Judul : Tiga Bianglala
Penulis : Misna Mika
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2013
Penulis : Misna Mika
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun Terbit : 2013
Jumlah Halaman : 304
Di sebuah kampung yang terletak di
pinggiran kota Palembang terdapat dua gadis kecil, Itut dan Manna, yang
bersahabat erat. Kedua sahabat ini saling berbagi dalam keterbatasan. Itut
berasal dari keluarga kurang mampu. Ia anak kedua dari lima bersaudara dan
Emaknya sedang mengandung anak yang keenam. Bapak Itut hanya kuli serabutan
yang penghasilannya tidak menentu. Manna, gadis kecil yang dititipkan pada
Nenek Tirinya, Nenek Tuer. Ibu kandungnya meninggalkan dia sewaktu kecil.
Ayahnya menikah lagi dan ibu tirinya tidak terlalu baik jika Manna tidak
bersama ayahnya. Di rumah Nenek Tuer, Manna harus berbagi dengan bibi dan paman
tiri.
Sepulang sekolah Itut dan Manna sering
menjumpai masalah yang sama. Perut Itut keroncongan karena tidak ada makanan di
meja makan. Sementara Manna sering terlambat mengambil jatah makan siangnya
yang keburu dilahap oleh Mang Sjafei. Pohon jambu tetangga yang sedang berbuah
tampak menggiurkan bagi dua anak yang kelaparan ini. Hasil jambu curian ini pun
dibagi-bagikan pada teman-teman mereka yang lewat dan adik-adik Itut yang juga
kelaparan di rumah.
Di sekolah, ibu guru sering berpihak
pada murid dari keluarga berada. Ibu Guru memberikan soal-soal latihan
yang sebelumnya telah dijelaskan bagi anak-anak yang mampu ikut les. Vivi yang
orang tua nya kaya menjadi anak emas. Vivi suka memilih teman. Ia membentuk
geng sendiri di sekolah. Siapa yang tidak disukai Vivi sama saja bermusuhan
dengan seluruh teman-teman Vivi. Manna pernah berkelahi cambak-cambakan rambut
dengan Vivi gara-gara Vivi menghina Itut miskin dan kumal. Teman yang lain
tidak berani melawan karena Vivi suka menaktir jajan mereka.
Ketika naik kelas 6 SD, Itut memperoleh
nilai buruk. Ia masuk dalam percobaan jika nilainya masih jelek Itut bisa
diturunkan ke kelas 5 SD. Itut bertekad rajin belajar. Itut dan Manna mengajak
berteman Mei-mei juara kelas biar mereka ketularan pintar. Mei-mei
seringkali menyendiri di sekolah. Ia tidak mempunyai teman akrab. Karena
berasal dari etnis tionghoa, Meimei merasa dirinya berbeda dari teman-teman
sekolahnya. Lambat laun persahabatan ketiganya menjadi erat. Mereka menamakan
diri mereka "tiga bianglala".
Bapak Itut meninggal dunia ketika
sedang bekerja. Duka mendalam melingkupi keluarga mereka. Tetangga mereka
mencoba menghubungi keluarga Bapak Itut di Samarinda. Sebelumnya mereka tidak
pernah bertemu dan mengetahui sanak saudara Bapak. Kehidupan keluarga Itut
berubah drastis ketika nenek Itut dari pihak bapak datang ke Kampung Bala.
Kisah persahabatan Itut, Manna dan
Mei-mei yang menghibur sekaligus mengharukan. Suka duka ditanggung bersama. Jika
ada masalah pelik dihadapi dengan hati riang tanpa beban. Bacaan ini cocok
untuk anak-anak karena mengandung nilai-nilai kesetiakawanan, tidak memilih
kawan, tidak boleh sombong. Walaupun generasi tiga bianglala ini jauh sekali bedanya
dengan generasi sekarang. Dengan generasi ketika saya kecil pun masih jauh,
mungkin sejaman dengan masa kecil orang tua kita dulu. Saya langsung teringat
film-film yang diputar TVRI ketika TV masih hitam putih dan banyak semutnya.
No comments:
Post a Comment
Thank your for leaving comment. :)