Pages

Friday, September 2, 2016

Gerda Sayang


Judul : Gerda Sayang
Penulis : Flip Peeters
Penerjemah : Willy Adriaans
Penerbit : Galeri Foto Jurnalistik Antara & Museum Bronbeek
Tahun Terbit : 2016


Flip Peeters mendapat panggilan wajib militer bertugas ke Hindia Belanda. Flip baru berusia 21 tahun dan sudah bertunangan dengan Gerda. Flip menulis surat untuk Gerda tentang kesehariannya lewat gambar coretannya. Flip menjadi pasukan yang dikirimkan dalam agresi militer II Belanda tahun 1948, yang dari sisi Belanda disebut aksi polisionil. Flip mencatat detail perjalanan yang ia lalui dari keberangkatannya di Amsterdam hingga menginjak pulau Jawa.


 yang ngawur itu =  ...


Flip beradaptasi dengan kehidupan Indonesia seperti tidur dengan memasang kelambu, mencoba sambal, menonton pertunjukan wayang. Flip menampilkan sisi yang jarang ditampilkan dari seorang serdadu. Keseharian di tangsi dianggap membosankan dan jaga malam itu menimbulkan mimpi buruk. Ia pandai menggambar dengan menambahkan humor bahkan untuk menertawai diri sendiri. Flip mencatat juga rekan-rekannya yang gugur dalam pertempuran. Ia kesal dengan mantan komandannya yang lebih ribut dengan senjata yang hilang dicuri dibanding anak buahnya yang gugur dan terluka.


 perintah letnan, kapten dan sersan beda semua. :))

Membaca cerita dari sisi yang berlawanan perang, dalam hal ini serdadu Belanda, menghadirkan perspektif berbeda dari sejarah yang telah diketahui bersama. Flip ditugaskan selama dua tahun sebelum akhirnya Belanda mengakui kedaulatan Indonesia pada 1949. Proses demobilisasi turut diceritakan Flip bagaimana barang-barang dilelang, pesta di kamar dan panorama terakhir Indonesia yang ia nikmati.  


 
 kejeblos!

Dalam menyambut ulang tahun kemerdekaan RI ke-71, Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) di Pasar Baru menggelar pameran bertajuk bingkisan revolusi dan menerbitkan novel grafis Gerda Sayang bekerja sama dengan Museum Bronbeek Belanda. Gambar-gambar Flip Peeters diterbitkan dalam full colour yang memanjakan mata. Di balik cover depan dan belakang terdapat mozaik foto-foto Flip Peeters selagi masih bertugas. Awalnya saya tertarik dengan novel grafis ini dari pameran. Potongan-potongan karya Flip Peeters diatur dalam sedemikian rupa di medium koper besar. Vintage sekali, pikir saya. Karena kisah Flip Peeters ini menarik dari sepintas saya baca, saya membeli bukunya di toko souvernir GFJA. Sediki kekurangan dari novel grafis ini adalah tidak ada nomor halaman yang akan bermasalah buat menandai progress baca jika menutup buku.
 

2 comments:

  1. Pengennnnn, aku suka banget baca novel grafis atau buku ilustrasi, belum banyak nih di sini, semoga aja nanti semakin banyak pilihan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Collectible item nih. Iya, masih belum banyak ya. Semoga semakin banyak yg terbit.

      Delete

Thank your for leaving comment. :)