Masih dalam suasana ulang tahun Blogger Buku Indonesia. Kali ini masing-masing member BBI yang mengikuti Guest Post akan posting bareng. Kebetulan blog saya kedatangan tamu dari Kalimantan Selatan yaitu Ira Mustika.
Ada beberapa buku --- yang setelah membacanya
--- membuat saya terpengaruh sebegitunya sampai melakukan sesuatu atau
mengambil keputusan akibat pengaruh buku tersebut. Buku-buku itulah yang saya
masukkan ke dalam kategori #BukuDalamHidupku.
Buku ini sukses membuat saya mendapatkan
pekerjaan. Bagi yang sudah pernah
membaca bukunya pastinya sudah tahu dong bagaimana perjuangan Borno untuk
bekerja dan saya terinspirasi sekali dengan itu.
Pasca lulus kuliah, saya punya impian untuk
melanjutkan pendidikan saya ke jenjang yang lebih tinggi. Mendapatkan beasiswa
adalah satu-satunya pilihan karena orang tua saya sudah memastikan tidak bisa
membantu masalah biaya.
Nah, posisi saya yang tinggal di kota kecil
membuat hal tersebut jadi sulit. Untuk mengurus segala persyaratan dan dokumen
saja harus ke luar kota yang letaknya sangat jauh. Selain butuh waktu juga
butuh biaya. Padahal itu baru mengurus persyaratan, diterima atau tidaknya
masih belum tentu.
Saya pun bertekad untuk tidak melamar
pekerjaan yang membuat saya terikat. Terutama saya menghindari pekerjaan
kantoran. Sama seperti Borno, saya juga gonta-ganti pekerjaan. Dari bisnis
kecil-kecilan sampai jadi volunteer
di perpustakaan. Intinya saya kerja serabutan sambil terus berharap kalau aplikasi beasiswa
saya akhirnya diterima.
Masalahnya adalah, di kota kecil kami,
pekerjaan paling berprestise adalah pekerjaan kantoran. Ditambah dengan keadaan
kota kecil dimana semua orang saling mengenal. Membuat keluarga saya malu karena
saya tidak bekerja sebagai pegawai kantoran. Belum lagi bisik-bisik tetangga
yang mengatakan kalau percuma saja saya menjadi salah satu lulusan terbaik
kampus tapi tidak berhasil menjadi pegawai. Yah meskipun saya sudah bisa menghasilkan
uang, tapi saya tidak punya seragam dan
gaji bulanan. Dan dalam kamus mereka itu sama saja dengan pengangguran :D.
Tapi saya tetap keras kepala. Senpai
saya pernah bilang kalau saya sudah dapat pekerjaan yang ‘aman’, maka passion untuk melanjutkan kuliah akan
berkurang dan perlahan akan hilang. Dan itu adalah salah satu alasan terkuat kenapa
saya menghindari pekerjaan kantoran yang mengikat.
Yah, setidaknya sampai akhirnya saya membaca buku ini. Saya begitu
terkesan dengan kegigihan Borno mencari pekerjaan. Keadaaan sosial maupun setting tempatnya sangat mirip dengan
tempat tinggal saya. Toh, kami sama-sama tinggal di Kalimantan :D. Ada banyak quote dan scene yang menggambarkan hal itu. Salah satunya ada di paragraf
berikut:
“Itu setidaknya membuktikan satu hal, Borno.” Pak Tua
menghiburku. “Sepanjang kau mau bekerja, kau tidak bisa disebut sebagai
pengangguran. Ada banyak anak muda berpendidikan di negeri ini yang lebih
senang menganggur dibandingkan bekerja seadanya. Gengsi, dipikirnya tidak
pantas dengan ijazah yang punya. Itulah kenapa angka pengangguran kita tinggi
sekali, padahal tanah dan air terbentang luas.” --- hal. 49
Hmmm...seandainya saja keluarga dan tetangga
saya berpikiran sama dengan Pak Tua. Tapi dalam kasus saya malah mereka yang
gengsi :D. Namun, kata-kata Borno berikutlah yang paling berkesan pada
akhirnya.
