Judul : I Know Why The Caged Bird Sings
Penulis : Maya Angelou
Penerbit : Ballantine Books
Tahun Terbit : 2009
Jumlah Halaman : 289
Marguerite dan Bailey Johson Jr. melakukan
perjalanan kereta api dari Long Beach, California ke Stamps, Arkansas.
Marguerite berusia 3 tahun dan Bailey 4 tahun. Mereka berdua hanya ditemani
seorang porter. Setelah orang tua mereka bercerai, kakak beradik ini dikirimkan
ke rumah nenek dari pihak ayah. Momma, panggilan kesayangan buat nenek mereka,
mendidik mereka dalam lingkungan yang religius. Marguerite, yang kemudian
dipanggil Maya, terbiasa membantu Momma di toko. Momma adalah satu-satunya
wanita negro yang memiliki toko di Stamps. Berdua dengan Bailey mereka berbagi
tugas membantu Paman Willie dan Momma di toko.
Maya dan Bailey adalah anak-anak pintar. Keduanya
suka membaca. Maya memuja kakak lelakinya sebagai satu-satunya orang yang ia
miliki di dunia. Suatu ketika ayah mereka, Bailey senior, pulang ke Stamps.
Kehadiran dan aksennya yang menyerupai orang kulit putih menyerap perhatian
orang-orang satu kota. Maya dan Bailey dibawa untuk bertemu ibu mereka di St
Louis. Akan tetapi ada keengganan bertemu dengan ibu. Mereka merasa seperti
anak yang tidak diharapkan hingga dibesarkan oleh Momma.
Jika Bailey adalah perpaduan kesempurnaan dari kedua
orang tua maka Maya merasa anak pungut karena tidak mirip keduanya. Postur Maya
tinggi besar untuk ukuran gadis seumurannya. Ia pun tidak mewarisi kecantikan
sang ibu. Rasa rendah diri berulang kali ia alami. Selama di St Louis Bailey
dan Maya tinggal dengan Ibu dan pacarnya Mr Freeman. Sebuah peristiwa buruk menimpa
Maya. Ia mendapat pelecehan seksual dari pacar ibunya. Semenjak itu Maya hanya
mau berbicara pada Bailey saja. Mereka berdua kembali ke Stamps, Arkansas.
Dalam I Know Why The Caged Bird Sings, Maya Angelou
menuliskan masa kecilnya di selatan Amerika Serikat hingga ia berusia 17 tahun.
Pada masa itu di daerah selatan Amerika Serikat masih meruncing diskriminasi
ras antara kulit hitam dan kulit putih. Dengan mata kepalanya sendiri ia
menyaksikan anak-anak kecil kulit putih mengejek dan menghina Momma. Momma
sedikit pun tidak bergeming. Ia menahan diri dan tidak membalas kekurang ajaran
anak-anak kecil tersebut. Momma yang religius membesarkan kedua cucunya dengan
nilai-nilai agama yang taat. Jika ada pembicaraan orang dewasa yang menyangkut
tindakan orang kulit putih yang semena-mena, Momma akan mengusir mereka ke
kamar.
"It was awful to be Negro and have no control
over my life. It was brutal to be young and already trained to sit quietly and
listen to charges brought against my color with no chance of defense."
- Hal
180.
Ketidakadilan yang diterima orang kulit hitam sulit
disembunyikan buat dua anak yang sedang tumbuh ini. Momma dan Maya pernah ditolak
dokter gigi karena dokter tersebut mempunyai prinsip tidak melayani orang kulit
berwarna. Sekalipun dokter gigi pernah mendapat bantuan dari Momma. Dokter gigi
mengatakan lebih baik ia mengurusi mulut anjing ketimbang orang kulit hitam. Perlakuan
diskriminasi juga membuat Bailey trauma dan bertanya mengapa mereka (kulit
putih) sangat membenci orang kulit hitam. Dengan sendirinya mereka
mulai memahami situasi di masyarakat mereka. Dari pengalaman masa kecilnya ini Maya Angelou
akhirnya menjadi wanita yang menginspirasi dunia.