Judul : Burmese Days
Penulis : George Orwell
Penerbit : Penguins
Tahun Terbit : 1990
Jumlah Halaman : 184
Burmese Days menceritakan kehidupan
Burma saat masih berada di bawah penjajahan Inggris di tahun 1920-an. U Po
Kyin, seorang hakim lokal di Kyauktada menikmati hari-hari menjelang masa
pensiunnya. U Po Kyin mempunyai pengaruh kuat di antara penduduk pribumi. Ia
bisa bertindak sesuka hatinya, menjebloskan orang-orang yang tidak disukai atau
merusak gadis muda mana saja yang ia mau. U Po Kyin sedang merancang strategi
untuk menjatuhkan dokter India bernama Dr Veraswami. Tidak mudah langsung
menjegal Dr Veraswami karena sang dokter berkawan akrab dengan orang Eropa
bernama John Flory.
Kehidupan sosial orang-orang Eropa
di Kyauktada berpusat di klub. Komoditas utama dari Kyauktada adalah kayu.
Sebagian besar orang-orang Eropa mempunyai bisnis kayu jati. John Flory, pria
Inggris berusia 35 tahun, telah tinggal di Burma selama 15 tahun. Ia mempunyai
tanda lahir di wajah yang terkadang membuatnya kurang percaya diri. Flory
sering mengunjungi rumah Dr Veraswami. Mereka cocok satu sama lain dalam
berdiskusi dan bertukar bahan candaan. Flory menemukan tempatnya membahas
hal-hal yang tidak mungkin ia bicarakan di klub. Dr Veraswami menyebut niat
jahat U Po Kyin yang ingin merusak nama baiknya terutama di mata orang-orang
Eropa. Buaya, Dr Veraswami menyebut U Po Kyin. Seperti buaya yang menyerang
pada titik terlemah.
Elizabeth Lackersteen datang dari
Paris. Usianya 22 tahun. Mr dan Mrs Lackersteen menerima keponakan mereka yang
sudah yatim piatu. Dengan kehadiran wanita muda Eropa tentu menarik perhatian
laki-laki. Mrs Lackersteen mulai mencari calon suami potensial untuk Elizabeth.
Flory penuh semangat mengenalkan Elizabeth dengan kehidupan Kyauktada.
Kehadiran Elizabeth memancing rasa ingin tahu pribumi. Alih-alih Elizabeth
terpesona dengan dunia timur yang eksotik, ia malah merasa tidak nyaman.
Elizabeth mengalami culture shock. Ia berpendapat mereka jorok, kotor dan tidak
sopan.
Dunia Flory berubah setelah
kehadiran Elizabeth. Laki-laki ini jatuh cinta. Kekosongan hati yang Flory
rasakan tidak bisa diisi oleh Ma Hla May, gadis muda Myanmar. Flory menyuruh Ma
Hla May keluar dari rumahnya. Ma Hla May tidak terima begitu saja disingkirkan
walaupun mendapatkan uang kompensasi yang cukup banyak. Hubungan Flory dengan
Elizabeth tidak berjalan mulus apalagi muncul seorang komandan militer yang
jauh lebih muda dari Flory.
Klub adalah tempat sosialisasi
ekslusif orang-orang Eropa. Sebuah dunia asing dari penduduk sekitarnya. Anggota
klub memutuskan akan memilih dan menerima satu anggota dari kalangan pribumi.
Salah satu anggota klub bernama Ellis menolak mentah-mentah usulan
tersebut. Anggota-anggota klub termasuk Flory mendapat surat kaleng yang
berisi fitnah terhadap Dr Veraswami. Flory tidak menghiraukan surat
anonim yang menjatuhkan sahabatnya yang didalangi oleh U Po Kyin. Flory
mengajukan nama Dr Veraswami menjadi calon anggota klub.
Niat jahat U Po Kyin mendapat
tentangan dari istrinya. Sepanjang hidup bersama suaminya saat terindah justru
ketika mereka hidup pas-pasan. Ma Kin tidak habis pikir yang menyebabkan U Po
Kyin begitu ingin menyingkirkan Dr Veraswami. Mereka sudah mendapat segalanya
tinggal menikmati hari-hari masa pensiun. U Po Kyin mempunyai ambisi sama dengan
Dr Veraswami untuk menjadi anggota klub. Adalah suatu kebanggaan bagi pribumi
bisa diterima dan setara dengan orang-orang Eropa. Ia menganggap Dr Veraswami
menghalangi jalannya karena yakin akan mendapat dukungan Flory. U Po Kyin
menyusun skenario agar tujuannya tercapai. Skenario-skenario ini lah yang akan
mempengaruhi jalan hidup banyak orang.
George Orwell mengkritik kolonialisme yang hanya
mengeruk keuntungan dari negara jajahan. Di sisi lain pemerintah Inggris
dinilai sangat berperan membawa pribumi dari keterbelakangan. Kehidupan
kolonial tidak terlepas dari pertentangan prasangka antara orang kulit putih
dan pribumi. Orang-orang Eropa menduduki lapis sosial paling atas sehingga
pribumi berlomba-lomba untuk dipilih menjadi anggota klub mereka. Prestise
pribumi akan terangkat di mata masyarakat karena bisa duduk sejajar dengan
orang kulit putih.
Burmese Days merupakan karya pertama
dari George Orwell. Pada masa mudanya George Orwell pernah bertugas sebagai
anggota kepolisian British India di Burma. Pengalaman tersebut
mengilhaminya menulis Burmese Days. Gaya penulisan Orwell sungguh memikat melalui
penggambaran karakter-karakternya sehingga temanya tidak terasa berat.
Pengalaman kedua saya membaca karangan George Orwell setelah Animal Farm dan
bisa dipastikan saya menambah list penulis favorit saya.
Aku juga suka Orwell sejak 1984 & Animal Farm, apalagi habis baca memoarnya Down & Out in Paris & London. Penasaran sama buku ini
ReplyDeleteAku langsung lanjut baca 1984. Down & Out in Paris & London masuk ke wishlist deh.^^
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete