Pages

Wednesday, February 4, 2015

Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas




Judul : Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

Penulis : Eka Kurniawan

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : 2014

Di masa remaja, Ajo Kawir dan Tokek menyaksikan dua orang polisi memperkosa perempuan gila. Ajo Kawir ketahuan dan ditangkap. Peristiwa ini menimbulkan efek traumatis di sepanjang hidupnya, terutama berkaitan dengan kelelakiannya. Begitulah awal tentang kisah burung yang tidak bisa berdiri. Segala cara ia lakukan dari yang paling konyol hingga paling ekstrim demi menyelamatkan masa depannya. Si burung masih tetap tertidur pulas, tidak terganggu dengan keinginan tuannya untuk membuatnya hidup. 

Tokek sudah lebih dari teman main. Ia merasa bersalah dengan kejadian di rumah perempuan gila. Ajo Kawir mulai tinggal dengan keluarga Tokek. Iwan Angsa pernah membawanya ke rumah pelacur. Tidak ada gunanya. Ajo Kawir tak terselamatkan. 

Ajo Kawir mulai suka mencari gara-gara, berkelahi hanya karena ingin berkelahi. Ia membantu di toko kelontong Wa Sami, ibu Si Tokek. Suatu hari ia mendengar cerita pengusaha tambak yang semena-mena terhadap janda muda. Tak ada berani menentang Pak Lebe, nama hidung belang tua bangka itu. Ajo Kawir menghampiri tempat menyendiri Pak Lebe. Tak disangka, Pak Lebe mempunyai pengawal. Gadis muda seumuran dirinya yang pandai bersilat, Iteung. Ajo Kawir tak sampai membunuh Pak Lebe, cukup menghajar dan memotong telinga kanannya. Gadis pengawal itu, Iteung, telah membuatnya jatuh cinta.

Paman Gembul menawarkan uang yang menggiurkan jika Ajo Kawir berhasil membunuh Si Macan. Daripada berkelahi sia-sia hanya mendapat luka dan babak belur lebih baik ada imbalannya. Ajo Kawir menantang si Macan, mendatangi desa preman yang terkenal kejam tersebut. Ajo Kawir tak takut menghadapi Macan. Setidaknya begitu lah ia merasakan keberaniannya sebelum bertemu Iteung. Dengan ada kekasih, ia mulai takut bagaimana jika ia kalah dan mati terbunuh ?
Pertarungan dengan si Macan bisa dikesampingkan dahulu. Si Macan belum ketahuan rimbanya dimana. Ajo Kawir sedang menikmati masa indahnya cinta dengan Iteung. Ia sekaligus cemas tidak bisa membahagiakan Iteung. Namun kekasihnya menerima Ajo Kawir dengan apa adanya sembari berharap ada keajaiban pada kekasihnya. Setelah menikah, Iteung hamil. Yang tentu saja membuat murka Ajo Kawir. Ajo Kawir sukses membunuh si Macan yang muncul pas dengan momen kemarahan Ajo Kawir marah dengan pengkhianatan istrinya. 

Ajo Kawir masuk penjara dan selepas masa tahanannya, ia menjadi sopir truck. Ia sudah belajar menerima takdir sunyi kejantanannya. Sampai ia bertemu dengan Jelita, perempuan yang tidak seperti namanya, jelek. Setelah keneknya Mono Ompong terkapar di rumah sakit, Ajo Kawir hanya berdua dengan Jelita. Sesuatu dalam diri Jelita telah membangkitkan apa yang ditunggu-tunggu Ajo Kawir setelah trauma yang ia dapat dari masa remajanya.

Dua kali saya meletakkan buku ini sebelum akhirnya saya benar-benar membacanya dalam rangka GRI Readhaton 2015. Di halaman pertama saja sudah cukup membuat saya terhenyak. Kata-kata yang biasanya ada di sumpah serapah jalanan bertebaran di buku ini. Terbersit rasa jengah memang tapi saya pikir wajar bagaimana pun ini kan ceritanya tentang burung. Sinopsis yang membimbing saya memahami maksud ceritanya. Di tengah kehidupan keras dan brutal, si burung tidur merupakan alegori tentang kehidupan yang tenang dan damai, meskipun semua orang berusaha membangunkannya. Taruh lah penjelasan tersebut tidak ada di sinopsis, apakah maksud ceritanya tetap terasa seperti kalimat tersebut ? Kalau buat saya sih tidak sampai kesitu.

Eka Kurniawan mampu menciptakan cerita yang sulit dilupakan. Kesan Sebelumnya saya sudah membaca dua karya Eka Kurniawan, Corat-coret di Toilet dan Lelaki Harimau. yang ditinggalkan setelah menutup buku Lelaki Harimau itu kuat. Dan untuk Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas juga meninggalkan kesan yang tidak biasa namun saya tidak terlalu menyenanginya.Walaupun tidak suka dengan cerita Ajo Kawir yang ini, saya masih penasaran kok dengan karya Eka Kurniawan lainnya.

No comments:

Post a Comment

Thank your for leaving comment. :)