Pages

Monday, April 14, 2014

Guest Post : Buku Dalam Hidupku


Masih dalam suasana ulang tahun Blogger Buku Indonesia. Kali ini masing-masing member BBI yang mengikuti Guest Post akan posting bareng. Kebetulan blog saya kedatangan tamu dari Kalimantan Selatan yaitu Ira Mustika.


#BUKUDALAMHIDUPKU

Akhir tahun lalu, mungkin masih ada yang ingat event #5BukuDalamHIdupku yang diadakan oleh Mas Irwan. Tentang apa itu definisi #5BukuDalamHidupku bisa ditengok di blognya Mas Irwan. Tapi untuk saya sendiri, #BukuDalamHidupku punya arti yang sedikit khusus.

Ada beberapa buku --- yang setelah membacanya --- membuat saya terpengaruh sebegitunya sampai melakukan sesuatu atau mengambil keputusan akibat pengaruh buku tersebut. Buku-buku itulah yang saya masukkan ke dalam kategori #BukuDalamHidupku.

5 diantara buku-buku tersebut sudah saya tulis untuk event  #5BukuDalamHidupku. Nah, satu yang terbaru saya tulis untuk event ini. Dan buku tersebut adalah buku Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah karya Tere Liye.

Buku ini sukses membuat saya mendapatkan pekerjaan.  Bagi yang sudah pernah membaca bukunya pastinya sudah tahu dong bagaimana perjuangan Borno untuk bekerja dan saya terinspirasi sekali dengan itu.
Pasca lulus kuliah, saya punya impian untuk melanjutkan pendidikan saya ke jenjang yang lebih tinggi. Mendapatkan beasiswa adalah satu-satunya pilihan karena orang tua saya sudah memastikan tidak bisa membantu masalah biaya.

Nah, posisi saya yang tinggal di kota kecil membuat hal tersebut jadi sulit. Untuk mengurus segala persyaratan dan dokumen saja harus ke luar kota yang letaknya sangat jauh. Selain butuh waktu juga butuh biaya. Padahal itu baru mengurus persyaratan, diterima atau tidaknya masih belum tentu.   

Saya pun bertekad untuk tidak melamar pekerjaan yang membuat saya terikat. Terutama saya menghindari pekerjaan kantoran. Sama seperti Borno, saya juga gonta-ganti pekerjaan. Dari bisnis kecil-kecilan sampai jadi volunteer di perpustakaan. Intinya saya kerja serabutan  sambil terus berharap kalau aplikasi beasiswa saya akhirnya diterima.

Masalahnya adalah, di kota kecil kami, pekerjaan paling berprestise adalah pekerjaan kantoran. Ditambah dengan keadaan kota kecil dimana semua orang saling mengenal. Membuat keluarga saya malu karena saya tidak bekerja sebagai pegawai kantoran. Belum lagi bisik-bisik tetangga yang mengatakan kalau percuma saja saya menjadi salah satu lulusan terbaik kampus tapi tidak berhasil menjadi pegawai. Yah meskipun saya sudah bisa menghasilkan uang,  tapi saya tidak punya seragam dan gaji bulanan. Dan dalam kamus mereka itu sama saja dengan pengangguran :D.

Tapi saya tetap keras kepala. Senpai  saya pernah bilang kalau saya sudah dapat pekerjaan yang ‘aman’, maka passion untuk melanjutkan kuliah akan berkurang dan perlahan akan hilang. Dan itu adalah salah satu alasan terkuat kenapa saya menghindari pekerjaan kantoran yang mengikat. 

Yah, setidaknya sampai  akhirnya saya membaca buku ini. Saya begitu terkesan dengan kegigihan Borno mencari pekerjaan. Keadaaan sosial maupun setting tempatnya sangat mirip dengan tempat tinggal saya. Toh, kami sama-sama tinggal di Kalimantan :D. Ada banyak quote dan scene yang menggambarkan hal itu. Salah satunya ada di paragraf berikut:

“Itu setidaknya membuktikan satu hal, Borno.” Pak Tua menghiburku. “Sepanjang kau mau bekerja, kau tidak bisa disebut sebagai pengangguran. Ada banyak anak muda berpendidikan di negeri ini yang lebih senang menganggur dibandingkan bekerja seadanya. Gengsi, dipikirnya tidak pantas dengan ijazah yang punya. Itulah kenapa angka pengangguran kita tinggi sekali, padahal tanah dan air terbentang luas.” --- hal. 49

Hmmm...seandainya saja keluarga dan tetangga saya berpikiran sama dengan Pak Tua. Tapi dalam kasus saya malah mereka yang gengsi :D. Namun, kata-kata Borno berikutlah yang paling berkesan pada akhirnya.

