Pages

Tuesday, January 29, 2013

Jurnalisme dan Politik di Indonesia

Jurnalisme dan Politik di IndonesiaJurnalisme dan Politik di Indonesia : Biografi Kritis Mochtar Lubis (1922 - 2004) sebagai pemimpin redaksi dan pengarang by David T. Hill


My rating: 5 of 5 stars






Perjalanan hidup Mochtar Lubis tidak bisa dilepaskan dari perkembangan jurnalisme dan politik di Indonesia. Sebagai pemimpin redaksi harian Indonesia Raya,ia menetapkan namanya sebagai lambang kebebasan pers di Indonesia.  Mochtar Lubis tidak gentar dengan pembredelan harian Indonesia Raya karena tajuk-tajuk yang mengkritik pemerintah. Sebagian kisah hidupnya telah saya baca di buku 'Mochtar Lubis : Wartawan Jihad'. Saya tidak mengulas yang pernah saya bahas di review ‘Mochtar Lubis : Wartawan Jihad’ mengenai jatuh bangunnya harian Indonesia Raya dalam masa pemerintahan Orde Lama (1949 -1956) dan Orde Baru (1968 – 1974). Di dalam buku ini terdapat pendapat dari orang-orang yang mengkritiknya,menghadirkan sisi lain dari Mochtar Lubis yang saya ketahui. 

priceless :')

Mochtar Lubis dikenal sebagai penganut garis keras yang berpendirian tanpa kompromi dalam melawan Soekarno. Sejak hari-hari revolusi, Mochtar Lubis tidak suka dengan Bung Karno. Ia mengkritisi  dukungan Soekarno pada penjajahan Jepang terhadap romusha yang menghimpun tenaga kerja Indonesia bekerja di luar negeri. Pasca perang dunia kedua merupakan awal dari perang dingin antara blok timur dan blok barat. Indonesia yang menyatakan diri dalam kelompok non blok tidak luput dari pendekatan masing-masing blok. Presiden Soekarno memperlihatkan kecondongan ke arah blok timur. Mochtar Lubis walaupun tidak pernah aktif dalam partai politik mana pun mengakui pengaruh Sjahrir pada dirinya. Semasa pemerintahan Soekarno, Mochtar Lubis mendekam dipenjara selama 9 tahun tanpa pengadilan. Selain itu, Mochtar memandang Soekarno sebagai penganut hubungan seks tanpa pandang bulu,egois,irasional dan oportunis dalam politik. Karakter Soekarno dapat ditemukan pada karakter tokoh-tokoh dalam karya fiksinya. 

Sewaktu sekolah di sekolah ekonomi INS Kayutanam, Mochtar Lubis muda pernah menyatakan ketertarikannya pada paham komunis. Gurunya mengatakan bila kaum komunis berkuasa di daerahnya, bapaknya akan menjadi orang pertama yang akan mereka bunuh. Ayah Mochtar Lubis, Raja Pandapotan Lubis, adalah pribumi elit yang bekerja untuk pemerintah kolonial dan akan menjadi sasaran awal kaum komunis. Di perkembangan hidup selanjutnya, Mochtar Lubis menentang komunisme seumur hidup. 

Jika berbicara mengenai Mochtar Lubis, ada satu sastrawan yang  bersiteru dengannya yaitu Pramoedya Ananta Toer. Kedua pengarang ini berada dalam pandangan politik yang berseberangan. Mochtar terlibat dengan organisasi-organisasi blok barat dengan simpati Amerika,Pramoedya mengembangkan sikap nasionalis radikal dan tanggung jawab ke arah kiri serta membimbingnya bergabung dengan Lekra (Hal 229). Mochtar Lubis mendapat penghargaan Magsasay (Nobel Asia) dalam bidang jurnalistik pada tahun 1958. Pram menuduhnya 'kaki tangan kaum imperealis'.

Ketika terjadi pembantaian dan penangkapan tahanan politik pasca peristiwa 30 September 1965, Arif Budiman dan Soe Hok Gie mendesak agar diberikan amnesti bagi tahanan golongan C yaitu mereka yang digolongkan tingkat keterlibatannya paling rendah tidak perlu diadili.  Mochtar Lubis kurang bersimpatik dan tidak setuju usul kakak beradik ini. Soe Hok Gie kecewa dengan sikap Mochtar Lubis tersebut.

Pengumuman penghargaan Magsasay tahun 1995 untuk Pramoedya Ananta Toer membuat Mochtar Lubis bereaksi keras. Penyebabnya adalah dosa masa lalu pram yang berupa tindakan represif Pramoedya semasa aktif di Lekra pada seniman-seniman yang tidak sepaham dengannya. Mochtar Lubis mengembalikan hadiah Magsasay miliknya sebagai bentuk protes keras. Saya teringat perkataan Mochtar Lubis yang diucapkan oleh anaknya di program TV One yang pernah mengulas polemik tersebut ,'Saya tidak mau disamakan dengan Pram'. 


