Judul : Katak Hendak jadi Lembu
Penulis : Nur Sutan Iskandar
Penerbit : Balai Pustaka
Tahun terbit : 2000
Zubaidah risau dengan suaminya. Gaji
Suria sebenarnya kecil dan tidak mampu menopang gaya hidupnya yang berlebihan.
Zubaidah lah yang menghadapi orang warung karena hutang suaminya banyak.
Kehidupan keluarga mereka diselamatkan oleh uluran tangan ayah Zubaidah, Haji
Hasbullah dari Tasikmalaya. Sampai kapan mereka bergantung sama orang tua yang
sudah sepuh yang sepatutnya bebas tanggungan anak dan tiba masanya disenangkan
oleh anak. Penghematan tidak bisa ditunda-tunda lagi, pikir Zubaidah.
Di kantor, Suria sudah terkenal
sombong, gila kekuasaan dan gila hormat. Ia suka memandang rendah bawahan dan
tamu yang tidak sederajat dengannya. Ia tidak suka dengan Anak magang Raden
Muhammad Kosim. Hasil kerja Kosim tidak pernah memuaskan buat Suria. Ada saja
kurangnya. Kosim menahan marahnya ketika Suria memberi tugas mencuci gelasnya
yang dirasa sebuah penghinaan.
"Aku amtenar, aku anggota
pemerintah dalam negeri, aku priayi..",ujar Suria ketika Zubaidah mengeluh
kondisi keuangan keluarganya. Zubaidah meminta Suria untuk menghentikan
pengeluaran yang tidak perlu. Gaya hidupnya seperti membeli barang-barang tak
perlu, makan di warung dihentikan. Pengeluarannya tidak diimbangi dari gaji
bulanannya. Uang sekolah anaknya tertunggak berbulan-bulan hingga anaknya malu
ditagih guru. Akhirnya uang kiriman dari Ayah Zubaidah yang menyelamatkan.
Zubaidah masih mengingat kewajibannya sebagai istri. Jika tidak sudah lama ia
tinggalkan Suria.
Ada lowongan di posisi klerk di kantor
asisten residen. Suria mengajukan diri walaupun ibaratnya turun derajat
tetapi gaji klerk lebih besar dari mantri. Namun syarat klerk harus bisa berbahasa
Belanda. Keinginan Suria menjadi klerk diketahui orang banyak. Kadang ia pun
terhanyut dalam candaan priyayi-priyayi yang menyebutnya klerk. Ternyata yang
diangkat jadi Klerk adalah Kosim. Betapa malunya Suria karena selain ia yang
berharap besar, anak itu sudah lama berselisih dengannya dan sekarang menjadi
batu sandungannya lagi.
Katak Hendak jadi Lembu pertama kali
terbit 1935. Karya dari Nur Sutan Iskandar ini termasuk sastra klasik
Indonesia. Dari settingnya memang jauh berbeda dengan jaman sekarang tetapi
nilai-nilai yang disampaikan masih relevan hingga hari ini. Ciri khas dari
karya Nur Sutan Iskandar biasanya menyangkut masalah adat, kawin paksa dan
kental budaya Minang. Untuk karya Katak Hendak jadi Lembu agak berbeda. Setting
mengambil tanah priangan dan mengulas masalah keluarga.
Yang saya suka membaca karya-karya sastra klasik Indonesia adalah bahasanya. Saya temukan lagi perumpamaan-perumpamaan yang sudah dilupakan masa sekarang. Misalnya seperti : Bagai bergantung pada dahan lapuk. Telunjuk lurus, kelingking berkait. Buku ini saya sertakan dalam baca bareng BBI yang bertemakan lokal / nusantara.
Nanjleb banget pesan moralnya. Ini novel lama bukan ya?
ReplyDeleteIya termasuk sastra klasik indonesia
Deletememang novel klasik Indonesia sarat dengan kondisi sosial pada masa itu.
ReplyDeletetermasuk mengkritik pribumi yang berpikir kalau mengidentikkan diri dengan kumpeni, status sosialnya jadi tinggi.
Betul Bang, mungkin pola pikir seperti itu karena kita masih di masa penjajahan dan menjadi pegawai pemerintahan sudah dianggap sebagai priyayi.
DeleteWah, ini terbit sebelum kemerdekaan ya. Aku juga masih prefer karya klasik Indonesia ketimbang yg kontemporer (walaupun belum banyak baca juga)
ReplyDeleteIya, penulis termasuk angkatan Balai Pustaka. ^^
DeleteIni termasuk sastra klasik ya. Balai Pustaka masih cetak buku baru gak ya?
ReplyDeleteUntuk karya baru aku sendiri kurang tahu ya. Yang aku lihat di toko buku, Balai Pustaka kembali cetak ulang yg sastra klasik. ^^
DeleteAku juga suka sastra klasik terbitan BP. Bisa mengenalkan kita dgn gaya bahasa jaman dulu ya :)
ReplyDelete