Pages

Friday, April 19, 2013

Mata Kunci





Mata Kunci by Hella S Haasse

My rating: 3 of 5 stars


Herma Tadema menggali ingatan masa tuanya tentang Mila Wychinska untuk penelitian seorang wartawan yang bernama Bart Moorland. Semua kenangan yang masa lalunya di tanah Hindia tersimpan dalam peti kayu eboni. Nyonya Warner,demikian panggilan Herma setelah menikah,tidak menemukan kunci dari peti kayu tersebut. Nyonya Warner mulai menuliskan apa yang ia ingat tentang teman masa kecilnya itu.

Mila Wychinska atau Adele Mijers (Dee) berasal dari keluarga tuan tanah yang berdarah campuran Indo dari pihak ayah dan polandia dari pihak ibu. Sejak kecil Dee diasuh oleh nenek dan bibinya, Aimee Mijers yang akrab dipanggil Non. Non agak berbeda dengan ayah Dee ataupun Nyonya Mijers, kulitnya lebih gelap dan penampilannya lebih mirip pribumi. Ayah Dee bersahabat dengan Ayah Herma dan anak-anak mereka sering bermain bersama. Ibu Herma berasal dari keluarga Belanda yang sudah menetap di Batavia.

Ketika remaja Dee sudah mulai menunjukkan sikap kritis nya terhadap eksklusivitas masyarakat kolonial. Walaupun Dee mempunyai darah eropa, ia tetap dipandang sebelah mata. Hal yang sama yang dijumpai oleh neneknya, Nyonya Meijers. Dee berpendapat rencana Pieter Erberveld untuk menguasai pemerintahan kota Batavia dan mengangkat pribumi sebagai kepala penduduk adalah rencana bagus. Pieter Erberveld juga seorang blasteran.

Dee berubah. Itu yang dirasakan Herma atas sikap teman masa kecilnya. "Kamu tidak tahu apa-apa, kamu berkulit putih! Seandainya kamu punya kakak lelaki,kamu pikir dia boleh menikah dengan aku atau orang tuamu akan memperbolehkan kamu bersahabat dengan anak laki-laki Indo?". Semenjak Dee berteman dengan gadis pribumi Sulawati Saleh, persahabatan antara Herma dan Dee renggang. Dee memilih tidak melanjutkan pendidikannya ke universitas. Ia mencibir universitas yang dinilainya sebagai lembaga 'elite', dimana orang totok intelektual disiapkan untuk pekerjaan top di Hindia.

Pendudukan Jepang terhadap Hindia Belanda berdampak pada masing-masing keluarga Herma dan Dee. Keluarga mereka tercerai berai. Herma kehilangan ibunya. Nyonya Meijers masuk ke kamp interniran Jepang. Dee mengganti namanya menjadi Mila Wychinska,memakai nama keluarga Polandia dari pihak ibunya. Non yang kulitnya serupa dengan pribumi lolos dari interniran. Herma menikah dengan Taco Tadema dan pindah ke negeri Belanda,tanah leluhurnya. Hubungan dengan Dee nyaris nihil komunikasi. Kisah hidup Dee dituliskan dari sudut pandang Herma.

Dalam Mata Kunci, sikap diskriminasi tidak hanya dialami oleh pribumi. Orang-orang yang berdarah campuran menjadi orang kelas dua. Lebih tinggi kedudukannya dari pribumi tetapi tidak akan menyamai orang Belanda 'Totok'. Namun apakah sifat Belanda 'Totok' semuanya superior? Tidak semua,karakter Herma dan Ibu nya mewakili orang Belanda asli yang tidak merasa 'totok' dan tidak arogan. Ibu Herma mengatur pekerjaan sehari-hari para pelayan dalam suasana santai. Berbeda dengan Nyonya Mijers yang Indo malah mempunyai ritual para pembantu menghadap satu persatu sesuai dgn kedudukan mereka untuk menerima perintah.

Hella S Haasse

Hella S Haasse adalah penulis fiksi sejarah dari negeri Belanda yang lahir di Batavia. Ia sering menulis mengenai kehidupan masa kolonial Belanda di Hindia. Mata Kunci adalah karya Hella S Haasse kedua yang saya baca. Saya berkenalan dengan karyanya yang berjudul 'Oeroeg'. Jika tertarik dengan sastra indies, karya-karya dari Hella S Haasse ini bisa dijadikan bacaan referensi. Setahu saya baru ada dua karya nya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, Oeroeg dan Mata Kunci. Semoga karya-karya Hella S Haase lainnya menyusul diterbitkan dalam bahasa Indonesia terutama yang mengambil setting kehidupan kolonial hindia Belanda.

No comments:

Post a Comment

Thank your for leaving comment. :)