Judul : Norwegian Wood
Penulis : Haruki Murakami
Penerjemah : Jay Rubin
Penerbit : The Harvil Press
Tahun Terbit : 2001
Jumlah Halaman : 389
Toru Watanabe tidak bisa mencegah datang
kenangan-kenangannya saat mendengar lagu Norwegian Wood yang dinyanyikan The Beatles. Watanabe teringat dengan Naoko, Tokyo
dan masa-masa mudanya yang belum genap 20 tahun. Naoko adalah pacar dari
sahabatnya Kizuki. Cinta masa kecil yang tumbuh seiring dan selalu bersama-sama.
Watanabe bergabung di tengah-tengah kencan mereka. Kadang Naoko akan mencarikan
teman kencan untuk Watanabe tetapi akhinya formasi bertiga yang bertahan
seterusnya. Di usia 17 tahun, Kizuki bunuh diri dan Watanabe menjadi orang
terakhir yang melihatnya hidup. Watanabe meninggalkan Kobe melanjutkan kuliah
di universitas swasta di Tokyo. Secara tidak sengaja Watanabe kembali bertemu
dengan Naoko. Watanabe dan Naoko sering menghabiskan waktu bersama dengan
berjalan kaki tanpa tujuan.
Watanabe tinggal di asrama khusus pria. Ia tidak
punya banyak teman dan tidak berusaha memperluas pertemanan di perkuliahan. Watanabe
berkenalan dengan Nagasawa ketika sedang membaca The Great Gatsby di ruang
makan. Nagasawa memiliki kebalikan dari sifat dari Watanabe. Nagasawa berasal
dari keluarga kaya, pintar dan mempunyai kharisma yang mudah menggaet
orang-orang menjadi followernya. Nagasawa mampu menggaet wanita mana pun yang
ia sukai walaupun ia sudah memiliki kekasih yang setia, Hatsumi. Watanabe dan
Nagasawa selain cocok berdiskusi sastra juga sering berpetualang dari satu bar
ke bar lainnya di Shinjuku.
Selama beberapa minggu tidak ada kabar dari Naoko, Watanabe
berkenalan dengan gadis bernama Midori. Mereka ternyata sama-sama mengambil
kelas sejarah drama. Midori, tipikal gadis yang blak-blakan mengatakan suka
pada Watanabe. Midori sering tidak muncul di kelas. Topik pembicaraan terkadang
menyinggung seks secara gamblang. Midori membawa Watanabe mengunjungi ayahnya
yang menderita kanker otak stadium akhir.
Surat balasan dari Naoko datang dari utara Kyoto.
Naoko sedang menjalani terapi mental di sanatorium yang letaknya terpencil. Watanabe
mengunjungi Naoko dan berkenalan dengan teman sekamarnya, Reiko Ishida. Naoko
yang tenang dan tidak banyak bicara tidak tampak sedang sakit secara fisik
namun ada saat-saat tertentu emosi Naoko akan meluap-luap. Kondisi psikis Naoko
terguncang semenjak kematian Kizuki. Ia seperti kehilangan pegangan hidup. Reiko
hadir di tengah-tengah Naoko dan Watanabe, menjadi orang ketiga yang
mendengarkan percakapan Watanabe dan Naoko. Reiko akan memetik gitarnya
dan Naoko akan meminta Reiko memainkan
lagu kesukaannya Norwegian Wood.
Balik dari kunjungan ke sanatorium, Watanabe kembali
menjalani hidupnya yang biasa. Rutinitasnya kuliah, asrama dan kerja paruh
waktu di toko musik. Midori menyatakan terus terang menyukai Watanabe.
Korespodensi Watanabe dan Naoko kembali terhenti. Reiko yang akhirnya membalas
surat Watanabe. Dan suatu hari kabar kematian Naoko mengguncang Watanabe. Naoko
bunuh diri.
What I learned from Naoko's death was this: no truth
can cure the sorrow we feel from losing a loved one. No truth, no sincerity, no
strength, no kindness can cure that sorrow. All we can do is see it through to
the end and learn something from it, but what we learn will be no help in
facing the next sorrow that comes to us without warning.
Norwegian Wood bercerita tentang kesendirian, persahabatan,
cinta, dan kehilangan. Auranya cukup
gloomy. Membaca Murakami selalu
meninggalkan kesan yang aneh setelahnya. Bagian yang paling saya sukai dari
Norwegian Wood yaitu bagaimana menghadapi kematian seseorang. Murakami
menggambarkan dengan tepat rasanya berduka. Watanabe mengundang simpati
sekaligus gerutuan sebal jika sudah bergaul dengan Nagasawa. Bagaimana mungkin
jika kamu mencintai seseorang tetapi masih bermain cinta dengan perempuan lain
tanpa perasaan.
No comments:
Post a Comment
Thank your for leaving comment. :)