Kuda Terbang Maria Pinto by Linda Christanty
My rating: 5 of 5 stars
‘Negeri ini negeri bisu. Tiada suara percakapan, selain kepak sayap para penghuni. Mereka terus bekerja, tiada melihat makhluk asing yang datang. Di atas kuntum bunga terbesar,ia melihat perempuan itu duduk dengan mahkota berkilau, sendirian’ - Qirzar
Ada lelaki tua yang merayakan ulang tahun yang sekian dalam 'Perayaan Terakhir'. 'Joao',kisah anak yg bru brumur 14 tahun bergabung dgn pasukan gerilyawan. 'Lelaki beraroma kebun' menceritakan anak rantau yang pulang ke kampung halamannya, pulau penghasil Timah.
‘Perang membuat orang memilih menjadi siapa saja atau apa saja. Tak peduli menjadi pelacur atau nyonya. Bagiku keduanya bisa sama-sama terhormat atau sama-sama sial’- Perang
Dalam 'Makan Malam', pertemuan Ibu dan Ayah yang terpisah 30 tahun karena gejolak politik memberikan rasa asing bagi anak yang tidak mengenal kasih sayang seorang ayah. Seorang waria mendambakan kasih sayang sejati Pria dalam 'Balada Hari Hujan'.
‘Ibu, kalau rasa kemanusiaan saya terpanggil melihat nasib orang-orang yang tidak layak hidupnya. Apa saya harus memasung rasa kemanusiaan saya? Saya nggak bisa berdiam diri, Bu. Doa..Doa.. Ibu suruh saya berdoa. Doa saja nggak cukup. Kita ‘kan nggak bisa menunggu Tuhan menjinakkan bom’ - Rumput LiarDalam 'Lubang Hitam',kita membaca kisah Tina dan saudara perempuannya yang mengidap Skizofrenia. Anak perempuan satu-satunya meninggalkan keluarga untuk melawan kaisar yang lalim dalam 'Makam Keempat'.
‘Kubayangkan sungai darah mengalir membelah kota ini, mayat-mayat mengapung, dan masa mudaku tercerabut bagai nyawa ayam lepas, melesat ke awan-awan, bukan surga yang dijanjikan dan apa yang tinggal dari kehidupan hanya debu belaka’ - Danau