Pages

Wednesday, September 7, 2011

Meraba Indonesia

Meraba Indonesia: Ekspedisi Meraba Indonesia: Ekspedisi "Gila" Keliling Nusantara by Ahmad Yunus

My rating: 4 of 5 stars


Ini adalah perjalanan untuk mengenal Indonesia secara lebih dekat. Dari titik nol kilometer Indonesia di pulau Sabang hingga menyusuri ujung timur Indonesia di Merauke.

Negara Indonesia merupakan Negara kepulauan. Namun kehidupannya didominisasi oleh pulau Jawa, pusat perekonomian Indonesia. Sementara ada ribuan pulau yang tersebar di nusantara ini. Menjelajahinya bukanlah hal yang gampang. Ahmad Yunus bersama Farid Gaban mengajak pembaca untuk menengok sebagian kecil dari ribuan pulau yang ada di Indonesia. Mereka meresapi hiruk pikuk dan kesunyian kehidupan pelosok-pelosok nusantara mulai dari Pulau Enggano, Kepulauan Mentawai, Pulau Nias, Pulau Sabang, hingga pulau-pulau kecil yang terpencil dan merupakan batas terluar dari wilayah Indonesia. Mereka menelusuri jejak sejarah yang terlupakan. Mereka menyelami keindahan bawah laut Indonesia.

Keindahan Indonesia tiada duanya. Orang bilang zamrud khatulistiwa. Kenyataan yang ironis juga tiada duanya menyedihkan. Kondisi pulau-pulau terluar Indonesia masih terabaikan pemerintah. Slogan-slogan mengenai nasionalisme dipampang di tempat terbuka. Kondisi masyarakatnya tidak diperhatikan. Perekonomian pulau-pulau kecil sangat tergantung pasokan dari pulau besar di dekatnya. Ketika pemerintah menaikkan harga BBM, dampaknya berkali-kali lipat harganya di pulau-pulau luar Jawa. Saya pikir tidak hanya harga jual yang tinggi tapi juga ada kelangkaan persediaan BBM. Masyarakat di pulau Sebatik, yang terletak di perbatasan RI-Malaysia, lebih memilih berbelanja di Tawau, Malaysia daripada ke Tarakan atau Nunukan, Kalimantan Timur dan menggunakan Ringgit Malaysia sebagai mata uang perdagangan sehari-hari. Daerah yang kaya hasil alamnya tetap saja miskin masyarakatnya. Pulau Natuna kaya dengan gasnya tapi masyarakat setempat masih belum merasakan hasilnya, air bersih saja sulit. Di Kepulauan Banggai lautnya biru, pemandangannya bagus tapi liat ke bawah permukaan laut terumbu karangnya rusak dan hancur oleh bom ikan. Haduh, masa depan terumbu karang terancam dengan tangan-tangan rakus tak bertanggung jawab. Berhenti lah berpikiran pragmatis! Keuntungan yang didapatkan hanya membawa kehancuran. Di Selat Malaka Pihak berwenang yang harusnya menjaga perairan Indonesia malah memungut pungli dari kapal-kapal kecil pengangkut sayuran.

Ada keterikatan batin dengan catatan daerah-daerah yang dikunjungi ekspedisi yang juga pernah saya kunjungi. Jadi saya bisa mengamini cerita-ceritanya yang saya pun ikut merasakan ataupun ada hal-hal yang membuat kening saya berkerut dan bertanya,”emang gitu ya?”. Saya salut banget,mereka menempuh jalan Sangatta – Tanjung redeb. Karena infrastruktur jalan di Kalimantan Timur medannya berat. Jalan raya memang mulus dari Balikpapan ke Samarinda. Dari Samarinda ke Bontang,mulai ada lubang-lubang sedikit. Dari Bontang ke Sanggatta, lubang di jalan mulai banyak. Dari Sanggatta ke Bengalon (pengalaman saya) minta ampun jalannya bisa seperti medan offroad. Sama halnya mengenai jalan darat Pare-pare ke Makassar, lucunya klo jalan trans Sulawesi masih setengah-setengah, 5 meter aspalnya mulus, 5 meter berikutnya belum beraspal, 5 meter kemudian mulus lagi aspalnya. Jangan heran liat ada pohon masih tumbuh di badan jalan raya. Hal tersebut terjadi karena pembebasan lahan belum tuntas.

Yang patut diacungi jempol masih ada hal-hal positif yang membangkitkan semangat. Kearifan lokal memegang peranan penting dalam memelihara budaya, alam dan lingkungan. Misalnya masyarakat Ayau di Raja Ampat,ada namanya Sasi yang mengatur kepemilikan dan pengelolaan sumber daya alam,untuk individu dan kepentingan bersama. Sasi berlaku di darat dan di laut. Bagi yang melanggar akan terkena hukum adat. Lalu ada pembuatan kapal phinisi di bulukumba yang eksis di dunia. Heran kenapa pesanan dari luar negeri lebih banyak dibandingkan dalam negeri. Desa Tobil di kawasan Tongean memanfaatkan matahari untuk menghasilkan listrik dan tidak perlu menggunakan genset. Bagus sekali,jika daerah-daerah lain bisa memanfaatkan potensi alam seperti ini.

