Pages

Tuesday, December 23, 2014

Lampu Warna-warni


Judul : Lampu Warna-warni
Penulis : Leila Aboulela
Penerjemah : Rahmani Astuti
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2012



Dalam kumpulan cerpen Lampu Warna Warni, Leila Aboulela membagi ceritanya antara Sudan dan Inggris. Orang-orang yang mengecap perguruan tinggi di Sudan lebih memilih mengadu nasib ke luar negeri. Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung. Perbedaan budaya dari tempat perantauan dengan tanah kelahiran inilah yang menjadi inspirasi penulis yang ia gambarkan melalui karakter-karakter cerpennya.


Cerita Lampu warna warni menceritakan tokoh Aku yang teringat mendiang kakak laki-lakinya, Taha. Lampu warna-warni yang menghiasi jalanan London di bulan Desember membuat airmatanya mengalir. Taha meninggal dunia di Khartoum tepat di hari pernikahannya. Penyebabnya adalah lampu-lampu hias yang dipasang di rumah. Kehilangan secara tiba-tiba memberikan perubahan pada keluarganya. Oleh-oleh menceritakan Yassir lelaki Sudah yang sedang pulang kampung ke Khartoum. Yassir telah menikah dengan wanita "luar", sebutan untuk siapa saja yang bukan berasal dari mereka, bernama Emma. Ibu dari Yassir kecewa karena putranya memberitahu pernikahannya melalui surat. Tindakan yang tidak patut dalam budaya mereka. Kebanyakan lelaki Sudan yang menikah bukan dengan orang Sudan tidak kembali menengok tanah kelahirannya. Dalam cerita Tamu, Amina mmenceritakan kunjungan balasan dari Zeinab yang berasal dari desa dan berpakaian seperti pengemis. Saling berbalas bertamu nampaknya suatu kewajiban bagi mereka. Masalahnya Zeinab yang membawa serta Hassan, anaknya yang terkena polio datang pada waktu yang tidak tepat. 


Burung Unta menceritakan Sumra yang dari Khartoum menyusul suaminya Majdy yang sedang menuntut ilmu di Inggris. "Kau kelihatan seperti penduduk dari Dunia Ketiga",ujar Majdy. Suaminya berpendapat jika hidup di negara modern harus berpikir sesuai dengan masyarakatnya. Semua sikap yang menurutnya ketinggalan zaman harus ditinggalkan. Burung Unta hanya seorang teman Sumra ketika kuliah. Sedikit bersinggungan dengan perjalanan Sumra ke Inggris. Apakah iman masih tetap diyakini setelah bermukim di benua biru? Pertanyaan tersebut tersirat di cerita Pemuda dari Warung Kebab. Kassim mempunyai ayah dari Maroko dan ibu dari Skotlandia. Ia dibesarkan dalam kesekuleran ibunya. Kassim baru mengenal agama setelah berteman dengan pemuda-pemuda arab. Dina, kebalikannya, ayahnya dari Skotlandia sementara ibunya dari Mesir. Keluarga ibunya telah mengucilkan ibunya. Walaupun dilahirkan dari orang tua muslim, ia tidak pernah diajarkan shalat dan ibunya kecanduan alkohol. Kassim yang bertemu Dina dalam suatu acara amal tidak hanya membuat Dina jatuh hati. Melalui Kassim, pintu hati Dina terketuk oleh panggilan yang lebih murni, iman. 


Makan Siang Selasa bercerita tentang anak perempuan berusia delapan tahun, Nadia. Dalam menu makan siang sekolah tersedia beberapa menu seperti rissoto ayam, pai daging babi, dan sayur-sayuran. Ibu guru telah dipesankan Lateefa, mama Nadia, untuk tidak memberi daging babi. Suatu ketika ibu Hitchson yang biasa membagikan makanan tidak masuk. Nadia yang tergoda makanan haram yang membuatnya penasaran. Ia mencicipi pai daging babi diam-diam. Apa yang terjadi setelah itu ? Jackpot! Dalam cerita Pulanglah Sendiri, Nadia sudah dewasa. Ia mengunjungi sahabatnya Tracy di panti aborsi. Nadia berbohong pada ibunya karena kalau Lateefa ia pasti marah. Tracy tumbuh bebas seperti remaja barat umumnya sementara Nadia masih patuh dalam perintah orang tua hingga untuk berpacaran pun malu. Dalam Museum, Shadia yang telah bertunangan dengan anak keluarga kaya sedang menuntut ilmu di Skotlandia. Shadia bertemu dengan Bryan.


Lalu cerita lain Majed, tentang Hamid yang menikahi mualaf demi mendapat visa. Istrinya berganti nama Ruqiyyah setelah memeluk agama Islam. Ruqiyyah menjalani ibadah lebih khusyuk dari Hamid. Dalam cerpen Kekasih, Madja akan bertunangan dalam waktu dekat. Kekasihnya Sameer sedang kuliah di Amerika Serikat. Dalam budaya Sudan hubungan muda mudi dipererat dalam pertunangan. Ibu Sameer yang keturunan afro-american merasa anaknya terlalu cepat melangkah ke  pernikahan. Cerita lama, cerita baru mengisahkan pernikahan antara pria Skotlandia mualaf dengan janda Sudan. Pernikahan tersebut berlangsung di Khartoum, yang membuat pria tersebut mengalami gegar budaya. Dan dua cerita terakhir ; Hari-hari Berputar dan Permadani Radia yang seperti dongeng.


Menurut orang Eropa, Afrika terdengar unik dan eksotik.Sayangnya kekaguman sepintas yang diucapkan dibalas dengan kesulitan hidup di benua hitam tersebut. Orang Sudan yang mengecap kehidupan barat enggan kembali ke tanah kelahiran mereka. Yang listrik dan air susah didapat. Penghasilan yang tidak seberapa dibandingkan orang penggangguran di eropa yang mendapat tunjangan pemerintah. Pembatasan gula karena pemerintah tidak kuat untuk impor gula. Orang-orang akan iri pada yang bekerja di luar negeri. Rasa rindu pada kampung halaman, kebiasaan-kebiasaan lama tetap lah ada. Bukan kah masih lebih baik hujan batu di negeri sendiri daripada hujan emas di negeri orang ?


Mungkin inilah esensi dari negeriku, yang paling kurindukan. Mukjizat-mukjizat yang terjadi sehari-hari, keseimbangan antara apa yang normal dan yang kacau. Kekaguman dan rasa syukur untuk hal-hal sederhana. Tempat orang-orang meyakini bahwa hanya Allah yang abadi. 



1 comment:

  1. Untung orang Indonesia rasa cinta tanah airnya kuat. Cinta tanah air belum tentu nasionalis. Karena sesukses apapun mereka di negeri orang, ketika tua kebanyakan selalu ingin kembali ke Indonesia. Apalagi kalau masih punya keluarga besar di tanah air.

    ReplyDelete

Thank your for leaving comment. :)