Sabai Nan Aluih by Tulis Sutan Sati
My rating: 5 of 5 stars
Alkisah hidup Radja Berbanding di negeri Padang-Tarap. Ia mempunyai dua anak, Sabai nan Aluih dan Mangkutak Alam. Sabai nan Aluih terkenal anak gadis yang cantik dan elok laku. Kemashuran kecantikannya terdengar hingga tiga luhak Lima Puluh.
Di dalam luhak Lima Puluh,Situdjuh Bandar Dalam - di Piabang Sungai Beringin duduklah radja yang bergelar Radja nan Pandjang. Suatu hari Radja nan Pandjang melihat Sabai nan Aluih. Jatuh hatinya seketika. Iman didada sudah bergoyang. Tegak resah duduk pun resah. Hati nan tidak senang diam. Si Sabai rasa tampak jua. Air diminum rasa duri. Nasi dimakan rasa sekam. Hawa nafsu tidak tertahan. Sabai dimata tidak hilang. Radja nan Pandjang menyuruh utusan ke Padang-Tarap dengan membawa sirih dengan pinang, kapur dengan gambir. Ia bermaksud meminang Sabai nan Aluih.
Mangkutak Alam adalah anak kesayangan Radja Berbanding. Ia bersutan dimatanya,ia beradja dihatinya (artinya manja). Permintaan dan kehendaknya harus diturutkan. Jika ada makanan Mangkutak yang dapat dahulu,Sabai nan Aluih mendapat sisa-sisanya. Walaupun Radja Berbanding pilih kasih dengan anak-anaknya, Sabai nan Aluih tidak berkecil hati.
Radja Berbanding menolak permintaan Radja nan Pandjang. Radja Berbanding tidak rela anaknya Sabai nan Aluih menjadi istri dari orang tua seperti Radja nan Pandjang. Radja nan Pandjang marah pinangannya ditolak, Ia mengajak Radja Berbanding untuk bertanding di hari sabtu.
Sabai bermimpi buruk. Lumbung padi rasa terbakar habis dimakan api. Bulu kuduk meremang setelah Sabai bangun dari tidurnya. Mimpi Sabai serasa pertanda buruk dan mencemaskan pikirannya. Pertemuan Radja Berbanding dengan Radja nan Pandjang tidak diberitahukan kepada Sabai tapi Radja Berbanding menepis kekhawatiran anaknya.
Radja nan Pandjang menunggu Radja Berbanding bersama dua orang teman,Lompong Bertuah dan Radja nan Kongkong. Mereka bercakap-cakap mengapa Radja Berbanding belum datang juga. Apakah ia takut dengan Radja nan Pandjang? Akhirnya Radja Berbanding datang bersama bujangnya. Masing-masing mengambil kuda-kuda untuk bersilat. Radja nan Pandjang curang dan licik, Ia memberi kode ke dua temannya. Letusan bedil memekak telinga. Radja Berbanding jatuh tersungkur. Radja nan Pandjang meninggalkan Radja Berbanding yang berdarah-darah dan sedang sekarat.
Anak gembala mengirimkan berita ke rumah Sabai nan Aluih. Mimpi buruk Sabai menjadi kenyataan. Ia bergegas membuka peti dan mengambil bedil. Ia akan menuntut orang yang telah menembak ayahnya. Tercengang orang-orang melihat Sabai di jalan yang biasanya jarang keluar halaman rumahnya.
"Mangkutak..Mangkutak..dimana anak bapak,si Mangkutak..",ujar Radja Berbanding tersengal-sengal. Sabai nan Aluih agak kesal Ayahnya memanggil Mangkutak Alam si anak kesayangan. Tak lama kemudian Radja Berbanding menghembuskan napas terakhir. "Radja nan Pandjang. Radja nan Pandjang! Biarpun hamba perempuan, lamun malu kubalas juga. Darah berbalas dengan darah. Nyawa berbalas dengan nyawa"
Radja nan Pandjang menghampiri Sabai nan Aluih. Tanpa peduli dengan duka Sabai,ia malah bermanis-manis merayu Sabai. Sabai tidak peduli. Ia menembak mati Radja nan Pandjang. Sabai nan Aluih menuntut Mangkutak,yang datang belakangan,membalaskan malu keluarga. "Tunjukkanlah kejantanan adik,tuntutkanlah malu kita". Mangkutak menolak beralasan tidak bisa menembak. Padahal Radja nan Pandjang sudah mati, Mangkutak diminta ceraikan kepala dari badannya Radja nan Panjang agar terhapus malu keluarga mereka. Ah payah lah si anak emas ini, Mangkutak mengigil ketakutan. Kedua mayat, Radja Berbanding dan Radja nan Pandjang,dibawa pulang ke rumah masing-masing.
Cerita rakyat selalu mengandung nilai-nilai moral. Dari kisah ‘Sabai nan Aluih’ ini ada beberapa hal yang menurut saya adalah pesan moral dari cerita ini. Satu, Radja Berbanding tidak tergiur dengan kekuasaan dan kekayaan dari Radja nan Pandjang. Tindakan yang patut diacungi jempol. Setelah penolakan pinangan terlihat lah perangai buruk Radja nan Panjang. Dua, Duel Radja Berbanding dengan Radja nan Pandjang tidak berlangsung adil. Ini menggambarkan kelicikan dari orang yang penuh nafsu seperti Radja nan Pandjang yang menempuh berbagai cara untuk memiliki Sabai nan Aluih. Tiga, tokoh Sabai nan Aluih yang digambarkan perempuan yang berperangai elok. Tidak disangka gadis yang sering menghabiskan waktunya menenun mempunyai keberanian yang besar. Adiknya Mangkutak Alam pun tidak berani menuntut balas atas kematian ayahnya. Viva girl power!
Sabai nan Aluih merupakan cerita rakyat dari Minangkabau. Saya mendapatkan buku langka ini di Pasar Malam Ngarsopuro, Solo. Kisah 'Sabai nan Aluih' diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Tulis Sutan Sati,pengarang dari novel ‘Sengsara Membawa Nikmat’. Sabai nan Aluih ditulis seperti skenario drama,dibagi per bagian. Selain buku ini ditulis dalam bahasa Indonesia ejaan lama,kekhasan bahasa melayu sangat kuat. Dialog antar tokoh-tokohnya yang saling berbalas pantun. Deskripsi tokoh yang panjang-panjang dan mendayu-dayu. Ada juga kata-kata dari bahasa Minang yang saya sendiri kurang mengerti karena kata tersebut berbentuk kiasan dan harus melihat penjelasan di halaman belakang. Ceritanya walaupun singkat memberikan inspirasi untuk perempuan menjadi pribadi yang berani dan tangguh. Alangkah baiknya jika cerita Sabai nan Aluih ini kembali diceritakan dan ditulis dalam bahasa Indonesia yang sekarang agar cerita rakyat tidak punah dan dilupakan anak cucu. Saya mendapat info bahwa kisah Sabai nan Aluih ini akan dibuat film. Ditunggu film Sabai nan Aluihnya. :)
ini novel sastra klasik y, buku langka atau sdh ada terbitan baru ? menarik..
ReplyDeletecerita rakyat yang dibukukan mbak. Bukuku ini terbitan 1960 tapi ada terbitan yang terbaru di tahun 2000. :)
Delete