Pages

Monday, October 29, 2012

Jalan Tak Ada Ujung

Jalan Tak Ada UjungJalan Tak Ada Ujung by Mochtar Lubis

Penerbit : Yayasan Obor Indonesia

My rating: 4 of 5 stars



“Saya sudah tahu –semenjak semula—bahwa jalan yang kutempuh ini adalah tidak ada ujung. Dia tidak akan habis-habisnya kita tempuh. Mulai dari sini, terus, terus, terus, tidak ada ujungnya. Perjuangan ini, meskipun kita sudah merdeka, belum juga sampai ke ujungnya. Dimana ujung jalan perjuangan dan perburuan manusia mencari bahagia? Dalam hidup manusia selalu setiap waktu ada musuh dan rintangan-rintangan yang harus dilawan dan dikalahkan. Habis satu muncul yang lain, demikian seterusnya. Sekali kita memilih jalan perjuangan,maka itu jalan tak ada ujungnya. Dan kita, engkau, aku, semuanya telah memilih jalan perjuangan”.- (Hazil, Jalan Tak Ada Ujung)

Kondisi sosial politik Indonesia pasca deklarasi kemerdekaan masih belum stabil. Kota Jakarta masih dikuasai oleh tentara sekutu yang melakukan penggeledahan sesuka hati. Laskar-laskar rakyat masih melakukan pertempuran di daerah Bekasi – Karawang. Guru Isa ikut bergabung dalam perjuangan. Dalam pergerakan ia berjumpa dengan pemuda bernama Hazil. Kecocokan mereka dipersatukan oleh musik. Tidak seperti Hazil yang telah memilih berjuang dengan sepenuh hati, Guru Isa berjuang karena ketakutannya. Takut dengan anggapan orang sekitar. Tuduhan menjadi mata-mata sangat serius karena bisa saja langsung dieksekusi mati. Ketika Guru Isa berada dalam perjuangan, ketakutannya semakin bertambah. Ketakutan-ketakutannya menjadi mimpi buruk di setiap malam. Walaupun ia tidak mengatakannya secara terus terang, istrinya Fatimah mengetahuinya.

Walaupun statusnya sebagai guru mendapatkan penghargaan lebih dari masyarakat namun gaji Guru Isa tidak lagi mencukupi kebutuhan keluarganya. Sementara tidak mungkin untuk meminta kenaikan kepada kepala sekolah. Akhirnya Guru Isa mengambil buku-buku tulis baru dan menjualnya ke toko alat tulis. Hati nuraninya menentang pertama kalinya tetapi keadaan membuatnya mengabaikan rasa bersalahnya.
Sementara itu Hanzil lebih banyak terjun langsung dalam perjuangan. Dia menghampiri rumah Guru Isa jika ada tugas perjuangan atau untuk bermain biola. Frekuensi kedatangannya tidak menentu. Kadang-kadang ia menghilang cukup lama.

Suasana dari novel ‘Jalan Tak Ada Ujung’ ini suram dan mencekam. Mochtar Lubis tidak hanya menggambarkan suasana Jakarta pada saat revolusi tetapi juga situasi sosial yang diwakilkan lewat tokoh-tokohnya seperti Guru Isa, Hazil, Ayah dari Hazil. “Sebagai kebanyakan orang di hari-hari pertama revolusi itu, Guru Isa belum menganalisa benar-benar kedudukannya, kewajibannya dan pekerjaannya dalam revolusi. Selama ini dia membiarkan dirinya dibawa arus. Arus semangat rakyat banyak”.

‘Jalan Tak Ada Ujung’ pertama kali diterbitkan pada tahun 1952 oleh penerbit PT Dunia Pustaka Jaya. Novel ini sudah diterjemahkan dalam bahasa Inggris 'A Road with no End' pada tahun 1968.


View all my reviews

2 comments:

  1. maaf baru sempat mampir utk sastra indonesia.
    melalui blog ini aku berkenalan dgn karya2 mochtar lubis (sdh sering lihat tp blm berkesempatan membaca), dan ujung2nya, aku udah buat reading list utk thn depan dgn 3 buku mochtar lubis di dalamnya! :)
    Buku ini tmsk yg mau aku baca. sepertinya kunggulan karya ini ada di konflik bathin si tokoh utama (guru Isa) dan penggambaran realistik kondisi Jakarta sktr proklamasi ya?

    Buku Mochtar Lubis lainnya yg mau aku baca adl Senja di Jakarta (sempat disebut waktu di ubud writers fest kmrn, jd pengen baca) dan Manusia Indonesia.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mochtar Lubis adalah sastrawan Indonesia favoritku. Aku suka dengan kekritisannya. Awalnya aku membaca karya-karyanya dari perpustakaan kampus. Setelah lulus,aku baru mulai hunting novel-novel dan karya non fiksi dari beliau. Aku pengen membaca ulang novel-novel Mochtar Lubis yang pernah aku baca dulu dan sekalian aku tulis reviewnya. Aku senang banget jika reviewku bisa membuat temen-temen tertarik membaca karya Mochtar Lubis. :)

      Aku juga mau baca ulang Senja Di Jakarta. Setting dari novel Senja di Jakarta, Jalan Tak Ada Ujung sama-sama seputar zaman revolusi Indonesia. Manusia Indonesia merupakan ceramah kebudayaan dari Mochtar Lubis yang dibukukan.

      Delete

Thank your for leaving comment. :)