Judul
Buku : Maryam
Penulis
: Okky Madasari
Penerbit
: Gramedia Pustaka Utama
Tahun
Terbit : 2012
Maryam
Hayati pulang ke kampung halamannya, desa Gerupuk di daerah selatan pulau
Lombok. Kegelisahan hati pasca perceraian dengan Alam membawanya kembali ke
rumah orang tuanya. Maryam yang sejak menikah tidak pernah pulang dan
berkomunikasi dengan keluarganya sangat terkejut melihat rumah kosong. Ia hanya
menemukan Jamil, karyawan ayahnya yg dlu tengkulak ikan. Warga desa tidak
mengenali dan bersikap dingin dengan kedatangannya. Pertanyaannya kemana
ayah ibu dan adiknya Fatima pergi. Mengapa mereka pergi. Sebab muasalnya kurang
lebih sama dengan penyebab perceraiannya dengan mantan suaminya yaitu keyakinan
mereka sebagai ahmadi.
Maryam dan keluarganya ahmadi sejak lahir.
Mereka melakukan pengajian dari sesama ahmadi. Ketika Maryam sudah menjadi
wanita dewasa, ia diharapkan menikah dengan orang dalam, yang sama-sama ahmadi.
Dari pengalaman yang sudah-sudah banyak yang gagal mempertahankan pernikahan di
luar ahmadi. Masalahnya Maryam jatuh cinta dengan Alam. Orang tua Maryam tidak
menyetujui kecuali Alam mau menjadi Ahmadi. Maryam menikah tanpa restu orang
tua. Pernikahan tersebut hanya berlangsung selama lima tahun.
Keluarga Khairuddin tinggal bersama satu
kompleks dengan keluarga-keluarga ahmadi di Gerugung. Keluarga tersebut
bernasib sama dengan orang tua Maryam terusir dari tanah dan rumah sendiri.
Semakin mereka ditekan, semakin teguh keyakinan mereka. Maryam yang telah janda
segera bergabung dengan keluarganya dan tidak kembali lagi ke Jakarta. Maryam
dijodohkan dengan Umar, pemuda ahmadi yang cukup mapan dengan usaha pengiriman
susu kuda dari Sumbawa.
Pada pernikahan Maryam-Umar diwarnai
insiden yang mengubah kembali kehidupan mereka. Sekelompok orang mendatangi
Gerugung dan mengusir semua keluarga ahmadi. Polisi tidak bisa melindungi
mereka dan menyarankan mereka mengungsi. Akhirnya mereka mengungsi ke gedung
Transito. Ternyata ketika mengungsi,rumah mereka dirusak dan dibakar sehingga harta
benda yang tersisa hanya sebagian kecil.
Saya
cukup penasaran sebenarnya cerita dari sudut pandang ahmadi. Tapi penulis tidak
fokus pada apa yang menjadi perbedaan ahmadi. Seperti cinta, iman tidak bisa
dipaksakan. Jika iman kita berbeda dengan yang lain apakah itu berarti kita
tidak bisa hidup berdampingan, saling tenggang rasa, saling berbuat baik. Dengan
pendekatan sisi kemanusiaan, Maryam menyampaikan kritik terhadap pemerintah
yang tidak bisa menjamin keamanan untuk semua warganya.
No comments:
Post a Comment
Thank your for leaving comment. :)