Pages

Monday, December 29, 2014

Arok Dedes


Judul : Arok Dedes
Penulis : Pramoedya Ananta Toer
Penerbit : Lentera Dipantara
Tahun Terbit : 2009


Kisah ini dimulai saat Tunggul Ametung menikahi Dedes di Tumapel.  Dedes perawan cantik jelita, anak dari Mpu Parwa.  Dedes diculik dari rumah saat ayahnya sedang berpergian. Dedes tidak kuasa menolak pernikahannya dengan Tunggul Ametung yang usianya tiga kali lipat darinya. Dedes tidak bahagia sama sekali. "Ayah, sekarang ini  sahaya kalah menyerah. Dengarkan sumpah sahaya, sahaya akan keluar sebagai pemenang pada akhir kelaknya."

Pernikahan paksa tersebut secara tidak langsung menghina kaum brahma. Di mata Dedes yang mendapat pengajaran dari ayahnya, Tunggul Ametung adalah penjahat. Ia merampas, merusak dan membunuh dari orang-orang yang tidak berdosa terutama penganut Syiwa. Dedes menyembah dewa Syiwa. Tunggul Ametung tidak percaya pada dewa-dewa sekalipun sebagian besar rakyat Tumampel menyembah Wisnu. 

Ketika Tunggul Ametung menghadap Sri Kertajaya di Kediri, kekuasaan perkuwuan berada di tangannya. Perintahnya dituruti semua orang. Ken Dedes mulai merasakan nikmatnya mempunyai kuasa. Ken Dedes menunjukkan kepemimpinannya saat gunung Kelud meletus. Ia dijuluki Dewi Kebijaksanaan. Rakyat mencintai Ken Dedes tapi takut kepada suaminya, Tunggul Ametung.
Seorang anak yang tidak diketahui asal usulnya mulanya dipungut oleh petani. Ia anak cerdas, lincah, kuat dan pemberani. Nasib mengantarkannya untuk belajar pada Mahaguru Syiwa, Dang Hyang Lohgawe. Arok menguasai sansekerta tanpa cela. Anak tersebut dipanggil Arok, garuda harapan kaum brahmana. Di samping itu, Arok mempunyai teman-teman yang terpercaya mendukungnya.
Pemberontakan mulai muncul dari biarawan - biarawati Syiwa. Kekuasaan Tunggul Ametung terancam. Jika ia tidak mampu memadamkannya, Kediri sudah menyiapkan skenario mengganti Tunggul Ametung. Kebutuhan prajurit meningkat.Orang-orang yang menolak jadi prajurit Tumapel bergabung dengan Arok. Kelompok Arok membesar. Arok mengincar sumber utama penghasilan Tunggul Ametung. Yaitu pendulangan emas Kali Kanta yang sangat rahasia dan tidak pernah disetorkan ke Kediri. Pendulangan tersebut dijaga Jajaro, pasukan rahasia yang akan membunuh siapa saja yang masuk tanpa ijin.

Tunggul Ametung meminta bantuan Dang Hyang Lohgawe untuk memadamkan pemberontakan. Dang Hyang Lohgawe mengusulkan Arok. Dalam persidangan kaum Brahmana Syiwa yang sudah dua ratus tahun terpinggirkan telah sepakat mendukung Arok menjatuhkan Tunggul Ametung dan Kediri. Dalam waktu singkat, Dedes jatuh cinta pada Arok. Ia mengagumi Arok yang cerdas.
Pasukan Tunggul Ametung mempunyai beberapa tingkatan, prajurit, tamtama, perwira dan Kidang. Kidang, tingkatan yang paling tinggi, hanya diperuntukkan untuk anak kerabat Sang Akuwu, Tunggul Ametung. Salah satu tamtama, Kebo Ijo, mencurigai kemenangan Arok menumpas pemberontakan. Kemenangan cepat dan utuh dengan hampir tidak ada korban di pasukannya. Kekuatan Arok bertambah tanpa disadari oleh Tunggul Ametung.

Kisah penggulingan Tunggul Ametung di tangan Arok Dedes merupakan kudeta pertama yang tumpah di tanah Jawa. Di tangan Pramoedya, tokoh-tokoh yang kita kenal dari pelajaran Sejarah tidak sekadar nama, tanggal dan peristiwa. Kisah ini luar biasa. Tunggul Ametung digambarkan penguasa lalim. Dedes yang seperti bidadari berjalan di atas bumi. Arok yang tidak hanya berani tapi juga cerdas. Selain serangan dari luar, Tunggul Ametung dilemahkan dari dalam. Orang-orang tergiur menduduki singasana Sang Akuwu. Kebo Ijo, Empu Gandring, Yang Suci Bengkakala mempunyai maksud tersendiri.Intrik politik dan tipu muslihat saling menjatuhkan. Arok mencapai tampuk kekuasaan tanpa membuat tangannya kotor. 

Peran Dedes tidak sekadar pemanis yang meruntuhkan hati laki-laki yang memandangnya. Ia mempunyai kecerdasan yang tidak dimiliki suaminya Tunggul Ametung. Dedes bersekutu menyerahkan suaminya. Di satu titik, naluri keibuannya yang sedang mengandung anak Tunggul Ametung muncul tapi tidak menghalangi rencana awalnya. 

Melihat tebal novelnya membuat saya berprasangka akan membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikannya. Namun saat mulai membaca saya terseret ke masa ratusan tahun lalu sambil mengingat-ingat pelajaran Sejarah. Jika membaca judulnya jangan berharap ini kisah cinta-cintaan Ken Arok dan Ken Dedes. Porsi romancenya cukup, tidak berlebihan. Dan setelah menutup bukunya, saya dilingkupi book hangover karena saking keren ceritanya.


No comments:

Post a Comment

Thank your for leaving comment. :)