Judul : Gerda Sayang
Penulis : Flip Peeters
Penerjemah : Willy Adriaans
Penerbit : Galeri Foto Jurnalistik Antara & Museum Bronbeek
Tahun Terbit : 2016
Flip Peeters mendapat panggilan wajib militer bertugas ke Hindia Belanda. Flip
baru berusia 21 tahun dan sudah bertunangan dengan Gerda. Flip menulis surat
untuk Gerda tentang kesehariannya lewat gambar coretannya. Flip menjadi
pasukan yang dikirimkan dalam agresi militer II Belanda tahun 1948, yang dari
sisi Belanda disebut aksi polisionil. Flip mencatat detail perjalanan yang ia
lalui dari keberangkatannya di Amsterdam hingga menginjak pulau Jawa.
yang ngawur itu = ...
Flip beradaptasi dengan kehidupan Indonesia seperti tidur dengan memasang
kelambu, mencoba sambal, menonton pertunjukan wayang. Flip menampilkan sisi
yang jarang ditampilkan dari seorang serdadu. Keseharian di tangsi dianggap
membosankan dan jaga malam itu menimbulkan mimpi buruk. Ia pandai menggambar dengan
menambahkan humor bahkan untuk menertawai diri sendiri. Flip mencatat juga
rekan-rekannya yang gugur dalam pertempuran. Ia kesal dengan mantan komandannya
yang lebih ribut dengan senjata yang hilang dicuri dibanding anak buahnya yang gugur
dan terluka.
perintah letnan, kapten dan sersan beda semua. :))
Membaca cerita dari sisi yang berlawanan perang, dalam hal ini serdadu
Belanda, menghadirkan perspektif berbeda dari sejarah yang telah diketahui
bersama. Flip ditugaskan selama dua tahun sebelum akhirnya Belanda mengakui
kedaulatan Indonesia pada 1949. Proses demobilisasi turut diceritakan Flip
bagaimana barang-barang dilelang, pesta di kamar dan panorama terakhir
Indonesia yang ia nikmati.
kejeblos!
Dalam menyambut ulang tahun kemerdekaan RI ke-71, Galeri Foto Jurnalistik
Antara (GFJA) di Pasar Baru menggelar pameran bertajuk bingkisan revolusi dan menerbitkan novel
grafis Gerda Sayang bekerja sama dengan Museum Bronbeek Belanda. Gambar-gambar
Flip Peeters diterbitkan dalam full colour yang memanjakan mata. Di balik cover
depan dan belakang terdapat mozaik foto-foto Flip Peeters selagi masih
bertugas. Awalnya saya tertarik dengan novel grafis ini dari pameran. Potongan-potongan karya Flip Peeters diatur dalam sedemikian rupa di medium koper besar. Vintage sekali, pikir saya. Karena kisah Flip Peeters ini menarik dari sepintas saya baca, saya membeli bukunya di toko souvernir GFJA. Sediki kekurangan dari novel grafis ini adalah tidak ada nomor
halaman yang akan bermasalah buat menandai progress baca jika menutup buku.
Pengennnnn, aku suka banget baca novel grafis atau buku ilustrasi, belum banyak nih di sini, semoga aja nanti semakin banyak pilihan.
ReplyDeleteCollectible item nih. Iya, masih belum banyak ya. Semoga semakin banyak yg terbit.
Delete