Pages

Friday, January 18, 2013

Rumah Kaca

Rumah Kaca (Tetralogi Buru, #4)Rumah Kaca by Pramoedya Ananta Toer

My rating: 5 of 5 stars



Deposuit Potentes de Sede et Exaltavat Humiles, Dia Rendahkan Mereka yang Berkuasa dan Naikkan Mereka yang Terhina.




Pangemanann,seorang komisaris polisi, mendapat tugas mengawasi pribumi terpelajar. Gubermen Hindia Belanda cemas kebangkitan nasionalisme akan terjangkit pada kaum terpelajar pribumi. Untuk itulah setiap tulisan di surat kabar dianalisa dan diawasi. Minke menempati daftar pertama dalam pengawasan. Sepak terjang harian Medan Prijaji dan organisasi yang dipimpinnya Syarikat Dagang Islam (S.D.I) mengusik ketenangan Gubermen. Minke dibuang ke Ambon. Segala harta kekayaannya dibekukan tanpa lewat pengadilan.

Pengasingan Minke ke Maluku tidak membuat S.D.I mati malah organisasi tersebut mengalami peningkatan jumlah anggota. Hadji Samadi menggantikan Minke dan mengganti nama 'Sarekat Dagang Islam' menjadi 'Syarikat Islam'. Namun Hadji Samadi tidak cukup kuat menghadapi tekanan gubermen. Akhirnya ia menyerahkan pimpinan kepada orang baru yang bernama Mas Tjokro. Pusat organisasi berpindah dari Sala ke Surabaya.

Pangemann dipromosikan dari komisaris polisi ke staf ahli Algemeene Secretarie di Buitenzorg. Pekerjaan Pangemann tak lain mengawasi ketat pribumi secara khusus demi keselamatan dan kenyamanan hidup Gubermen. Semua pribumi yang mengusik kenyamanan Gubermen akan ditempatkan dalam pengamatan Pangemann yang ia namakan 'Rumah Kaca'.

Walaupun Pangemanann berada di pihak gubermen,ia tidak menutupi kekagumannya terhadap Minke. Kadang Pangemanann terjebak dalam pergulatan batinnya sendiri. Orang yang berpendidikan eropa ini merasakan dilema dalam menjalankan tugasnya. Peradaban eropa yang disanjung tinggi nilai-nilai sosialnya hanya berlaku di tempat asalnya."Intelektual bangkrut! Percuma aku belajar selama ini. Korupsi kolonial telah mengkorup diriku,jiwaku. Ya, Tuhan. Aku bukan lagi seorang pemain catur. Aku seorang budak yang patut dikutuk"

Ada beberapa nama yang masuk ke dalam 'rumah kaca' Pangemann setelah Minke dibuang ke Maluku. Seperti 'anak didik' Minke, Marco dan seorang gadis bernama Siti Soendari. Tulisan Siti Soendari di surat menunjukkan ketidaksukaan pada kolonial. Ikon Gadis Jepara digantikan oleh Siti Soendari. Cara yang berhasil untuk menghentikan Gadis Jepara akan dicoba untuk mengendalikan Siti Soendari yaitu dengan menghantarkan si gadis ke atas pelaminan melalui tekanan gubermen ke orang tua bersangkutan.

Setelah menjalani pengasingan di Ambon selama 5 tahun, Raden Mas Minke kembali ke jawa. Ia dijemput oleh Pangemanann. Minke disuruh menandatangani surat pernyataan untuk tidak mencampuri politik dan organisasi. Namun Minke menolak dan pergi menyusuri tempat-tempat yang dikenalnya di betawi. Sayangnya ia telah dilupakan oleh pengikutnya sendiri.

Rumah Kaca adalah buku terakhir dari tetralogi pulau buru. Rumah kaca diceritakan melalui sudut pandang Jacques Pangemanann. Bagaimana cikal bakal dari nasionalisme pribumi terbentuk. Bagaimana cara Algemeene Secretarie melalui Jacques Pangemananann membungkam pergerakan Minke, si pitung modern. Selama di pengasingan Minke tetap menulis. Semua tulisan-tulisannya sampai pada tangan Pangemanann. Secara diam-diam Pangemanann mempelajari tulisan minke di rumahnya. Buku-buku tulis catatan Minke ini diberi judul; Bumi manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak langkah.

Tetralogi pulau Buru merupakan roman sejarah yang menggambarkan awal pergerakan nasional Indonesia. Keempat buku ini ditulis sewaktu Pram ditahan di pulau Buru oleh pemerintahan Orde Baru. Tokoh Minke berdasarkan riwayat dari Raden Mas Tirto Adhi Soerjo,seorang Bapak Pers Indonesia yang mendirikan surat kabar Medan Priyayi di Bandung. Namun Pram tidak hanya menulis tentang sosok Minke saja, ia juga menyoroti wajah kolonial Hindia Belanda yang mengaku berasal dari bangsa yang beradab. Pram juga menyinggung 'kolonial' pribumi yang ikut mempertahankan kelanggengan kekuasaan penjajah. Tak heran jika tetralogi pulau Buru ini disebut-sebut karya masterpiece dari Pramoedya Ananta Toer.

2 comments:

  1. buku ini juga udah aku baca thn lalu, buat sastra indonesia reading challenge 2012, tp blm aku masukkan reviewnya hehe.
    aku paling suka buku ke-4 ini dari buku2 di tetralogi buru. konflik batinnya si pangemanann bagus banget penggambarannya. pram juga keliatan 'lebih marah' di sini, baik thd kebusukan kolonial maupun kebodohan bangsa sendiri. baca buku ini sedikit mengingatkanku pada buku 'crime and punishment'-nya fyodor dostoyevski, dgn konflik moral yg dialami si tokoh. bedanya di crime and punishment, si tokoh jelas tertekan dgn rasa bersalah yg menyiksa, di rumah kaca, si tokoh masih melihat pembenaran dan kesalahan dari kedua sisi.

    aku heran, kok buku berisi spt ini (sempat) dilarang dibaca ya??

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ayo mbak Made bikin reviewnya,hehehe.

      Betul, Pangemann dan tokoh di crime & punishment sama-sama memiliki konflik batin yang menekan dirinya.

      Aku kurang yakin kalau pihak yang melarang membaca isi buku ini. Tetralogi Bumi Manusia ini diterbitkan setelah Pram keluar dari penjara orde baru. Nama Pram masih dikaitkan dengan masa lalunya yang dekat dengan partai komunis. Sementara di jaman orba,orang Indonesia masih 'parno' dengan kata 'komunis'. Semua karya-karya dari pram dilarang beredar tanpa kecuali.

      Delete

Thank your for leaving comment. :)