Sesungguhnya aku tidak pernah keberatan dengan jenis pekerjaan remah-remah itu ---  daripada Ibu terus mengomel melihatku bengong di rumah. Hanya saja dua tahun lulus SMA tanpa juntrungan, rasa-rasanya sudah saatnya aku melakukan sesuatu sedikit serius. Ternyata enam bulan terakhir, setelah aku berganti-ganti banyak jenis pekerjaan, tanpa sepengetahuanku, Pak Tua, Cik Tulani, dan Koh Acung mengunjungi Ibu pada suatu malam. Mereka membicarakan sesuatu. --- hal. 49

Terpengaruh oleh ini, saya jadi berpikir bahwa anggapan keluarga dan tetangga saya, meskipun sedikit menyebalkan, adalah untuk kebaikan saya sendiri.  Sebelumnya saya juga sering menangkap basah mereka sedang mendiskusikan bagaimana caranya supaya juga jadi “orang”. Seharusnya saya bersyukur masih punya keluarga besar yang peduli dengan saya meskipun mereka tidak mendukung impian saya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2.

Dan persis setelah membaca pemikiran Borno di atas, ada tawaran pekerjaan dari dua teman secara berurutan. Saya rasa konyol sekali kalau saya menolak tawaran pekerjaan yang jelas-jelas ditawarkan kepada saya. Ditambah lagi pekerjaan tersebut sesuai dengan kompetensi saya. Tanpa pikir panjang, saya langsung menerima tawaran tersebut.

Dan disinilah saya sekarang. Jadi orang seperti harapan keluarga saya. Aman jadi pegawai kantoran dengan seragam dan gaji bulanan. Dan sama seperti Borno, akhirnya saya bisa mengatakan
Inilah pekerjaan baruku. Ibu, aku berjanji, aku akan bekerja sungguh-sungguh. --- hal. 49

Masalahnya sekarang adalah, benar seperti kata senpai saya, passion saya untuk kuliah perlahan mulai menghilang, terutama saat gajian :D. Saya juga tidak bisa bebas lagi mengurus persyaratan ini itu di luar kota.  
Saya juga masih punya janji kepada “orang tua-orang tua” saya di kampus. Mereka berharap saya bisa melanjutkan pendidikan saya ke jenjang yang lebih tinggi.


Saya rasa saya perlu mencari sebuah buku yang tepat, yang bisa membangkitkan kembali passion saya untuk kuliah. Ada saran? ^_^  

----

Ceritanya menginspirasi ya. :) Mari kita mengenal sosok penulisnya, Ira Book Lover, secara lebih dekat. ^^



    Hi Ira, Deskripsikan dirimu secara singkat donk. 
'   Galuh Amuntai' yang ngaku-ngaku jadi pecinta buku yang ngeblog tentang buku untuk melatih writing skill nya yang masih nol besar (^‿◕) Note: Galuh itu sebutan untuk pemudi suku Banjar Kalimantan Selatan. Sama seperti None kalau di Jakarta. Sedangkan Amuntai adalah nama kota kampung halaman saya ^_^

  Pertama kalinya suka baca dari kapan ? Waktu bisa membaca dengan lancar, kelas 1 SD kalau tidak salah. Waktu itu suka sekali sama majalah Bobo dan sejak itu jadi ketagihan membaca. Btw, sampai sekarang saya masih baca Bobo lho *tidaknyadarsamaumur* :D

 Penulis favoritnya siapa ? Banyak. Tapi yang buku-bukunya selalu saya beli dan selalu saya suka adalah Jacqueline Wilson, Jostein Gaarder dan J.K. Rowling.  
  
