Pages

Saturday, January 2, 2016

Tiga Bianglala




Judul : Tiga Bianglala
Penulis : Misna Mika
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2013
Jumlah Halaman : 304


Di sebuah kampung yang terletak di pinggiran kota Palembang terdapat dua gadis kecil, Itut dan Manna, yang bersahabat erat. Kedua sahabat ini saling berbagi dalam keterbatasan. Itut berasal dari keluarga kurang mampu. Ia anak kedua dari lima bersaudara dan Emaknya sedang mengandung anak yang keenam. Bapak Itut hanya kuli serabutan yang penghasilannya tidak menentu. Manna, gadis kecil yang dititipkan pada Nenek Tirinya, Nenek Tuer. Ibu kandungnya meninggalkan dia sewaktu kecil. Ayahnya menikah lagi dan ibu tirinya tidak terlalu baik jika Manna tidak bersama ayahnya. Di rumah Nenek Tuer, Manna harus berbagi dengan bibi dan paman tiri.

Sepulang sekolah Itut dan Manna sering menjumpai masalah yang sama. Perut Itut keroncongan karena tidak ada makanan di meja makan. Sementara Manna sering terlambat mengambil jatah makan siangnya yang keburu dilahap oleh Mang Sjafei. Pohon jambu tetangga yang sedang berbuah tampak menggiurkan bagi dua anak yang kelaparan ini. Hasil jambu curian ini pun dibagi-bagikan pada teman-teman mereka yang lewat dan adik-adik Itut yang juga kelaparan di rumah.

Di sekolah, ibu guru sering berpihak pada murid dari keluarga berada.  Ibu Guru memberikan soal-soal latihan yang sebelumnya telah dijelaskan bagi anak-anak yang mampu ikut les. Vivi yang orang tua nya kaya menjadi anak emas. Vivi suka memilih teman. Ia membentuk geng sendiri di sekolah. Siapa yang tidak disukai Vivi sama saja bermusuhan dengan seluruh teman-teman Vivi. Manna pernah berkelahi cambak-cambakan rambut dengan Vivi gara-gara Vivi menghina Itut miskin dan kumal. Teman yang lain tidak berani melawan karena Vivi suka menaktir jajan mereka. 

Ketika naik kelas 6 SD, Itut memperoleh nilai buruk. Ia masuk dalam percobaan jika nilainya masih jelek Itut bisa diturunkan ke kelas 5 SD. Itut bertekad rajin belajar. Itut dan Manna mengajak berteman Mei-mei juara kelas biar mereka ketularan pintar.   Mei-mei seringkali menyendiri di sekolah. Ia tidak mempunyai teman akrab. Karena berasal dari etnis tionghoa, Meimei merasa dirinya berbeda dari teman-teman sekolahnya. Lambat laun persahabatan ketiganya menjadi erat. Mereka menamakan diri mereka "tiga bianglala".

Bapak Itut meninggal dunia ketika sedang bekerja. Duka mendalam melingkupi keluarga mereka. Tetangga mereka mencoba menghubungi keluarga Bapak Itut di Samarinda. Sebelumnya mereka tidak pernah bertemu dan mengetahui sanak saudara Bapak. Kehidupan keluarga Itut berubah drastis ketika nenek Itut dari pihak bapak datang ke Kampung Bala. 

Kisah persahabatan Itut, Manna dan Mei-mei yang menghibur sekaligus mengharukan. Suka duka ditanggung bersama. Jika ada masalah pelik dihadapi dengan hati riang tanpa beban. Bacaan ini cocok untuk anak-anak karena mengandung nilai-nilai kesetiakawanan, tidak memilih kawan, tidak boleh sombong. Walaupun generasi tiga bianglala ini jauh sekali bedanya dengan generasi sekarang. Dengan generasi ketika saya kecil pun masih jauh, mungkin sejaman dengan masa kecil orang tua kita dulu. Saya langsung teringat film-film yang diputar TVRI ketika TV masih hitam putih dan banyak semutnya.




No comments:

Post a Comment

Thank your for leaving comment. :)