Keindahan pulau-pulau di bagian Indonesia Timur masih sangat alami. Geliat sektor pariwisata sedang berkembang dan menarik perhatian turis domestik dan asing. Sebut saja Raja Ampat, Tongean, Pulau Komodo, Kepulauan Wakatobi, dan lain-lain. Ah indahnya, saya mencatat tempat-tempat tersebut dalam destinasi impian saya. Apa daya uang yang dibutuhkan untuk menjelajahi tempat tersebut tidak sedikit. Awal saya buka buku ini saya heran, bagian paling yang tebal yaitu Pulau Sumatera terus semakin ke bagian timur Indonesia semakin tipis catatan perjalanannya. Menurut Mas Amang, dikarenakan budget dan tenaga yang terbatas. Transportasi utama yang digunakan adalah transportasi laut; kapal nelayan, feri, kapal perintis dan kapal Pelni. Itupun dengan jadwal yang tidak pasti dengan kondisi penuh muatan barang dan penumpang. Jika mau uang wisatawan Indonesia tidak menambah devisa Negara-negara lain,sebaiknya pemerintah menyediakan akses menuju tempat-tempat tersebut.

Saya suka dengan buku ini namun ada sedikit kritik yang untuk cetakan berikutnya diharapkan diperbaiki. Memang sudah ada kertas koreksi typo (yang cukup banyak) diselipkan di buku ini tapi yang menganggu saya jika ada kekeliruan, salah tulis dan tidak nyambung dengan bagian selanjutnya. Pertama, Tan Malaka dilahirkan di Payakumbuh,bukan di Bukittinggi seperti yang dituliskan di halaman 61. Kedua, urutan perjalanan yang membingungkan. Di halaman 157 dituliskan perhentian selanjutnya Palangkaraya namun sebelum menuju kesana singgah dulu ke Martapura melihat pendulangan intan, selepas Martapura menuju Balikpapan. Lho,jadi yang benar mau ke Palangkaraya atau ke Balikpapan? Ketiga, kalimat di halaman 232, “kemarin perut kapal sempat menabrak kapal. Juru mudi tak melihat kapal berada di daerah karang”. Yang ditabrak kapal atau sebenarnya maksudnya karang? Lalu saya mencatat ada dua kali pengulangan paragraf. Nomor satu : tentang kondisi pulau Midai ketika slogan Ganyang Malaysia presiden Soekarno berdampak besar bagi perekonomian pulau kecil tersebut. Nomor dua : tentang penjelasan kapal perintis. Menurut saya satu kali saja sudah cukup. Saya juga menemukan halaman yang aneh. Setelah halaman 336 di halaman berikutnya kembali ke halaman 321,lalu dari halaman 321 terus lanjut lagi sampai ke halaman 336. Saya jadi bingung. Salah cetak kah? Apakah ada cerita yang terpotong dari halaman-halaman yang terulang tersebut? Soalnya Farid Gaban sempat pergi ke Boven Digul dan ada foto warga yang terjebak lumpur di buku ini tapi tidak ada catatan mengenai Boven Digul.

Beberapa foto dari ekspedisi zamrud khatulistiwa disisipkan di buku ini sebagai penanda cerita untuk melangkah ke kawasan berikutnya. Dan masing-masing foto mewakili setiap cerita yang ada. Sayang sekali saya tidak bisa datang pameran foto zamrud khatulistiwa Farid Gaban di Gandaria City lalu, tentu foto-fotonya lebih banyak dan komplit dari yang di buku. Tidak cukup dengan membaca tulisan mereka, foto-foto yang diambil selama perjalanan, pembaca juga mendapatkan DVD film dokumenter ekspedisi ini. Sekarang tinggal DVDnya yang belum saya nonton, review dari DVD nya terpisah ya.

Secara keseluruhan saya memberikan 3 bintang karena hal-hal menganggu yang telah saya jelaskan tadi. Bonus 1 bintang untuk keberanian, tenaga, dan jerih payah yang dikeluarkan duo wartawan ini mengelilingi Indonesia. Tidak banyak orang yang sanggup mengelilingi negeri yang luas ini. Dua Jempol!

View all my reviews

2 comments:

  1. Bagus sekali. Membuat saya bangga sekaligus menangis melihat Indonesia. Buku ini membukakan "mata hati" bahwa Indonesia bukan semata-mata Jawa apalagi Jakarta. Indonesia begitu luas... tapi begitu juga sempit di hati banyak orang.

    ReplyDelete
  2. Iya betul,sudah saatnya kehidupan di luar jawa diperhatikan..miris rasanya membaca kondisi di pulau2 terluar, minim sekali perhatiannya dan yang lebih tega kalau ada yg memberikan janji palsu untuk masyarakat disana dan lupa merealisasikannya :(

    ReplyDelete

Thank your for leaving comment. :)