Gerakbudaya Bookshop berdiri sejak tahun 2014 di George Town, Penang. Tidak sulit menemukan toko buku yang letaknya di daerah Mesjid Kapitan Keling ini. Bersinergi dengan kehidupan George Town yang kental budaya dan sejarah, Gerak Budaya Bookshop menyediakan buku-buku yang dikurasi dengan baik. We are passionate about the books that matter, begitu lah moto dari Gerakbudaya Bookshop.
Toko buku independen yang wajib dikunjungi di George Town
Toko buku beroperasional dari jam 11.00 – 20.00 waktu setempat. Interior Gerak Budaya memberikan aura yang hangat untuk disinggahi. Buku-buku tentang sejarah Penang ditampilkan di display jendela. Di beranda luar terdapat kotak untuk buku-buku bekas. Bel langsung berdering ketika saya membuka pintu. Perhatian saya langsung tersedot ke bagian rak Fiction & Poetry. Buku-buku dari penulis dunia, nobelis sastra, dan award winner mengisi rapat rak-rak buku. Gerak Budaya tidak lupa menampilkan karya-karya penulis dari Malaysia, baik yang berbahasa Melayu maupun bahasa Inggris. Saya juga menjumpai karya beberapa penulis Indonesia di rak buku Malay Books. Koleksi non fiksi terdiri dari buku seni, sejarah, budaya, sosial, politik dari Malaysia dan negara-negara Asia Tenggara lainnya.
closer look of the bookshop
Buku-buku sastra di Gerak Budaya Bookshop menggiurkan. Saya senang bisa menemukan judul-judul yang sulit ditemui. Mungkin karena judul tersebut bukan karya masterpiece atau karya-karya pertama dari penulis sebelum mendapatkan pengakuan dunia yang tidak terlalu komersil dari segi bisnis. Kalau pun pernah saya temukan di toko buku impor Jakarta, harganya sungguh menguras dompet. Setelah saya hitung-hitung harga buku impor di Gerak Budaya lebih murah 50-60 ribuan dari toko buku Jakarta. Saya menyimpan beberapa judul buku yang ingin saya beli. Dua hal yang membuat saya berpikir dua kali beli buku adalah uang tunai Ringgit yang sudah menipis dan bagasi pesawat. Dengan belanjaan buku dari Chowrasta Market saya khawatir tas backpack saya akan melebihi kapasitas maksimum kabin pesawat yaitu 7 kg. Saya memang tidak membeli paket bagasi pesawat. Barang bawaan harus dipacking dengan cermat.
Lovely bookshop
I spotted Indonesian authors
Saya kembali datang ke Gerak Budaya setelah menanyakan apakah bisa membayar dengan kartu kredit keluaran Indonesia. Kartu kredit saya tinggalkan di penginapan. Untung lah jarak toko buku dari penginapan tidak jauh. Setengah jam menjelang tutup, Gerak Budaya hanya diisi dengan Aunty kasir dan temannya dan saya sendiri yang sedang asyik browsing buku. Saya membeli dua novel Gabo dan satu novel Orwell. Belanjaan saya dibungkus kantong kertas plus bonus beberapa bookmark sastrawan dunia.
Love it!
Saya terlibat percakapan yang menarik dengan Aunty mengenai kuliner, buku dan penulis Indonesia. Novel Eka Kurniawan katanya langsung cepat habis begitu tiba di Gerak Budaya. Perbincangan pun bergeser ke kuliner Indonesia terutama salah satu dari mereka pernah tinggal di Medan. Saya meminta selfie dengan mereka berdua tetapi Aunty rupanya malu. Hihihi. Jadi saya hanya selfie dengan Kakak yang mengucapkan selamat hari kemerdekaan Indonesia buat saya. Ah jadi terharu. :’)
selfie @ bookshop :)
Bisa berkunjung di Website Gerakbudaya bookshop disini.