Pertama mengetahui info pedagang buku di Chowrasta Market dari booklet pariwisata Penang yang saya dapatkan dua tahun lalu. Chowrasta Market merupakan pasar tradisional di George Town yang berdiri dari tahun 1800an. Bangunan dua lantai ini terdiri dari lantai bawah untuk pasar “basah”, bahan makanan dan oleh-oleh makanan khas Penang, dan lantai atas untuk toko baju, sepatu, dan buku. Jarak ke Chowrasta tidak terlalu jauh dari halte bus. Sepintas saya jadi teringat dengan pasar tradisional di Jakarta. Saya langsung naik ke lantai dua melalui tangga samping. Saya bisa melihat toko buku dari kejauhan walaupun posisinya berada di ujung. Pasar ini sedang dalam proses renovasi. Banyak kios yang kosong atau sedang diperbaiki. Toko buku di Pasar Chowrasta relatif lebih sepi dari turis.
Toko Buku @ Chowrasta Market, Penang
Saya memasuki salah satu toko buku bekas yang rupanya adalah
toko buku yang diulas booklet pariwisata yang saya punya. Koleksi bukunya
diatur berdasarkan genre dan penulis. Sebagian besar buku-bukunya adalah second
hand tetapi ada juga yang masih baru. Untuk kategori buku bekas pun menurut
saya kondisi bukunya masih bagus. Pandangan saya terpaut dengan novel George
Orwell 1984 dan Animal Farm. Sayangnya saya sudah baca dan punya judul tersebut
dan tidak ada judul lainnya dari George Orwell. Pakcik mulai menyodorkan
buku-bukunya yang menurutnya sesuai dengan selera saya, yang beberapa di
antaranya sudah saya baca atau sudah punya bukunya. Ia menunjukkan tumpukan
buku sastra. Koleksi novel Haruki Murakami yang masih baru pun menggoda saya.
Susah menyembunyikan senyum bahagia
Saya ditanya suka buku seperti apa. Di hadapan tumpukan buku
malah bingung menjawabnya karena saya lebih suka mengeksplore dan membaca
judul-judul buku sendiri. “Literature”, jawab saya. Pakcik menyuruh saya
mengikutinya. Saya melewati beberapa toko buku bekas lainnya. Jumlah pedagang
buku di Chowrasta Market tidak terlalu banyak tetapi koleksi mereka dari lantai
sampai langit-langit. Pakcik membuka rolling door sebuah kios dan menghidupkan
lampu. “Silahkan tengok pelan-pelan. Ini dari atas sampai bawah, classic
literature”, ujarnya sambil meninggalkan saya sendirian. Wooow! Novel-novel
sastra klasik dari berbagai penulis dan edisi disusun berlapis dua. Rasanya sih
ingin borong semua. Hahaha. Dari buku-buku sebelumnya, kondisi buku sastra klasiknya lebih jadul dan berdebu tapi masih layak dibaca. Dengan menimbang faktor budget dan judul yang
jarang saya temui di toko buku Jakarta, akhirnya saya mengambil novel Virginia
Woolf dan E.M Foster.
Classic Literature Section
Biarpun cuaca Penang memang panas dan gerah di siang hari,
jangan takut kegerahan di dalam pasar. Kipas angin di toko buku distel kencang cukup memberikan kesejukan. Saya kembali ke toko buku Pakcik yang pertama tadi. Rekan
travelling saya menunggu disana, ia pun ikut memilih buku. Belanjaan awal saya
tadinya adalah lima novel dari Arundhati Roy, Isabel Allende, Agatha Christie,
Virginia Woolf dan E.M Foster. Harga novel dibuka kisaran 15-20 Ringgit, jika
dikonversi ke rupiah sekitar 50-60ribuan. Murah atau mahalnya jika dibandingkan
dengan hunting buku di Indonesia sih relatif ya menurut saya. Dari proses tawar
menawar sudah sepakat lima novel tersebut 65 ringgit. Saya baru ngeh dengan judul-judul
Agatha Christie yang tidak familiar bagi saya adalah novel Agatha Christie
dengan nama pena Mary Wesmacott. Aaak kenapa baru nyadar belakangan. Jadi lah
buku yang sudah dibungkus saya keluarkan lagi dan menghitung ulang belanjaan saya.
Akhirnya beli novel Mary Wesmacott a.k.a Agatha Christie
Overall, saya happy memperoleh buku-buku yang sudah lama di wishlist saya. Karena
keterbatasan waktu saya tidak mampir-mampir lagi ke toko buku lainnya.
Penampakan Chowrasta Market dari luar
Kalau di jogja mungkin Shopping atau terban kali yak
ReplyDeleteSaya belum pernah ke Shopping Center, Jogja. Sepertinya sih kurang lebih mirip ya.
Delete