Sesungguhnya aku tidak pernah keberatan dengan jenis
pekerjaan remah-remah itu --- daripada
Ibu terus mengomel melihatku bengong di rumah. Hanya saja dua tahun lulus SMA
tanpa juntrungan, rasa-rasanya sudah saatnya aku melakukan sesuatu sedikit
serius. Ternyata enam bulan terakhir, setelah aku berganti-ganti banyak jenis
pekerjaan, tanpa sepengetahuanku, Pak Tua, Cik Tulani, dan Koh Acung
mengunjungi Ibu pada suatu malam. Mereka membicarakan sesuatu. --- hal. 49
Terpengaruh oleh ini, saya jadi berpikir bahwa
anggapan keluarga dan tetangga saya, meskipun sedikit menyebalkan, adalah untuk
kebaikan saya sendiri. Sebelumnya saya
juga sering menangkap basah mereka sedang mendiskusikan bagaimana caranya
supaya juga jadi “orang”. Seharusnya saya bersyukur masih punya keluarga besar
yang peduli dengan saya meskipun mereka tidak mendukung impian saya untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang S2.
Dan persis setelah membaca pemikiran Borno di
atas, ada tawaran pekerjaan dari dua teman secara berurutan. Saya rasa konyol
sekali kalau saya menolak tawaran pekerjaan yang jelas-jelas ditawarkan kepada
saya. Ditambah lagi pekerjaan tersebut sesuai dengan kompetensi saya. Tanpa
pikir panjang, saya langsung menerima tawaran tersebut.
Dan disinilah saya sekarang. Jadi orang
seperti harapan keluarga saya. Aman jadi pegawai kantoran dengan seragam dan
gaji bulanan. Dan sama seperti Borno, akhirnya saya bisa mengatakan
Inilah pekerjaan baruku. Ibu, aku berjanji, aku akan
bekerja sungguh-sungguh. --- hal. 49
Masalahnya sekarang adalah, benar seperti kata
senpai saya, passion saya untuk kuliah perlahan mulai menghilang, terutama saat
gajian :D. Saya juga tidak bisa bebas lagi mengurus persyaratan ini itu di luar
kota.
Saya juga masih punya janji kepada “orang tua-orang
tua” saya di kampus. Mereka berharap saya bisa melanjutkan pendidikan saya ke
jenjang yang lebih tinggi.
Saya rasa saya perlu mencari sebuah buku yang tepat,
yang bisa membangkitkan kembali passion
saya untuk kuliah. Ada saran? ^_^
----
Ceritanya menginspirasi ya. :) Mari kita mengenal sosok penulisnya, Ira Book Lover, secara lebih dekat. ^^
Hi Ira, Deskripsikan
dirimu secara singkat donk.
' Galuh Amuntai' yang ngaku-ngaku jadi pecinta buku yang ngeblog
tentang buku untuk melatih writing skill nya yang masih nol besar (^‿◕) Note: Galuh itu sebutan untuk pemudi suku Banjar Kalimantan
Selatan. Sama seperti None kalau di Jakarta. Sedangkan Amuntai adalah nama kota
kampung halaman saya ^_^
Pertama
kalinya suka baca dari kapan ? Waktu bisa membaca dengan lancar, kelas 1 SD kalau tidak salah.
Waktu itu suka sekali sama majalah Bobo dan sejak itu jadi ketagihan membaca.
Btw, sampai sekarang saya masih baca Bobo lho *tidaknyadarsamaumur* :D
Penulis
favoritnya siapa ? Banyak. Tapi yang
buku-bukunya selalu saya beli dan selalu saya suka adalah Jacqueline Wilson,
Jostein Gaarder dan J.K. Rowling.
Apakah
kamu mempunyai jadwal tertentu untuk membaca buku ? Ada target baca tertentu ? Errr....sepertinya
tidak. Saya selalu bawa dan baca buku tiap ada kesempatan. Selesai satu cari
lagi buat yang berikutnya. Singkatnya selalu ada buku yang di currently reading
lah. Kalau target tidak ada.
Paling cuma ikut RC, tapi ikutnya mengalir saja. Kalau mencapai target
alhamdulillah, kalau tidak enjoy saja. Targetnya digunakan untuk dokumentasi
dan ikut RC terutama untuk GA-nya. *ketahuanmotifsebenarnya* :D
Apakah
ada yang tidak kamu sukai dari membaca buku
? Ada. Saya tidak
bisa tidak menamatkan sebuah buku. Jadi masalah kalau buku yang saya baca
tidak terlalu saya suka. Rasanya ada yang hilang atau ketinggalan gimana gitu
kalau tidak habis dibaca. Jadi meskipun tidak suka sama ceritanya, bertahan
saja sampai halaman terakhir. Paling parah itu kalau bukunya berseri. Pokoknya
harus bertahan sampai selesai semua serinya baru bisa tenang *nasib*.
