Pages

Wednesday, April 13, 2016

Half of a Yellow Sun



Judul : Half of a Yellow Sun
Penulis : Chimamanda Ngozi Adichie
Penerjemah : Rifa Iffati Farihah
Penerbit : Hikmah
Tahun Terbit : 2008
Jumlah Halaman : 767



Red was the blood of the siblings massacred in the North, black was for mourning them, green was for the prosperity Biafra would have, and, finally, the half of a yellow sun stood for the glorious future.


Di akhir tahun 1960-an, konflik berdarah antar suku terjadi di Nigeria. Orang-orang Igbo yang sebagian besar berasal dari daerah selatan diburu dan dibantai oleh orang Hausa dan Yoruba. Konflik tersebut dipicu oleh kudeta militer dilancarkan perwira Igbo berhasil menewaskan perdana menteri yang berasal dari utara. Sentimen anti Igbo menjalar hampir di kota-kota bagian utara. Negara Biafra lahir dan menyatakan kemerdekaan dari Nigeria.


Rumah Odignebo dan Olanna begitu hidup dengan suasana intelektual. Keduanya merupakan staf pengajar Universitas Nigeria di Nsukka. Setiap malam rumah mereka menjadi tempat diskusi dan ajang debat bersama rekan akademisi mereka. Mereka berdiskusi tentang bermacam-macam hal, politik, dan budaya. Odignebo mempunyai semangat nasionalisme tinggi yang membuat seorang gadis cantik seperti Olanna meninggalkan kenyamanan yang ia punya. Olanna, gadis berpendidikan dan baru lulus dari universitas di Inggris, berasal dari keluarga pengusaha yang kaya dan dekat dengan pemerintahan. Olanna mempunyai saudari kembar bernama Kainene yang sama sekali tidak mirip dari wajah maupun sifatnya. Kainene mempunyai kekasih orang Inggris bernama Richard. Hubungan Olanna dan Kainene sempat renggang. Odignebo mempunyai seorang pelayan laki-laki bernama Ugwu yang ia sekolahkan. 


Konflik berdarah pertama-tama terjadi di daerah utara, Olanna sedang mengunjungi paman dan bibinya. Mayoritas penduduk di utara adalah Hausa dan Yoruba. Igbo hanya menjadi minoritas tetapi seringkali menguasai ekonomi lokal. Ia melihat dengan mata kepala sendiri paman dan bibinya tewas bersimbah darah. Olanna diselamatkan mantan kekasihnya, Mohammed, yang merupakan orang Hausa. Di perjalanan pulang Olanna menjumpai perempuan yang membawa bagian tubuh anaknya yang sudah mati. Trauma mendalam menyebabkan jiwa Olanna terguncang dan sempat lumpuh beberapa saat. Arus pengungsi Igbo dari wilayah utara mulai datang ke kota mereka. Orang tua Olanna mengungsi ke London. Kainene tetap bertahan dan menangani bisnis di Port Harcout.

Odegnibo membawa Olanna, anaknya Baby dan Ugwu mengungsi. Tentara Nigeria berhasil menduduki Nsukka. Olanna mau tidak mau harus menyesuaikan diri dengan keadaan yang serba terbatas. Olanna dan Odegnibo menikah secara sederhana dan di hari pernikahan mereka terjadi serangan udara yang sengit. Odegnibo mulai bekerja di pemerintahan baru. Olanna mengajar anak-anak dengan imbalan bahan makanan. Ugwu pun ikut menjadi guru untuk anak-anak yang lebih kecil. Perang membuat Odegnibo larut dalam duka dan alkohol. Ibunya yang bersikeras tidak ikut mengungsi dikabarkan meninggal dunia. 


