi Mamanya di Hongkong. Namun bukan
Alex katanya kalau tidak pakai nyasar. Jika ia mengikuti petunjuk harusnya
mudah saja sampai di rumah mama. Gedung-gedung pencakar langit Hongkong
berhasil mengalihkan perhatian Alex dan membuatnya tersesat. Namun usahanya
mencapai rumah Mama terbayar saat mereka bertatap muka. Tak ada pelukan yang
sehangat pelukan Mama. Tak ada pelukan yang seakrab pelukan Mama.
9. Mari Mabuk, di Dalam
Laut - Farid Gaban
Indonesia memiliki keindahan bawah laut yang tersebar di empat penjuru wilayah
negeri. "Mari Mabuk" adalah nama lokasi penyelaman di Wakatobi.
Kawasan terumbu karang yang indah dengan berbagai macam ikan berseliweran.
Dalam perjalanan keliling Indonesia, Farid tidak hanya menemukan keindahan
semata tapi juga fakta yang ironis. Kawasan terumbu karang yang rusak dan
tercemar oleh penangkapan ikan yang ceroboh. Nelayan-nelayan yang menyelam
hanya berbekal kompressor, jauh dari standar keselamatan dan membahayakan jiwa.
10. Berhenti Sejenak -
Hanny Kusumawati
Santorini, pulau kecil di Yunani yang terkenal dengan keindahan kota di tebing
pinggir laut. Orang-orang lokal saling mengenal satu sama lain. Hanny menginap
di hotel yang dikelola oleh George. "Today, you stop", kata Adriano.
Kalimat singkat dari warga Santorini setempat membuat Hanny merenungi
perjalanannya. Ya, seberapa sering dalam hidup ini kita berhenti sejenak ?
Seberapa sering kita begitu terburu dan merasa tidak punya waktu ? Ketika kita
berhenti sejenak, waktu seakan berlalu lebih lambat. Momen tidak hanya sekedat
lewat, tetapi meninggalkan jejak.
11. Slow traveling in
Sydney - Ve Handojo
Ve memadukan slow traveling antara menginap di hotel bintang lima dan apartemen
warga Sydney. Melalui situs airbnb.com, Ve mendapatkan tempat menginap di
apartemen Sandra. Agenda utama Ve adalah menonton konser Coldplay. Selain itu
ia hanya ingin makan enak dan ngopi-ngopi menikmati Sydney selokal mungkin.
12. Kembali ke Akar -
Jflow
Jflow adalah anak dari Ayah berdarah Maluku dan Ibu dari Jawa. Ayahnya
meninggal saat berusia tujuh tahun dan sejak itu dibesarkan oleh ibunya. Jflow
merasa dirinya lebih dekat dengan darah Ambon ayahnya. Jflow pulang kampung ke
kota kelahiran ibunya, Kediri. Anggapan dia bahwa "It's cool to be
Ambonese and it's uncool to be Javanese" berubah ketika ia menelusuri
rumah keluarga ibu. Ada pemahaman baru yang ia dapatkan dari Pak Pudji, tukang
Becak dan Mbak Merry, sepupu yang membuka taman bermain dan tempat penitipan
anak.
13. Menerjemahkan Bahagia
- Windy Ariestanty
Apakah yang kamu cari di Ubud ? Windy sedang mengerjakan memoar Robin Lim, CNN
heroes 2011 di Ubud. Selama di Ubud, Windy bertemu dengan banyak orang, baik
orang baru maupun teman-teman yang mengunjunginya. Pertanyaan mana lebih bahagia
tinggal di Jakarta atau Ubud ? Kita bisa berbahagia di mana saja untuk alasan
yang bahkan sangat sederhana.