 Apakah kamu mempunyai jadwal tertentu untuk membaca buku ? Ada target baca tertentu ? Errr....sepertinya tidak. Saya selalu bawa dan baca buku tiap ada kesempatan. Selesai satu cari lagi buat yang berikutnya. Singkatnya selalu ada buku yang di currently reading lah. Kalau target tidak ada. Paling cuma ikut RC, tapi ikutnya mengalir saja. Kalau mencapai target alhamdulillah, kalau tidak enjoy saja. Targetnya digunakan untuk dokumentasi dan ikut RC terutama untuk GA-nya. *ketahuanmotifsebenarnya* :D
  
  Apakah ada  yang tidak kamu sukai dari membaca buku ? Ada.  Saya tidak bisa tidak menamatkan sebuah buku. Jadi masalah kalau buku yang  saya baca tidak terlalu saya suka. Rasanya ada yang hilang atau ketinggalan gimana gitu kalau tidak habis dibaca. Jadi meskipun tidak suka sama ceritanya, bertahan saja sampai halaman terakhir. Paling parah itu kalau bukunya berseri. Pokoknya harus bertahan sampai selesai semua serinya baru bisa tenang *nasib*. 
   
Apakah ada kesulitan dalam memperoleh buku di kotamu ? Banget susahnya. Kebetulan saya tinggal di kota Amuntai, kota kecil di Kalimantan Selatan yang jaraknya sekitar 5 jam perjalanan darat dari Banjarmasin. Tidak ada toko buku besar di sana. Yang ada cuma toko buku kecil yang kebanyakan jual buku pelajaran sama buku agama. Kalaupun ada buku fiksi pilihannya cuma sedikit dan kadang ada yang bajakan. Jadi kalau mau beli buku harus nunggu book fair (jarang), ke kota besar (jauh), atau beli online (ongkirnya mahal abis).

  Seberapa besar pengaruh book review dalam membaca ? Jika buku tersebut mempunya review negatif apakah kamu tetap membacanya ? Tidak terlalu berpengaruh. Kecuali yang saya suka sinopsisnya dan si reviewer ngasih nilai full untuk buku tersebut. Kalau begitu baru saya setengah mati pengen baca juga *lebay*. Kalau reviewnya negatif bukunya tetap saya baca kok. Secara gitu di tempat saya susah dapat buku. Jadi kalau ada buku meskipun pernah kena review negatif pasti dibaca lah. Hitung-hitung juga siapa tahu bukunya bagus menurut saya tapi tidak bagi si reviewer :D
  
  Punya tempat favorit untuk baca buku ? Dimana ? Apa yang membuat betah baca disana ? 
  Hmmm...dimana ya? *malahbaliknanya*. Sepertinya tidak ada. Saya suka baca dimana saja. Termasuk di tempat2 yang 'aneh' buat membaca :D *abaikan*

  Seberapa sering kamu ke perpustakaan ? Bisa diceritakan perpustakaan yang sering kamu kunjungi
  Hampir tiap hari. Tapi rata-rata dua kali seminggu. Saya paling sering ke Perpustakaan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) dan Perpustakaan Daerah Kota Banjarbaru. Dua-duanya di Kalimantan Selatan. Dan saya pernah jadi volunteer di kedua perpustakaan tersebut (^‿◕). HSU itu nama kabupaten yang ibu kotanya kota Amuntai, my hometown. So, kalau kehabisan stok owned book, larinya ke perpustakaan deh. Perpustakaan di HSU gedungnya cantik. Letaknya di samping taman kota. Asik sekali membaca di sana. Apalagi kalau membacanya pas menghadap ke arah taman di saat hujan. Pemandangannya jadi hijau dan segar. Sekarang koleksi bukunya keren-keren. Kemarin baru saja ada penambahan koleksi satu rak penuh. Isinya buku-buku Gagas, Diva dan Visi Media. Jadi satu rak isinya buku-buku baru dengan cover-cover cantik semua. Bikin ngiler deh.

Yang kedua Perpustakaan Kota Daerah Banjarbaru. Banjarbaru adalah kota tempat saya kuliah dan bekerja. Letaknya sekitar 1 jam perjalanan dari kota Banjarmasin. Perpustakaan ini koleksinya cukup lengkap dan keren-keren. Koleksi buku fantasinya cukup banyak. Buku-buku lamanya masih terawat. Saya paling favorit sama koleksi R.L Stine-nya. Saya juga suka ruangan outdoor-nya. Meskipun sempit, tapi boleh makan dan minum di sana. Asekkk. Oh ya, Banjarbaru merupakan kota yang banyak dihuni oleh kampus-kampus dari berbagai sekolah tinggi, jadinya referensi kuliah-nya lebih banyak daripada buku fiksi. Dan hampir setiap hari selalu penuh oleh mahasiswa.

