Pages

Monday, January 23, 2017

Please Look After Mom


12066325


Judul buku : Please Look After Mom
Penulis : Kyung-Sook Shin
Penerbit : Vintage Books
Tahun Terbit : 2012
Jumlah Halaman : 274


Ibu hilang. Ia terpisah dari ayah di stasiun Seoul. Ibu dan ayah datang berkunjung dari kampung halaman.  Ayah baru menyadari Ibu tidak berada di belakangnya setelah pintu kereta subway tertutup. Ibu sudah tidak ada di stasiun saat ayah kembali menjemputnya. Jejaknya lenyap tak berbekas. Ibu tidak pernah bepergian sendiri di Seoul, biasanya salah satu anak selalu menjemputnya. Keluarga mencetak selebaran memakai foto lama ibu dengan imbalan hadiah sebesar lima juta won. Hilangnya ibu membangkitkan kenangan-kenangan yang tidak diduga akan diingat kembali oleh suami dan anak-anaknya. Pencarian ibu sebagian besar dilakukan oleh Chi-hon dan Hyong-chol. 

Chi-hon adalah anak ketiga yang berprofesi sebagai penulis. Waktu kejadian ibu hilang di stasiun, ia sedang dalam tur promosi buku di Beijing. Beberapa tahun belakangan ini, Chi-hon mengetahui ibu tidak sesehat yang ia katakan di telepon pada Hyong-chol. Saat mendadak berkunjung , Chi-Hon mendapati rumah berantakan dan ibunya tergolek sakit. Ibu tampak seperti kehilangan orientasi waktu dan tempat, mengeluhkan sakit kepala terus-menerus tetapi menolak dibawa ke dokter. Semasa remaja, Chi-hon menyaksikan bagaimana ibu sangat kehilangan anak-anak laki-lakinya terutama Hyong-chol meninggalkan rumah. Ibu sehari-hari bekerja keras di ladang. Ia tidak bisa membaca dan menulis. Chi-hon yang bertugas membacakan dan membalas surat-surat Hyong-chol dari Seoul.

Hyong-chol, anak laki-laki pertama sekaligus anak emas Ibu selalu menjadi juara kelas di sekolah. Sebagai anak sulung, Hyong-chol diharapkan menjadi teladan buat adik-adiknya. Kedekatan emosional Hyong-chol dengan Ibu juga berasal dari keberhasilan mereka melalui masa-masa sulit saat Ayah mempunyai wanita lain dan meninggalkan rumah. Ibu menyuruh Hyong-chol belajar sungguh-sungguh. Cita-cita Hyong-chol menjadi jaksa didukung sepenuhnya oleh ibu. Bahkan suasana rumah pun dikondisikan tidak mengusik ketenangan belajar Hyong-chol. Ia tidak membebankan pekerjaan ladang dan rumah buat Hyong-chol, yang dipandang iri oleh adik-adiknya.

Sebagai menebus kegagalannya gagal masuk perguruan tinggi, Hyong-chol mengikuti ujian pelayanan publik, yang berhasil lulus dan ditempatkan di Seoul. Ibu kecewa dan merasa bersalah karena ia tidak punya cukup uang untuk membayar kuliah Hyong-chol. Hyong-chol bekerja keras dan mengambil kuliah hukum kelas malam. Ketika Hyong chol menginjak usia 24 tahun, Ibu membawa Chi-hon ke Seoul dan meninggalkan adiknya agar ia mendapat pendidikan yang lebih tinggi, kemudian disusul lagi oleh datangnya adik laki-laki mereka. Mereka bertiga tinggal berdesak-desakan di kontrakan sempit. 

Sosok ayah memang timbul tenggelam di kehidupan mereka. Ayah mereka suka bepergian, kadang untuk waktu yang lama. Ibu membesarkan anak-anaknya dengan keteguhan hati seorang ibu. Kemiskinan telah mendominasi hidup ibu dari kecil. Walaupun ibu tidak berpendidikan, ia menghargai tinggi pendidikan untuk anak-anaknya agar tidak bernasib sama dengan ibu mereka. Sekarang seluruh anak ibu sudah mapan dengan pekerjaan dan memiliki rumah yang layak di Seoul.

Kehidupan terus berjalan sementara hari-hari ibu telah menghilang masuk hitungan bulan. Pencarian polisi tidak membuahkan hasil. Iklan di koran pun tidak membantu. Dari sekian informasi yang masuk dan tidak akurat, beberapa informasi mengarahkan Chi-hon dan Hyong-chol ke daerah yang pernah mereka tinggali di masa awal tinggal di Seoul. Energi mereka sudah terkuras. Rasanya sesal tidak menjemput ibu dan ayah di stasiun menguasai Hyong-chol. Mereka tidak bisa menghindari refleksi atas pengorbanan yang telah dilakukan ibunya di sepanjang hidup mereka. Pikiran mereka masih bertanya-tanya dimana ibu dan bagaimana kondisinya. 

Sudah seperti hukum alam bahwa manusia baru menyadari makna seseorang setelah mereka pergi. Momen yang dianggap biasa saja akan menjadi begitu bernilai setelah kita jauh berjalan dan melihat ke belakang dengan perspektif berbeda. Sebagai orang timur, pembaca Indonesia tidak akan asing dengan nilai-nilai kekeluargaan yang diterapkan Ibu. Please Look After Mom adalah Kisah keluarga yang mengharukan yang tidak membuat menangis sesugukan tetapi perasaan nelangsa yang akan tetap tinggal di hati dan muncul ke permukaan tanpa diduga-duga. Di beberapa bagian cerita saya mudah terkoneksi dengan Hyong-chol seperti bagaimana anak sulung harus bersikap dan tanggung jawabnya sebagai pengganti ayah dan ibu buat adik-adiknya. Ah I feel you, Hyong-chol! Buku ini sudah lama berada di timbunan saya tapi tidak menyesal kenapa tidak membaca dari dulu-dulu. Momen dan mood yang tepat terkadang memberikan pengalaman baca yang optimal.


No comments:

Post a Comment

Thank your for leaving comment. :)