Pages

Showing posts with label travelling. Show all posts
Showing posts with label travelling. Show all posts

Monday, January 30, 2012

Selimut Debu

Selimut DebuSelimut Debu by Agustinus Wibowo


My rating: 5 of 5 stars


Tragedi menara kembar World Trade Center 11 september 2011 membuat negara Afghanistan menjadi bulan-bulanan Amerika. Karena pemerintahan taliban melindungi pimpinan Al-Qaeda,most wanted person of the world-orang yang diduga bertanggung jawab atas peristiwa WTC,Osama bin Laden. Sejak ribuan tahun lalu,Afghanistan tidak pernah sepi dari pertikaian dengan orang asing atau sesamanya sendiri.

Afghanistan yang terletak di asia tengah memiliki alam yang keras. Padang gersang dan berdebu. Entah apa yang ada di pikiran Agustinus Wibowo sehingga membulatkan tekadnya ke Afghanistan. Negara yang berbahaya,jangankan untuk orang asing bagi rakyatnya saja tidak aman. Setiap waktu mengintai ancaman perampokan,penculikan,ranjau darat, dan bom bunuh diri. Harga nyawa manusia disana lebih murah dibandingkan harga keledai.

Perjalanannya keliling Afghanistan ini mengulas kondisi Afghanistan dari kota besar seperti Kabul hingga pelosok-pelosok perbatasan Afghanistan. Mayoritas rakyat Afghanistan berasal dari etnis Pashtun. Disamping itu masih ada etnis minoritas lainnya seperti Tajik,Uzbek dan Hazara. Kesukuan sangat lekat dan satu sama lain saling mencurigai. Karena Agustinus memiliki ciri-ciri wajah yang mirip etnis Hazara,sehingga tak jarang mendapat diskriminasi karena dianggap orang Hazara.

Mungkin orang luar menganggap burqa sebagai sebuah 'penjara' bagi kaum perempuan. Sementara bagi perempuan Afghanistan terutama Pashtun,hal tersebut adalah budaya. Hingga etnis minoritas pun mau tak mau mengikuti memakai burqa karena taliban mewajibkannya. Mahar untuk perkawinan sangat mahal. Sehingga banyak yang memilih tidak menikah. Satu hal yang mengejutkan saya adalah budaya Pashtun yang menyukai berhubungan seks dengan bocah lelaki yang disebut Bachabazi. Astaghfirullah. Bagaimana mungkin perilaku seks menyimpang dianggap sebuah adat yang lumrah. Sekalipun sudah mempunyai istri kebiasaan 'play with boy' masih sukar ditinggalkan. Agustinus sendiri 'hampir' diperkosa oleh laki-laki.

Keberadaan lembaga donor internasional pasca jatuhnya Taliban menjamur di Afghanistan. Relawan asing yang datang bertujuan mulia untuk membantu Afghanistan bangkit dari keterpurukan sisa perang. Sayangnya dari sekian juta dollar,entah berapa yang benar-benar dirasakan manfaatnya bagi rakyat. Rakyat Afghanistan tetap miskin. Pekerjaan tak ada,harga kebutuhan mahal, krisis air bersih. Sementara ekspatriat digaji ribuan dollar,kompensasi yang dirasa tepat mengingat risiko mereka di Afghanistan. Jika untuk gaji staff dan security sudah habis sekian banyak,tinggal berapa sisa budget untuk program yang benar-benar ditujukan untuk rakyat Afghanistan?.

Hidup yang keras di Afghanistan membuat sebagian besar rakyatnya mencari negeri impian. Iran dan Pakistan,dua negara tetangga yang menampung pengungsian dari Afghanistan. Semakin banyak jumlah pengungsi membuat masalah baru bagi keduanya sehingga pasca jatuhnya pemerintahan Taliban, pengungsi Afghanistan dipulangkan ke kampung halaman mereka. Indonesia sendiri seringkali disinggahi oleh Immigran gelap Afghanistan yang menuju Australia.

Dari foto-foto yang diselipkan di tengah buku,perhatian saya terhenti di gambar kamera model kuno masih dipakai. Agustinus merekam kehidupan rakyat Afghanistan dari keramahan, kegetiran, ketakutan dan mimpi-mimpi mereka. Walaupun pengalamannya tak melulu beruntung,ditinggal pergi sopir truck, dirayu dokter hingga babak belur dipukul polisi. Agustinus benar ada satu sisi yang tak bisa ia masuki kecuali di daerah Wakhan yaitu sisi perempuan yang tertutup oleh Burqa. Cerita dari Lam Li cukup melengkapi bagian yang terasa 'bolong' bagi saya yaitu bagaimana kehidupan wanita Afghanistan di balik burqanya.

