Judul Buku : The Nightingale
Penulis : Kristin Hannah
Penerbit : Pan McMillan
Tahun Terbit : 2015
Jumlah Halaman : 438
Perang dunia kedua pecah di Eropa.
Perancis bergabung bersama Inggris melawan Jerman. Penduduk berbondong-bondong
meninggalkan Paris. Isabelle Rosignol dipaksa mengungsi oleh ayahnya. Kakak
perempuannya, Vianne dan keluarganya tinggal di Carriveau, daerah pedesaan di
Perancis Selatan. Dalam perjalanan pengungsian Isabelle bertemu dengan
laki-laki muda bernama Gaetan. Isabelle menyatakan dirinya siap membantu
Perancis di medan perang. Gaetan meninggalkan Isabelle tanpa pamit. Pertemuan
singkat tersebut meninggalkan kesan bagi keduanya.
Perang
memanggil Antoine, suami, Vianne ke garis depan. Carriveau ditinggali oleh
wanita, anak-anak dan orang tua. Perancis diinvasi oleh Jerman. Wilayah
Perancis dibagi menjadi tiga bagian yaitu, wilayah Perancis, zona bebas, dan
wilayah pendudukan tentara Nazi. Carriveau berada di wilayah pendudukan Jerman.
Tentara Jerman mendirikan kantor administrasi dan mulai menyebarkan propaganda
Hitler. Rumah-rumah yang besar terpaksa menampung tentara-tentara Nazi. Kapten tentara
Wehrmacht Beck meminta ijin tinggal di rumah Vianne. Isabelle langsung tidak
setuju. Namun Vianne tidak mempunyai pilihan demi keselamatan Sophie. Isabelle
tetap menjaga jarak dan waspada dengan keramahan Beck.
Dampak pendudukan tentara Nazi mulai
terasa di Carriveau. Stok bahan makanan diutamakan untuk menyuplai kebutuhan
tentara. Setiap hari semakin sulit mendapatkan bahan makanan sementara stok
makanan di kantor Nazi melimpah ruah. Isabelle bergabung dengan gerakan bawah
tanah. Tentara Nazi tidak mencurigai gadis remaja yang sering mereka goda di
jalan adalah pembawa pesan yang mereka cari-cari. Isabelle paham risiko yang
dihadapi jika ia tertangkap, kamp konsentrasi atau hukuman mati. Isabelle
kembali ke Paris dengan misi lebih besar. Ia mendapat identitas baru, Juliette
Gervaise dengan nama sandi The Nightingale.
Isabelle mengemban tugas yang lebih
berat yaitu menyelamatkan pilot RAF ke daerah Spanyol. Ancaman mati bagi siapa
pun yang membantu atau menyembunyikan musuh. Keberanian Isabelle diapresiasi
konsulat Inggris. Selain harus menghindari patroli tentara nazi, Isabel harus
waspada dengan kolaborator; orang Perancis yang menjadi mata-mata nazi. Mereka
menyeberangi perbatasan Perancis – Spanyol melalui pegunungan Pyreness.
Keberhasilan misi pertama mengikuti penyelamatan-penyelamatan pilot musuh yang
jatuh di daerah Perancis.
Musim dingin memperburuk keadaan
Vianne dan Sophie di Carriveau. Kartu ransum sudah tidak berarti lagi. Tidak
ada bahan makanan, wol, dan kayu bakar. Jerman menjadi lebih represif setelah
Amerika menyatakan keikutsertaannya dalam perang. Polisi Perancis mulai
mengumpulkan orang yahudi untuk dideportasi ke Jerman. Sahabat Vianne, Rachel
adalah orang yahudi kelahiran Polandia yang sudah tinggal belasan tahun dan
menikah dengan orang Perancis. Perpisahan ibu dan anak sungguh memilukan ketika
tentara nazi menangkap mereka. Rachel menitipkan anak laki-lakinya yang masih
balita ke Vianne. Pada akhirnya semua orang yahudi, tua dan muda, kelahiran
luar perancis atau bukan dideportasi ke Jerman.
Situasi Perancis semakin genting. Seluruh
daerah Perancis diduduki Jerman. Tidak ada lagi zona netral. Pasukan SS yang
memakai swastika mulai banyak terlihat di Carriveau. Beck mati tertembak oleh
Isabelle tetapi Vianne turut merasa bersalah. Isabel pun menderita luka tembak
dan dibawa ke rumah persembunyian oleh Gaetan. Kekosongan pemimpin militer
diambil alih komandan Pasukan SS, Von Richter. Ia terkenal kejam dan berbahaya.
Von Richter menyukai Vianne dan langsung menggantikan kehadiran Beck di rumah
Vianne. Vianne menyembunyikan anak-anak yahudi yang terpisah dari orang tuanya,
membuat identitas palsu dan menyerahkan mereka pada suster Agatha. Von Richter
memanfaatkan kelemahan Vianne yang takut berpisah dengan anaknya.
Perang memisahkan keluarga Rosignol
sekaligus mempersatukan mereka. Vianne dan Isabelle mempunyai masa kecil yang
kurang kasih sayang. Ibunya meninggal dunia dan Ayahnya tidak peduli dengan
mereka. Perang telah mengubah ayah mereka menjadi seseorang yang berbeda. Vianne
yang beranjak remaja tidak mencurahkan perhatian untuk Isabelle. Isabelle
merasa tidak dicintai oleh ayah dan kakaknya. Keterlibatan Isabelle dengan
gerakan bawah tanah menguak sikap dingin ayahnya. Ayah Isabelle bekerja untuk nazi
sekaligus merancang strategi gerakan bawah tanah.
Sepak terjang Nightingale meresahkan
tentara nazi. Isabelle diminta untuk berhati-hati karena tentara nazi mengincar
nyawanya. Tentara nazi melakukan penyergapan. Mereka menginterogasi Isabelle.
Di bawah siksaan Isabelle mengaku sebagai Nightingale tetapi tidak didengarkan
nazi. Mereka percaya Nightingale adalah seorang laki-laki.
Men tell stories. Women get on with it. For us it was a
shadow war. There were no parades for us when it was over, no medals or
mentions in history books. We did what we had to during the war, and when it
was over, we picked up the pieces and started our lives over.
Perang menempatkan wanita sebagai
pihak yang lemah. Kontribusi wanita di dalam perang seringkali tidak mendapat
tempat dalam sejarah. Tema utama dari The Nightingale adalah peran wanita Perancis
dalam perang dunia kedua. Wanita dapat melakukan misi sulit sama baiknya dengan
laki-laki seperti yang dilakukan Isabel Rosignol. Wanita bisa melalui perang
dengan ketabahan seperti Vianne. Mereka mempertaruhkan nyawa untuk melindungi
orang lain yang tidak mereka kenal.
Pengalaman pertama membaca tulisan
Kristin Hannah. Saya tertarik membaca The Nightingale karena Best Historical
Fiction dalam Goodreads Choice Award 2015. Sekilas dari judulnya, saya langsung
teringat dengan Florence Nightingale. The Nightingale termasuk buku yang
membuat terjaga hingga dini hari. Gabungan drama, aksi dan kisah cinta yang
bikin penasaran sampai halaman terakhir.
No comments:
Post a Comment
Thank your for leaving comment. :)