Tuesday, September 29, 2009
Dewey, Kucing Perpustakaan yang Tampan
Prinsip “don’t judge the book by its cover” tampaknya tidak berlaku untuk buku ini. Karena siapa yang tak jatuh hati dengan ‘ketampanan’ seekor kucing yang bernama Dewey Readmore Books berdiri manis berlatar lemari buku. So sweet…Jangan berhenti mengagumi halaman sampul saja, kisah yang diceritakan didalamnya begitu memikat.
Dewey, kucing jalanan yang dibuang ke dalam kotak pengembalian buku perpustakaan umum kota Spencer, Iowa, Amerika Serikat. Anak kucing tersebut ditemukan direktur perpustakaan, Vicki Myron, menggigil dan tertimbun buku-buku. Dalam sekejap, Dewey merebut perhatian pegawai-pegawai perpustakaan. Setiap orang ingin membelai anak kucing tersebut. Namun untuk memelihara Dewey di perpustakaan, Vicki harus mendapatkan ijin dari dewan perpustakaan. Untuk memelihara kucing di rumah saja cukup merepotkan terutama kalau buang hajat. Dan yang lebih penting lagi, perpustakaan adalah ruang publik yang dimanfaatkan oleh masyarakat.
Untungnya, Dewey adalah kucing yang tenang, kalem dan manissss sekali. Ia menaklukkan hati tidak hanya dewan perpustakaan tetapi memikat pengunjung perpustakaan, masyarakat kota Spencer, hingga menjalar ke seluruh Negara bagian Amerika. Setiap pagi, Dewey akan menyambut pengunjung yang memasuki perpustakaan, membiarkan mereka membelai belakang telinganya, dan menggesekkan badannya ke kaki pengunjung.
Dewey membawa perubahan sosial pada lingkungan sekitarnya. Dewey dapat menyatukan pegawai perpustakaan yang sebelumnya terkotak-kotak. Dewey memberikan keceriaan kepada anak-anak. Dewey menghibur pengunjung dengan tingkahnya yang khas anak kucing. Dewey membuat seorang anak yang menderita cacat mental bisa mengeluarkan suara pertamanya. Dewey telah menghidupkan suasana perpustakaan yang dingin dan kaku. Dewey menghadiri setiap rapat dan perkumpulan..memilih salah satu orang yang beruntung dapat memangkunya. Dan setiap minggu ia memilih orang yang berbeda. Ya..setiap orang akhirnya membicarakan Dewey…dewey..dan dewey..
Dalam buku ini, tidak melulu diceritakan mengenai Dewey. Si penulis, Vicki Myron, direktur perpustakaan-‘ibu’ Dewey, sendiri yang menuliskan kucing tercintanya juga menceritakan kota mereka, Spencer yang terletak di Iowa. Sebuah kota pertanian dimana ladang jagung terhampar luas dan tinggi-tinggi. Kota kecil yang sedang bangkit dari krisis pertanian. Vicki Myron, orang tua tunggal, mendedikasikan hidupnya untuk perpustakaan. Baginya ; Perpustakaan yang hebat tidak harus besar dan indah gedungnya. Tidak harus mempunyai fasilitas terbaik, atau pegawai yang paling efisien, atau pengunjung paling banyak. Perpustakaan yang hebat itu melayani. Perpustakaan itu membaur dengan kehidupan masyarakat, dalam arti tidak tergantikan. Perpustakaan yang hebat itu tidak terlihat oleh siapa pun karena selalu ada dan selalu dibutuhkan.
Pekerjaan seorang pustakawan tidak sebatas mencatat buku yang dipinjam dan buku yang dikembalikan. Tetapi juga harus memahami psikologi, administrasi, perencanaan. Dewey membuat tugas Vicki jadi mudah. Karena ketenarannya meluas hingga ke mancanegara. Hingga Vicki menyebutnya direktur publisitas perpustakaan umum Spencer. Orang-orang dari seluruh penjuru Amerika Serikat melakukan perjalanan darat hanya untuk singgah menemui Dewey. Bahkan orang Jepang datang untuk merekam aktivitasnya di perpustakaan.
Dewey mengingatkan saya pada Bun-bun kucing kami yang telah mati. Selain agak mirip, kelakuan Dewey sama lincahnya dengan Bun-bun. Sayangnya, si Bun-bun tidak hidup selama Dewey. Yang akhirnya dikalahkan tumor usus setelah 19 tahun menjadi ”raja” di perpustakaan menyaksikan generasi kota Spencer yang silih berganti datang berkunjung ke perpustakaan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Thank your for leaving comment. :)