Aku lihat blog  Ira Book Lover cukup aktif dan update nih. Apakah ada waktu yang dikhususkan untuk blogging ? Ngg..tidak ada waktu khusus untuk blogging. Karena saya tidak pandai menulis, jadi kesan saya setelah membaca buku harus secepatnya dituliskan biar mood-nya tidak hilang. So, saya ngeblog tiap habis baca buku atau tiap habis nemu materi buat meme. Karena saya sering baca buku, jadi kegiatan ngeblog-nya ngikutin aja ^_^

  Ada pertanyaan tambahan nih. Di jawaban di atas kan kamu ingin menambah writing skill kamu, apakah kamu ada keinginan menulis buku ?  Selain menulis di blog buku, apa ada blog lainnya yg kamu tulis ? Tidak, aku melatih writing skill buat menulis tulisan ilmiah dan tulisan-tulisan lain untuk melengkapi persyaratan beasiswa semisal motivation letter :D Ada 2, cuma sudah jarang terurus. Satu di sini, satunya di sini

   Terima kasih ya Ira atas waktunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Semoga cita-citanya melanjutkan sekolah tercapai ya. :)



10 comments:

  1. Hai, hai!
    Aku jadi terharu baca post ini :')
    Semoga yang tinggal di tempat yang gampang banget dapat kerja dan buku (ngaca sendiri) bisa lebih bersyukur dan belajar dari Kak Ira.
    Semangat yaa :D

    ReplyDelete
  2. keren deh raaa... ayo, cobain apply beasiswa fulbright (teteppp promosi akhirnya). aku sendiri masih semangat lanjut kuliah terus nih, tapi memang makin ke sini kenyataan hidup makin berat, apalagi butuh duit hahahahaha... btw suka sama deskripsimu tentang perpustakaan di sana, jadi penasaran deh..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Eh, Mbak Astrid apa-nya beasiswa fullbright? *langsungmelek* Ada tips atau trik buat apply fulllbright? *kepo*

      Yap, yap, ayo Mbak berkunjung ke perpustakaan2 di KalSel *ikutanpromosi* :D

      Delete
    2. ngomong2 soal fulbright, arif kemarin baru aja daftar mbak.. ngepot2 bikin proposal dan kirim 2 hari sebelum dedlen (hari ini kan dedlennya) hihi

      Delete
    3. Hahaha, sama, aku juga sering apply mepet sama deadline :D

      Wah, aku belum pernah ngelirik fullbright nih. Ntar coba di apply juga. Tp hari ini ya deadline-nya? Kalau begitu ikut kloter berikutnya saja deh ^^

      Delete
  3. Iraaa.... aku malah fokus sama wawancaranya kamu hehe.
    keren banget deh ira ini. blognya aktif terus dan sering baca padahal tinggal di kota kecil di kalimantan. mantap deh! aku salut sama kamu hehe..

    btw itu poto kamu cantik xixixi.. *saah fokus lagi*

    betul tuh kata mbak astrid ira, ikutan apply fulbrigth aja. seringkali kota terpencil punya pertimbangan khusus. apalagi klo syarat kamu memenuhi. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Justru karena tinggal di kota kecil Dila, jadinya kurang kerjaan, maunya bacaaa terus :D

      Asekk...dibilang cantik sama Dila *sujudsyukur*

      Jadi betul ya kalau kota terpencil punya pertimbangan khusus. Kalau dipikir2 wajar ya, mau ngurus dokumen semisal IELTS atau TOEFL saja sangat jauh, belum ada di KalSel soalnya :'(

      Delete
  4. Wah, ternyata kita masih memendam keinginan yg sama buat kuliah lagi... Ayo semangat!

    ReplyDelete
  5. Yap, ayoh tetap semangat (ง’̀⌣’́)ง

    ReplyDelete

Thank your for leaving comment. :)