Biafra diblokir Nigeria dari negara luar. Nigeria melancarkan serangan militer melawan tentara Biafra yang mengandalkan Ogbunigwe, ranjau darat. Kelaparan melanda hampir seluruh kamp pengungsian. Bantuan makanan melalui jalan darat dihadang masuk oleh tentara Nigeria. Pesawat bantuan terbang di malam hari agar menghindari tembakan artileri dari tentara Nigeria. Pusat-pusat bantuan membagikan bahan-bahan makanan yang semakin lama semakin sedikit jumlahnya. Anak-anak kecil menderita Kwashiorkor atau gizi buruk. Manusia bisa bertindak buas jika menyangkut masalah perut. Tindakan kekerasan tidak segan-segan dilakukan demi mendapat makanan. 


Ugwu terjaring razia tentara Biafra yang menangkap pemuda dan melatih mereka bertempur. Pemuda yang tertangkap tidak boleh lari jika tidak ingin ditembak. Salah satu tentara yang paling kecil dan berusia sembilan tahun bernama Hi-tech, yang tidak hanya memanggul senjata tapi sudah lihai menegak bir lokal. Ugwu terluka parah di suatu pertempuran. Kabar gugurnya Ugwu diterima Olanna namun ia yakin Ugwu masih hidup. Kesepakatan gencatan senjata menutup cerita perang sipil antara Nigeria dan Biafra. Ugwu kembali berkumpul dengan keluarga Odegnibo setelah identitasnya diketahui rumah sakit. Ugwu yang tadinya pelayan mendapat pengakuan karena ia turut bertempur di lini depan. Ugwu mulai menulis di kertas yang bisa ia manfaatkan. Tulisannya diberi judul Dunia Bungkam Ketika Kami Mati. Olanna kembali ke rumah mereka yang sudah tidak berbentuk dan terbengkalai. Ia kehilangan saudari kembarnya, Kainene yang tidak kembali setelah ia pergi berdagang ke daerah perbatasan.


Kisah Half of a Yellow Sun diangkat dari perang Biafra – Nigeria di akhir tahun 1960-an. Penulis Chimamanda Ngozi Adichie menulis dari sudut pandang orang Igbo sebagai korban perang. Akar masalahnya tidak hanya soal kesukuan. Faktor kecemburuan ekonomi, stigma negatif tentang orang Igbo dan agama turut mengobarkan perang semakin menjadi. Beberapa tokoh di cerita diambil dari orang-orang yang berperan nyata di perang Biafra. Perang menghabiskan sisi kemanusiaan yang dimiliki manusia. Pembantaian keji dilakukan terang-terangan. Perempuan menanggung beban traumatis dari kejahatan seksual yang tidak hanya dilakukan dari pihak musuh bahkan dari orang-orang Igbo sendiri. Banyak karakter tokoh yang menarik perhatian saya; Odegnibo yang memiliki idealisme tinggi bahwa orang afrika mempunyai kedudukan sama dengan orang kulit putih, Olanna yang cantik dan baik hati, Ugwu yang polos dan masih mempercayai mistis, Kainene yang blak-blakan, ketus dan tangguh, dan Richard sebagai satu-satunya tokoh kulit putih. Walaupun cerita perang yang tragis tetapi pembaca masih bisa menemukan sedikit tawa dari kepolosan Ugwu.


Awalnya saya penasaran dengan Chimamanda Ngozi Adichie karena tertarik Americanah. Saya baru ngeh jika Half of a Yellow Sun sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia cukup lama. Sejauh ini saya menyukai tulisan Chimamanda yang menghangatkan hati. Chimamanda lahir di Enugu, Nigeria dari keluarga Igbo. Keluarganya turut menjadi korban perang Biafra. Orang tuanya kehilangan harta yang mereka miliki. Kedua kakeknya tidak selamat dari perang. Mereka dikuburkan di kuburan masal pengungsian yang tidak bernisan. Sebagai generasi yang lahir setelah perang, Chimamanda hanya mendapat cerita samar-samar dari keluarganya. Dari pelajaran yang ia dapatkan di sekolah, perang Biafra masih misteri. Chimamanda merasa dihantui sejarah sehingga ia melakukan riset dan menulis Half of a Yellow Sun, menulis untuk menolak lupa.


No comments:

Post a Comment

Thank your for leaving comment. :)