Judul : Murjangkung : Cinta yang Dungu dan Hantu-hantu
Penulis : A.S Laksana
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : 2013
Setiap tukang cerita pastilah berniat
memukau orang sejak pertama.
Murjangkung,
raksasa berkulit bayi, yang datang membeli tanah enam ribu meter persegi di
tepi timur sungai kota. Murjangkung mendirikan rumah gedong. Pangeran pemilik
tanah menagih sewa pada Murjangkung yang dibalas dengan moncong meriam. Lalu,
datanglah rombongan kedua yang mendirikan rumah gedong di tepi barat sungai,
menyaingi rumah gedong Murjangkung. Pertempuran tidak dapat dielakkan keduanya.
Murjangkung berhasil menang setelah sempat lari meninggalkan rumah gedong dan
pasukannya lalu kembali dengan rombongan pemabuk dan budak-budak dari timur.
Murjangkung mendirikan kota sendiri. Masalahnya kaskus belum ditemukan saat itu.
Kotoran-kotoran manusia menumpuk mendatangkan penyakit buat penduduk kota,
disentri, malaria. Sampai Murjangkung sendiri mengalaminya. Murjangkung mati
sakit perut. Anaknya mendirikan patung untuk menghormati ayahnya di tanah
lapang yang kemudia dikenal dengan nama lapangan banteng.
Sebut
saja namanya Gloria. Sebelum Gloria lahir, kakek neneknya sangat mendambakan
kehadiran cucu dari 3 anaknya. Anak pertama tidak menikah. Anak kedua menikah
dengan pria yang agak berumur, sudah 7 tahun menikah belum dikaruniai anak.
Kakek neneknya tidak hanya berdoa meminta kepada Tuhan, mereka mendatangi
tempat-tempat keramat yang dipercaya manjur untuk mendapatkan keturunan. Kemana
orang bilang akan diturut dua orang tua ini. Akhirnya calon cucu hadir juga
namun yang mengandung adalah anak ketiga yang dipanggil cacing. Cacing belum
menikah dan tidak mau memberitahu siapa ayah si cabang bayi. Hingga lahirlah
gloria ke dunia. Gloria tidak lama menghirup udara dunia. Kakeknya menggorok
lehernya karena ilham yang ia dapatkan. Bahkan ia pun belum sempat diberi nama.
Saat kakek dan ibunya meninggal, mereka tidak bertemu di dunia lain.
Dua cerita di atas, Murjangkung dan Otobiografi
Gloria adalah bagian dari dua puluh cerita AS Laksana. Masih ada cerpen Dongeng Cinta yang Dungu,
Cerita absurd bagaimana jiwa bisa tertukar. Perempuan dari Masa Lalu. "Di masa
lalu, kita adalah sepasang kekasih." Seto mengucapkan ke sembarang
perempuan siapa tahu ada yang kena. Seto Menulis Peri, Pelangi, dan Para Putri.
Seorang lelaki, jika tidak menjadi raja di rumah sendiri, niscaya akan menjadi
setan. Mayor yang sudah memiliki istri cantik tetap saja memberikan bunga ke
perempuan lain. Teknik Mendapatkan Cinta
Sejati. Katakan saja agama kalian berbeda, mungkin penolakan saat
menyatakan cinta tidak akan terlalu menyakitkan. Dua Perempuan di Satu Rumah. Cerita anak, ayah dan ibu yang mati
sekitar umur 30an tahun. Dan cerpen-cerpen lainnya sebagai berikut : Bagaimana Kami Selamat dari Kompeni dan Sebagainya ; Bukan Ciuman Pertama ; Tuhan,
Pawang Hujan, dan Pertarungan yang Remis ; Kisah Batu Menangis ; Seorang Utusan
Memotong Telinga Raja Jawa ; Lelaki Beristri Batu ; Efek Sayap Kupu-Kupu ; Ibu
Tiri Bergigi Emas ; Seorang Lelaki Telungkup di Kuburan ; Malam Saweran ;
Cerita untuk Anak-Anakmu ; Kuda ; Peristiwa Kedua, Seperti Komidi Putar.
Ini
pertama kalinya saya membaca tulisan dari AS Laksana. Saya cukup terkesan
dengan cerpen pertama, Murjangkung. Saya baru tahu kalau Murjangkung tersebut
adalah Jan Pieterszoon Coen, Gubernur Hindia Belanda yang terkenal dengan
kekejamannya membantai penduduk asli pulau Banda. AS Laksana menceritakan saat
terakhir Murjangkung dengan gayanya sendiri.
No comments:
Post a Comment
Thank your for leaving comment. :)