Pages

Friday, June 24, 2011

Catatan Perang Korea - Mochtar Lubis

Catatan Perang KoreaCatatan Perang Korea by Mochtar Lubis

My rating: 3 of 5 stars


Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1951. Semenjak saya mengoleksi semua karya-karya Mochtar Lubis,buku ini masuk daftar must-have dan selama hunting buku saya tidak pernah melihat wujud buku ini. Hanya informasi dari catatan riwayat dari Mochtar Lubis bahwa buku ini pernah dicetak di tahun 1950-an. Makanya saya hampir tidak percaya ketika Bang Epi bilang buku ini ada di galeri penerbit YOI. Ternyata benar, buku ini dicetak selang 49 tahun dari cetakan pertama.

Setelah perang dunia kedua berakhir, Korea sedang bergejolak. Catatan Perang Korea merupakan karya jurnalistik dari Mochtar Lubis ketika bertugas menjadi wartawan perang atas undangan PBB . Korea Selatan dengan didukung Amerika Serikat berhadapan dengan Korea Utara yang dibantu oleh Rusia. Perang Korea digambarkan oleh Mochtar Lubis sebagai runtuhnya peri kemanusiaan.

Awal mula kedatangan orang-orang Korea Utara di Seoul disambut baik oleh Korea Selatan terutama pemuda dan mahasiswa. Semboyan-semboyan yang seringkali diucapkan oleh kaum komunis dan janji-janji yang diucapkan mereka terdengar merdu bagi rakyat yang telah menderita. Lama-kelamaan, janji tersebut tidak terpenuhi. Korea Utara memerlukan banyak buruh untuk memperbaiki jalan-jalan mereka. Kaum buruh dimobilisasi tanpa memperhatikan nasib mereka. Sementara itu, hasil padi dan ternak dari petani disita oleh Korea Utara. Rasa senang tadi makin memudar dan semakin menjadi-jadi ketika ada paksaan untuk masuk ke militer bagi pemuda-pemuda Korea Selatan membuat Korea Selatan memberikan perlawanan. Kekejaman yang dilakukan orang Korea Utara di Seoul dibalas dengan kekejaman yang dilakukan oleh Korea Selatan.Polisi Korea Selatan menangkapi sembrangan orang yang dicurigai sebagai orang Korea Utara dan menyiksa mereka jika tertangkap.

Menurut saya catatan Mochtar Lubis tidak ‘kering’. Ia tidak sekadar menuliskan laporan-laporan “ar-exploits” (kegagahan-kegagahan dan pengalaman-pengalaman perang). Korea dan bangsa Korea menjadi perhatiannya dengan mengajak berbicara korban perang. Ia menggambarkan kondisi kota-kota di Korea Selatan yang luluh lantak oleh perang seperti Seoul, Taegu, Masan, Kimpo. Salah satu potret kehancuran Seoul tersebut dijadikan cover buku ini berikut dengan Mochtar Lubis yang memakai seragam opsir. Kondisi pengungsi dan medan perang dideskripsikan naratif. Saya seperti bisa membayangkan situasi medan perang yang ‘bau’,karena bagi orang Korea pupuk terbaik adalah kotoran manusia. Dan bisa merasa ngilu saat membaca keadaan pengungsi.>.<

Wartawan-wartawan dari berbagai negara cukup banyak berada di Korea selama perang. Mochtar Lubis ikut menyoroti sikap wartawan-wartawan asing tersebut. Wartawan Filipina datang karena ada pasukan Filipina di Korea. Wartawan Turki menunggu datangnya pasukan Turki. Wartawan dari Texas mencari pasukan yang berasal dari Texas bagian Utara, hanya yang dari Utara saja yang dipedulikannya. Wartawan Boston hanya peduli dengan pasukan yang dari Boston pula. Kenapa bisa begitu, karena hanya berita dari pasukan tersebut yang akan ‘make good copy’. Bagi mereka apa latar belakang terjadinya perang dan hubungan Korea dengan dunia internasional tidak begitu penting.

Selain itu, dua pemimpin dari pihak yang bersiteru, Kim II Sung (Korea Utara) dan Syngman Rhee (Korea Selatan) dibahas secara terpisah di bab yang khusus. Kim II Sung merupakan pahlawan perjuangan kemerdekaan Korea melawan Jepang. Dengan taktik perang gerilyanya ia berperang melawan Jepang selama bertahun-tahun. Keberanian Kim II Sung menjadi cerita dongeng kepahlawanan rakyat Korea. Ketika orang Rusia menduduki Korea Utara setelah perang dunia kedua, ia menjadi kepala pemerintahan Korea Utara. Ia membubarkan tentara gerilyanya dan menjadi orang sipil kembali.

Syngman Rhee merupakan keturunan bangsawan Korea yang mendapatkan pendidikan barat. Ia dikirim ke Amerika Serikat untuk berunding dengan presiden Amerika Serikat Theodore Roosevelt agar Amerika menjamin kemerdekaan Korea dan mencegah jatuhnya Korea ke dalam kekuasaan Jepang. Namun upayanya tidak berhasil,berdasarkan persetujuan ports-Mounth Korea diserahkan di bawah protectorate Jepang. Rhee hidup bertahun-tahun sebagai pemimpin politik dalam buangan di luar negeri . Ia baru dipandang Amerika Serikat setelah perang kedua berakhir melalui pemilihan umum 1948, Rhee terpilih menjadi presiden Republik Korea.

Walaupun buku ini tipis,saya sedikit mengerti mengapa Korea Utara masih bersitegang dengan Korea Selatan hingga sekarang.

View all my reviews

3 comments:

  1. ada gak sih di gramedia? seru nih kayaknya..

    ReplyDelete
  2. Masih ada kok di toko buku apalagi gramedia ^^

    ReplyDelete
  3. Mau tahu pandangan dari orang chinese mengenai perang korea, liat http://www.PerangKorea.TK

    ReplyDelete

Thank your for leaving comment. :)