Pages

Friday, December 12, 2014

In The Time of The Butterflies




Judul : In the Time of the Butterflies

Penulis : Julia Alvarez 

Penerjemah : Istiani Prajoko

Penerbit : Serambi Ilmu Semesta

Tahun Terbit : 2012


Dominika diperintah oleh Rafael Leonidas Trujillo, diktator yang sempurna tiada cela, tak pernah salah dan diagungkan layaknya Tuhan. Trujillo melenggang ke tampuk kekuasaan setelah melakukan kudeta militer yang licik. Yang berani menentangnya akan hilang tanpa jejak. Kekejaman Trujillo sama terkenal dengan reputasinya menyenangi perempuan cantik. Gerakan bawah tanah untuk melawan pemerintahan dimulai dari perguruan tinggi. Kemenangan Fidel Castro dan Che Guevara di Kuba menginspirasi mereka untuk bergerak.

Don Enrique seperti warga Dominika lainnya yang patuh, mengikuti apa yang pemerintah perintahkan. Demi kelancaran bisnis dan kenyamanan keluarganya ia tidak berani macam-macam. Don Enrique Mirabal mempunyai empat anak perempuan yang cantik yang bernama Patria, Minerva, Dede dan Maria Teresa. Tiga pertama memiliki jarak usia yang berdekatan. Maria lahir sembilan tahun dari anak ketiga. Anak-anak perempuannya dikirimkan bersekolah ke biara Inmaculada Concepcion. Selepas lulus, hanya Minerva dan Maria Teresa yang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. 

Sekalinya Don Enrique bermasalah dengan El Jefe, sebutan Trujillo karena anaknya Minerva. Minerva tidak bisa menahan tangannya untuk tidak menampar muka mesum El Jefe. Kebencian Minerva sudah tumbuh dari sekolah. Ia mendengar semua laki-laki di keluarga temannya dihabisi dan Trujillo mengambil teman seangkatannya untuk dijadikan gundik. Ia pun jatuh cinta dengan pemuda yang sedang dicari-cari pemerintah. Don Enrique ditangkap dan dipenjara di ibukota. Minerva menolak jalan tengah menjadi perempuan simpanan El Jefe. Ayah mereka akhirnya dibebaskan tapi kondisi kesehatan dan mentalnya drop. Kehidupan berlanjut. Putri-putri Mirabal menikah dan melahirkan anak.

Patria yang saleh  beribadah tadinya tidak mau ikut campur dengan pergerakan Minerva dan dua adik iparnya. Ia menyediakan ladangnya untuk tempat pertemuan aktivis bawah tanah. Jiwa Patria terguncang ketika sedang mengikuti retret di pegunungan. Terjadi penyerbuan oleh Guardia yang membabi buta. Ia melihat seorang anak laki-laki yang sepantaran dengan anaknya, tewas di depan matanya. Kembali ke kota tempat tinggalnya, Padre de Jesus menyerukan, “Amin kepada revolusi”. Tidak mungkin menunggu bantuan dari luar, mereka sendiri yang harus berjuang. Masing-masing mereka memiliki nama samaran, Mirabal bersaudari dipanggil dengan sebutan Mariposa yang artinya kupu-kupu. Hanya Dede belum bergabung karena suaminya melarang ia mengikuti Minerva. 

Rencana aksi revolusi terbongkar lebih cepat, aktifis ditangkap Le Feje. Pertama para suami dan anak laki-laki Patria yang ditangkap lalu Minerva dan Maria Teresa menyusul kemudian. Anak-anak mereka diasuh sementara oleh Patria dan Mama. Gereja memilih berjuang dengan rakyat. Pemerintah mulai meluncurkan serangan-serangan ke Gereja seperti percobaan pembunuhan uskup agung, invasi pelacur saat sedang misa, peletakan kotoran manusia di ruang pengakuan dosa. Di dalam penjara, Minerva tetap mengobarkan semangat anti pemerintahan walau hal tersebut harus dibayarnya dengan sel pengucilan. Setelah 7 bulan, Minerva dan Maria Teresa dikeluarkan dari penjara dan dikenakan tahanan rumah. Rumah mereka pun dijaga ketat oleh polisi rahasia. 

Berhasil kah mereka melawan rezim penguasa Trujillo ?

In the Time of Butterflies adalah sebuah kisah yang powerful perlawanan rakyat terhadap rezim otoriter yang kejam. Jika melirik dari sampul terjemahan bahasa Indonesianya, saya mengira novel ini cerita detektif atau thriller. Dominika mungkin negara yang jauh dari Indonesia. Satu hal yang saya tangkap bahwa kekuasaan yang tanpa batas menghasilkan efek yang sama di mana pun.


No comments:

Post a Comment

Thank your for leaving comment. :)