Apakah
ada kesulitan dalam memperoleh buku di kotamu ? Banget susahnya. Kebetulan saya tinggal di kota Amuntai, kota kecil di
Kalimantan Selatan yang jaraknya sekitar 5 jam perjalanan darat dari
Banjarmasin. Tidak ada toko buku besar di sana. Yang ada cuma toko buku kecil
yang kebanyakan jual buku pelajaran sama buku agama. Kalaupun ada buku fiksi
pilihannya cuma sedikit dan kadang ada yang bajakan. Jadi kalau mau beli buku
harus nunggu book fair (jarang), ke kota besar (jauh), atau beli online
(ongkirnya mahal abis).
Seberapa
besar pengaruh book review dalam membaca ? Jika buku tersebut mempunya review negatif
apakah kamu tetap membacanya ? Tidak terlalu
berpengaruh. Kecuali yang saya suka sinopsisnya dan si reviewer ngasih nilai
full untuk buku tersebut. Kalau begitu baru saya setengah mati pengen baca juga
*lebay*. Kalau reviewnya negatif bukunya tetap saya baca kok. Secara gitu di
tempat saya susah dapat buku. Jadi kalau ada buku meskipun pernah kena review
negatif pasti dibaca lah. Hitung-hitung juga siapa tahu bukunya bagus menurut
saya tapi tidak bagi si reviewer :D
Punya
tempat favorit untuk baca buku ? Dimana ? Apa yang membuat betah baca disana ?
Hmmm...dimana ya? *malahbaliknanya*. Sepertinya
tidak ada. Saya suka baca dimana saja. Termasuk di tempat2 yang 'aneh' buat
membaca :D *abaikan*
Seberapa
sering kamu ke perpustakaan ? Bisa diceritakan perpustakaan yang sering kamu
kunjungi
Hampir tiap hari. Tapi
rata-rata dua kali seminggu. Saya paling sering ke Perpustakaan Daerah
Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) dan Perpustakaan Daerah Kota Banjarbaru.
Dua-duanya di Kalimantan Selatan. Dan saya pernah jadi volunteer di kedua perpustakaan
tersebut (^‿◕). HSU itu nama kabupaten
yang ibu kotanya kota Amuntai, my hometown. So, kalau kehabisan stok owned book, larinya ke
perpustakaan deh. Perpustakaan di HSU gedungnya cantik. Letaknya di samping taman
kota. Asik sekali membaca di sana. Apalagi kalau membacanya pas menghadap ke
arah taman di saat hujan. Pemandangannya jadi hijau dan segar. Sekarang koleksi
bukunya keren-keren. Kemarin baru saja ada penambahan koleksi satu rak penuh.
Isinya buku-buku Gagas, Diva dan Visi Media. Jadi satu rak isinya buku-buku
baru dengan cover-cover cantik semua. Bikin ngiler deh.
Yang kedua Perpustakaan Kota Daerah Banjarbaru. Banjarbaru adalah
kota tempat saya kuliah dan bekerja. Letaknya sekitar 1 jam perjalanan dari kota
Banjarmasin. Perpustakaan ini koleksinya cukup lengkap dan keren-keren. Koleksi
buku fantasinya cukup banyak. Buku-buku lamanya masih terawat. Saya paling
favorit sama koleksi R.L Stine-nya. Saya juga suka ruangan outdoor-nya.
Meskipun sempit, tapi boleh makan dan minum di sana. Asekkk. Oh ya, Banjarbaru
merupakan kota yang banyak dihuni oleh kampus-kampus dari berbagai sekolah
tinggi, jadinya referensi kuliah-nya lebih banyak daripada buku fiksi. Dan
hampir setiap hari selalu penuh oleh mahasiswa.
Aku
lihat blog Ira Book Lover cukup aktif
dan update nih. Apakah ada waktu yang dikhususkan untuk blogging ? Ngg..tidak ada waktu khusus untuk blogging.
Karena saya tidak pandai menulis, jadi kesan saya setelah membaca buku harus
secepatnya dituliskan biar mood-nya tidak hilang. So, saya ngeblog tiap habis
baca buku atau tiap habis nemu materi buat meme. Karena saya sering baca buku,
jadi kegiatan ngeblog-nya ngikutin aja ^_^
Ada pertanyaan tambahan nih. Di jawaban di atas kan kamu ingin menambah writing skill kamu, apakah kamu ada keinginan menulis buku ? Selain menulis di blog buku, apa ada blog lainnya yg kamu tulis ? Tidak, aku melatih writing skill buat menulis tulisan ilmiah dan tulisan-tulisan lain untuk melengkapi persyaratan beasiswa semisal motivation letter :D Ada 2, cuma sudah jarang terurus. Satu di sini, satunya di sini.
Terima kasih ya Ira atas waktunya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Semoga cita-citanya melanjutkan sekolah tercapai ya. :)