View all my reviews

Thursday, January 12, 2012

99 Cahaya di Langit Eropa

99 Cahaya di Langit Eropa: Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa99 Cahaya di Langit Eropa: Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa by Hanum Salsabiela Rais


My rating: 3 of 5 stars


Kota-kota di Eropa memang terkenal dengan berbagai objek wisata yang menarik. Siapa yang tak kenal dengan menara eiffel,museum louvre,notre dame,barcelona,dan lainnya. Namun yang berbeda dari buku ini,Hanum memaknai perjalanan dengan menelusuri kembali jejak-jejak peradaban islam di eropa. Di tengah-tengah masyarakat eropa yang atheis, sekuler dan apatis, menjadi seseorang yang memiliki iman adalah sebuah keanehan. Rangga misalnya sulit untuk mendapatkan ijin sholat jumat yang bertepatan dengan jadwal mengajarnya. Sholat pun tidak diijinkan di ruangan pribadi. Pertemanan dengan Fatma, imigran Turki,lebih dari sekadar teman belajar bahasa Jerman. Bersama Fatma, Hanum melakukan wisata museum di Wina yang ternyata membuka wawasannya terhadap Islam. Wina pernah dikepung oleh pasukan Turki yang dipimpin Kara Mustafa Pasha namun sejarah mencatat sebagai penaklukan yang gagal. Sayangnya,Hanum mendadak putus komunikasi dengan Fatma.

Paris. Cordoba. Granada. Istanbul. Kota-kota yang ditelusuri oleh Hanum dan Rangga. Saya sama terkejutnya dengan Hanum tentang Napoleon Bonaparte yang dikatakan seorang muslim,antara percaya dan tidak percaya. Dia membangun arc de triomphe du carrousel yang didalam garis imajiner berada searah kiblat di mekkah. Sementara eropa juga menikmati pengaruh islam hingga saat ini. Siapa sangka capucino yang terkenal dari Italia pada awalnya dibuat dari biji kopi yang berasal dari turki. Bunga tulip yang merupakan kebanggaan Belanda aslinya dari daerah Anatolia,Turki. Flamenco,tari tradisional Spanyol mendapat pengaruh dari musik timur tengah.

Spanyol! Negara yang akrab di telinga. Saya tidak ingat manakah yang lebih dulu mengagumi Andalusia dan Alhambra atau ngefans dengan timnas sepakbolanya. Bukan tak mungkin ketampanan pemain timnas sepakbola Spanyol juga mendapat pengaruh timur tengah,hihihihi. Saya bisa lebih heboh dari Luis jika berada di Spanyol saat piala dunia berlangsung :)). Dulunya sebutan city of light disematkan kepada Cordoba. Cordoba brjasa membuat eropa maju. Kehidupan beragama antara yahudi,islam,dan kristen berlangsung harmonis. Penaklukan oleh raja Ferdinand dan ratu Isabella membuat penduduk Cordoba yang beragama islam dan yahudi pindah agama. Mezquita Cordoba beralih fungsi dari Mesjid ke Gereja. Menurut Sergio, pemandu wisata Cordoba, akan lebih bagus jika Mezquita dijadikan museum.

Setelah dua tahun,Fatma kembali mengontak Hanum. Kepergiannya tiba-tiba seperti ditelan bumi dikarenakan anaknya Ayse menderita Leukemia Akut. Keluarga kecil mereka kembali ke Turki. Sekarang tiba waktunya mengunjungi Fatma di Istanbul. Beda halnya dengan Mezquita Cordoba, Hagi Sophia yang beralih dari Gereja ke Mesjid,atas prakarsa Kemal Attaturk yang sekuler dijadikan museum.

Saya kurang sreg jika catatan perjalanan (non-fiksi) dan unsur fiksi dicampur. Di sampul belakang pun tertulis NonFiksi\Novel Islami.Kategori yang rancu,nonfiksi tapi novel? *garuk-garuk kepala* Menurut saya tanpa bagian fiksi,jalinan ceritanya sudah pas. Lalu perbandingan2 kondisi Eropa dengan Indonesia mengusik saya. Memang sulit menghindari untuk tidak membandingkan suatu tempat dengan tempat yang lain. Kalau tempat tersebut lebih bagus berpikir tentang keadaan Indonesia yang jauh tertinggal. Hal tersebut membuat kurang fokus kan ceritanya lagi jalan di eropa,not-apple-to-apple disandingkan dengan Indonesia. Buku ini juga dilampirkan foto-foto perjalanan Hanum-Rangga. Sayang sekali tidak ada foto Alhambra. Saya ingin sekali melihat saat paling indah di Alhambra yaitu ketika matahari terbenam. Smoga suatu hari saya bisa menyaksikannya *make a wish*.

View all my reviews

Wednesday, September 7, 2011

Meraba Indonesia

Meraba Indonesia: Ekspedisi Meraba Indonesia: Ekspedisi "Gila" Keliling Nusantara by Ahmad Yunus

My rating: 4 of 5 stars


Ini adalah perjalanan untuk mengenal Indonesia secara lebih dekat. Dari titik nol kilometer Indonesia di pulau Sabang hingga menyusuri ujung timur Indonesia di Merauke.

Negara Indonesia merupakan Negara kepulauan. Namun kehidupannya didominisasi oleh pulau Jawa, pusat perekonomian Indonesia. Sementara ada ribuan pulau yang tersebar di nusantara ini. Menjelajahinya bukanlah hal yang gampang. Ahmad Yunus bersama Farid Gaban mengajak pembaca untuk menengok sebagian kecil dari ribuan pulau yang ada di Indonesia. Mereka meresapi hiruk pikuk dan kesunyian kehidupan pelosok-pelosok nusantara mulai dari Pulau Enggano, Kepulauan Mentawai, Pulau Nias, Pulau Sabang, hingga pulau-pulau kecil yang terpencil dan merupakan batas terluar dari wilayah Indonesia. Mereka menelusuri jejak sejarah yang terlupakan. Mereka menyelami keindahan bawah laut Indonesia.

Tuesday, January 18, 2011