Buku-buku Mochtar Lubis

Mochtar Lubis aktif berpartisipasi di organisasi internasional seperti International Press Institute (IPI) dan Congress for Cultural Freedom (CCF). CCF berjasa dalam penerbitan novel 'twilight in Jakarta' dalam bahasa Inggris yang ditulis Mochtar Lubis ketika dalam tahanan. Penerbitan 'twilight in Jakarta' membuat nama Mochtar Lubis mendunia. Hal ini juga membuktikan bahwa Mochtar Lubis sanggup menembus tembok penjara Soekarno dan berbicara kepada dunia. Pada tahun 1967 terungkap ke publik fakta mengenai CCF ,yang sejak didirikan, dibiayai oleh CIA Amerika sebagai bagian perjuangan melawan komunisme dalam perang dingin dunia. Dalam wawancara dengan David T Hill, Mochtar Lubis menyatakan ketidaktahuannya perihal asal muasal dana pembiayaan CCF.  CCF berubah menjadi the International Association for Cultural Freedom (IACF) dengan pendanaan dari Ford Fondation.

Pada tahun 1977, Mochtar Lubis berpidato di Pusat Kebudayaan Jakarta  yang kelak dibukukan dengan judul ‘Manusia Indonesia’. Mochtar Lubis memaparkan ciri-ciri manusia Indonesia dari sisi positif dan negatif. Ciri-ciri manusia Indonesia yang positif yaitu bersifat artistik,halus, cinta damai,dianugerahi rasa humor dan kesabaran. Tidak sedikit yang tersinggung dengan ciri manusia Indonesia yang negatif yaitu munafik,bersikap feodal, percaya takhyul, berwatak lemah, tidak bisa mengambil keputusan, dan selalu tidak bertanggung jawab. Pidato ini memicu kontraversi di masyarakat. Kira-kira setelah 30 tahun lebih pidato Mochtar Lubis yang menghebohkan ini masih relevan tidak ya dengan kondisi sekarang?

Setelah keluar dari penjara, kondisi keuangan Mochtar Lubis sulit. Untuk menerbitkan kembali Indonesia Raya perlu ada jaminan keuangan. Pada tahun 1967,Ia bergabung dengan Sumitro Djojohadikusumo mendirikan Indoconsult Associates,perusahaan konsultan bisnis. Pada tahun 1969,Mochtar Lubis melakukan kerja sama dengan Airfast Services Pty,Ltd,mendirikan PT Airfast Service Indonesia. Dan pada tahun 1970, portofolio bisnisnya meluas ke bidang periklanan dengan mendirikan PT Fortune Indonesia Advertising. Usaha bisnisnya tidak berjalan mulus.  Beberapa perusahaannya mengalami konflik dengan investor dan akhir dijual.


To Hally, to whom I owe a debt of love

Dibalik pria yang sukses terdapat wanita yang hebat. Mochtar Lubis menikah dengan Siti Halimah Kartawijaya,yang akrab dipanggil Hally. Mereka mempunyai ketertarikan yang sama di bidang pers. Hally tabah dan kuat ketika Mochtar Lubis dipenjara bertahun-tahun. Mochtar Lubis menuliskan besar cintanya pada Istri pada catatan-catatannya, 'Setiap saat denganmu merupakan kebahagiaan dan suka cita. Bertambahlah perolehannya untuk dihargai dalam kenanganku. Aku merasa cintaku padamu senantiasa segar. Kupikir itulah keajaiban dan mukjizat cinta sejati. Bila kau sungguh saling mencintai,maka waktu tak ada maknanya. Jarak pun hilang artinya'. Mochtar Lubis juga sering mempersembahkan karyanya untuk sang istri. Kisah romantisnya tidak kalah dengan kisah cinta Habibie Ainun.

Sebagai pengagumnya, saya memiliki ketakutan tersendiri sebelum membaca buku ini.  Apakah kritikan-kritikan tersebut akan membuat ‘cacat’ pada tokoh yang saya kagumi? Jujur,saya takut kecewa. Tetapi saya tidak ingin berada dalam kekaguman yang berlebihan dan membabi buta.  Jarang sekali saya membaca biografi yang tidak sekadar puji-pujian terhadap tokoh yang ditulis. Hubungan David T Hill dengan Mochtar Lubis sempat mendingin ketika penulisan buku ini. Mochtar Lubis tidak menyukai label ‘liberal’ yang dituliskan David T Hill.
Saya tetap salut dengan seorang Mochtar Lubis, seseorang yang mempunyai prinsip dalam jurnalisme, konsisten dengan sikap anti komunis. 

Saya jadi bersemangat menuntaskan buku-buku Mochtar Lubis yang belum dibaca. :)

2 comments:

  1. saya kira apa yang dikatakan oleh Mochtar Lubis seperti sisi negatif manusia Indonesia itu munafik,bersikap feodal, percaya takhyul, berwatak lemah, tidak bisa mengambil keputusan, dan selalu engga bertanggung jawab, masih sangat kontekstual jika harus menilai orang Indonesia hari ini. salam kenal sob?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Karena masih kontekstual itu lah pidato Mochtar Lubis 'Manusia Indonesia' masih relevan dengan orang Indonesia sekarang. Salam kenal juga ya :)

      Delete

Thank your for leaving comment. :)