Pages

Wednesday, December 24, 2014

Sang Penerjemah


Judul : Sang Penerjemah

Penulis : Leila Aboulela

Penerjemah : Rahmani Astuti

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : 2011


Shammar, janda dari Sudan, bekerja sebagai penerjemah di Edinburg. Shamar kehilangan suami yang meninggal dalam kecelakaan. Shamar tidak diijinkan kembali menikah oleh ibu mertuanya. Anaknya Amir dititipkan ke bibinya sekaligus mertua di kampung halaman. Sendiri di tengah kota yang dingin dan memiliki budaya yang berbeda dari asalnya membuat Shamar merasa sepi.


Atasan Shammar adalah Prof Rae S peneliti islam yang merupakan orang Skotlandia. Rae mempelajari Islam dan politik Timur Tengah. Ia kerap dimintai pendapat berkaitan dengan konflik negara-negara teluk tersebut. Shammar menerjemahkan dokumen-dokumen bahasa Arab ke dalam bahasa Inggris. Rae memiliki keterikatan emosional dengan Afrika Utara. Ia pernah menikah dan tinggal di Maroko di usia 20an. Belajar bahasa arab, nongkrong dari mesjid ke mesjid, berteman dengan orang-orang lokal. Rae telah bercerai dengan istrinya dan memiliki seorang putri yang bersekolah asrama di Edinburgh.


Lambat laun Rae  dan Shammar membagi cerita satu sama lain. Rae akan mendengarkan cerita kehidupan Shammar di Khartoum. Shammar mengunjungi Rae ketika ia dirawat di rumah sakit gara-gara serangan asmanya kumat. "Kau membuatku merasa aman. Aku merasa aman bersamamu", ujar Rae.


Keduanya tahu ada tembok penghalang yang kasat mata di antara mereka. Budaya yang berbeda, dan yang paling utama adalah mengenai iman. Rae mempelajari Islam secara akademis dan menjaga jarak dari apa yang ia pelajari. Ia cukup jengkel jika seseorang bertanya mengapa ia tidak sekalian memeluk agama Islam. Rae tidak bisa mengucapkan kalimat syahadat hanya untuk memenuhi formalitas agar mereka menikah. Ia tidak yakin.


Shammar melangkah pergi dari kantor Rae. Ada pekerjaan menerjemahkan interview kelompok ekstremis di Mesir dan ia pulang ke Khartoum dari sana. Bagi Bibi Mahasen duka kehilangan putra satu-satunya tidak luntur ditelan waktu. Shammar memutuskan meninggalkan pekerjaannya di universitas. Masa depannya berada di dekat anak dan sanak familinya. Ia harus terbiasa dengan hawa panas dimana listrik dan air kadang-kadang mati. Pekerjaannya untuk membantu pemberantasan buta huruf tidak menghasilkan banyak uang. Ketegangan di rumah mertuanya semakin terasa. Ibu mertuanya marah karena Shammar telah menyia-nyiakan sumber penghasilan yang dapat menopang kehidupan mereka. Jauh di alam pikirannya Shammar masih merindukan Rae.

No comments:

Post a Comment

Thank your for leaving comment. :)