Judul : In the Time of the Butterflies
Penulis : Julia Alvarez
Penerjemah : Istiani Prajoko
Penerbit : Serambi Ilmu Semesta
Tahun Terbit : 2012
Dominika diperintah oleh Rafael
Leonidas Trujillo, diktator yang sempurna tiada cela, tak pernah salah dan
diagungkan layaknya Tuhan. Trujillo melenggang ke tampuk kekuasaan setelah
melakukan kudeta militer yang licik. Yang berani menentangnya akan hilang tanpa
jejak. Kekejaman Trujillo sama terkenal dengan reputasinya menyenangi perempuan
cantik. Gerakan bawah tanah untuk melawan pemerintahan dimulai dari perguruan
tinggi. Kemenangan Fidel Castro dan Che Guevara di Kuba menginspirasi mereka
untuk bergerak.
Don Enrique seperti warga Dominika
lainnya yang patuh, mengikuti apa yang pemerintah perintahkan. Demi kelancaran
bisnis dan kenyamanan keluarganya ia tidak berani macam-macam. Don Enrique
Mirabal mempunyai empat anak perempuan yang cantik yang bernama Patria,
Minerva, Dede dan Maria Teresa. Tiga pertama memiliki jarak usia yang
berdekatan. Maria lahir sembilan tahun dari anak ketiga. Anak-anak perempuannya
dikirimkan bersekolah ke biara Inmaculada Concepcion. Selepas lulus, hanya
Minerva dan Maria Teresa yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Sekalinya Don Enrique bermasalah
dengan El Jefe, sebutan Trujillo karena anaknya Minerva. Minerva tidak bisa
menahan tangannya untuk tidak menampar muka mesum El Jefe. Kebencian Minerva
sudah tumbuh dari sekolah. Ia mendengar semua laki-laki di keluarga temannya
dihabisi dan Trujillo mengambil teman seangkatannya untuk dijadikan gundik. Ia
pun jatuh cinta dengan pemuda yang sedang dicari-cari pemerintah. Don Enrique
ditangkap dan dipenjara di ibukota. Minerva menolak jalan tengah menjadi
perempuan simpanan El Jefe. Ayah mereka akhirnya dibebaskan tapi kondisi
kesehatan dan mentalnya drop. Kehidupan berlanjut. Putri-putri Mirabal menikah
dan melahirkan anak.
Patria yang saleh beribadah
tadinya tidak mau ikut campur dengan pergerakan Minerva dan dua adik iparnya.
Ia menyediakan ladangnya untuk tempat pertemuan aktivis bawah tanah. Jiwa
Patria terguncang ketika sedang mengikuti retret di pegunungan. Terjadi
penyerbuan oleh Guardia yang membabi buta. Ia melihat seorang anak laki-laki
yang sepantaran dengan anaknya, tewas di depan matanya. Kembali ke kota tempat
tinggalnya, Padre de Jesus menyerukan, “Amin kepada revolusi”. Tidak mungkin
menunggu bantuan dari luar, mereka sendiri yang harus berjuang. Masing-masing
mereka memiliki nama samaran, Mirabal bersaudari dipanggil dengan sebutan
Mariposa yang artinya kupu-kupu. Hanya Dede belum bergabung karena suaminya
melarang ia mengikuti Minerva.
Rencana aksi revolusi terbongkar
lebih cepat, aktifis ditangkap Le Feje. Pertama para suami dan anak laki-laki
Patria yang ditangkap lalu Minerva dan Maria Teresa menyusul kemudian.
Anak-anak mereka diasuh sementara oleh Patria dan Mama. Gereja memilih berjuang
dengan rakyat. Pemerintah mulai meluncurkan serangan-serangan ke Gereja seperti
percobaan pembunuhan uskup agung, invasi pelacur saat sedang misa, peletakan
kotoran manusia di ruang pengakuan dosa. Di dalam penjara, Minerva tetap
mengobarkan semangat anti pemerintahan walau hal tersebut harus dibayarnya
dengan sel pengucilan. Setelah 7 bulan, Minerva dan Maria Teresa dikeluarkan
dari penjara dan dikenakan tahanan rumah. Rumah mereka pun dijaga ketat oleh
polisi rahasia.
Berhasil kah mereka melawan rezim
penguasa Trujillo ?
In the Time of Butterflies adalah
sebuah kisah yang powerful perlawanan rakyat terhadap rezim otoriter yang
kejam. Jika melirik dari sampul terjemahan bahasa Indonesianya, saya mengira novel
ini cerita detektif atau thriller. Dominika mungkin negara yang jauh dari
Indonesia. Satu hal yang saya tangkap bahwa kekuasaan yang tanpa batas
menghasilkan efek yang sama di mana pun.
No comments:
Post a Comment
Thank your for leaving comment. :)