Pages

Wednesday, April 16, 2014

Murjangkung





Judul : Murjangkung : Cinta yang Dungu dan Hantu-hantu

Penulis : A.S Laksana

Penerbit : Gagas Media

Tahun Terbit : 2013


Setiap tukang cerita pastilah berniat memukau orang sejak pertama.

Murjangkung, raksasa berkulit bayi, yang datang membeli tanah enam ribu meter persegi di tepi timur sungai kota. Murjangkung mendirikan rumah gedong. Pangeran pemilik tanah menagih sewa pada Murjangkung yang dibalas dengan moncong meriam. Lalu, datanglah rombongan kedua yang mendirikan rumah gedong di tepi barat sungai, menyaingi rumah gedong Murjangkung. Pertempuran tidak dapat dielakkan keduanya. Murjangkung berhasil menang setelah sempat lari meninggalkan rumah gedong dan pasukannya lalu kembali dengan rombongan pemabuk dan budak-budak dari timur. Murjangkung mendirikan kota sendiri. Masalahnya kaskus belum ditemukan saat itu. Kotoran-kotoran manusia menumpuk mendatangkan penyakit buat penduduk kota, disentri, malaria. Sampai Murjangkung sendiri mengalaminya. Murjangkung mati sakit perut. Anaknya mendirikan patung untuk menghormati ayahnya di tanah lapang yang kemudia dikenal dengan nama lapangan banteng.

Sebut saja namanya Gloria. Sebelum Gloria lahir, kakek neneknya sangat mendambakan kehadiran cucu dari 3 anaknya. Anak pertama tidak menikah. Anak kedua menikah dengan pria yang agak berumur, sudah 7 tahun menikah belum dikaruniai anak. Kakek neneknya tidak hanya berdoa meminta kepada Tuhan, mereka mendatangi tempat-tempat keramat yang dipercaya manjur untuk mendapatkan keturunan. Kemana orang bilang akan diturut dua orang tua ini. Akhirnya calon cucu hadir juga namun yang mengandung adalah anak ketiga yang dipanggil cacing. Cacing belum menikah dan tidak mau memberitahu siapa ayah si cabang bayi. Hingga lahirlah gloria ke dunia. Gloria tidak lama menghirup udara dunia. Kakeknya menggorok lehernya karena ilham yang ia dapatkan. Bahkan ia pun belum sempat diberi nama. Saat kakek dan ibunya meninggal, mereka tidak bertemu di dunia lain.

Dua cerita di atas, Murjangkung dan Otobiografi Gloria adalah bagian dari dua puluh cerita AS Laksana. Masih ada cerpen Dongeng Cinta yang Dungu, Cerita absurd bagaimana jiwa bisa tertukar. Perempuan dari Masa Lalu. "Di masa lalu, kita adalah sepasang kekasih." Seto mengucapkan ke sembarang perempuan siapa tahu ada yang kena.  Seto Menulis Peri, Pelangi, dan Para Putri. Seorang lelaki, jika tidak menjadi raja di rumah sendiri, niscaya akan menjadi setan. Mayor yang sudah memiliki istri cantik tetap saja memberikan bunga ke perempuan lain. Teknik Mendapatkan Cinta Sejati. Katakan saja agama kalian berbeda, mungkin penolakan saat menyatakan cinta tidak akan terlalu menyakitkan. Dua Perempuan di Satu Rumah. Cerita anak, ayah dan ibu yang mati sekitar umur 30an tahun. Dan cerpen-cerpen lainnya sebagai berikut : Bagaimana Kami Selamat dari Kompeni dan Sebagainya ; Bukan Ciuman Pertama ; Tuhan, Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis ; Kisah Batu Menangis ; Seorang Utusan Memotong Telinga Raja Jawa ; Lelaki Beristri Batu ; Efek Sayap Kupu-Kupu ; Ibu Tiri Bergigi Emas ; Seorang Lelaki Telungkup di Kuburan ; Malam Saweran ; Cerita untuk Anak-Anakmu ; Kuda ; Peristiwa Kedua, Seperti Komidi Putar.

Ini pertama kalinya saya membaca tulisan dari AS Laksana. Saya cukup terkesan dengan cerpen pertama, Murjangkung. Saya baru tahu kalau Murjangkung tersebut adalah Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Hindia Belanda yang terkenal dengan kekejamannya membantai penduduk asli pulau Banda. AS Laksana menceritakan saat terakhir Murjangkung dengan gayanya sendiri.


No comments:

Post a Comment

Thank your for leaving comment. :)