Gadis Jeruk: Sebuah Dongeng Tentang Kehidupan by Jostein Gaarder
My rating: 5 of 5 stars
Georg RØed telah ditinggalkan oleh Ayahnya ketika berusia empat tahun. Ingatan Georg akan Ayahnya hanya samar-samar. Ia mengenali sosoknya dari foto-foto lama dan rekaman video sewaktu kecil.
Siapa sangka dari kereta dorong bayi Georg ditemukan surat-surat dari Ayahnya yang dituliskan khusus untuk Georg. Ayahnya mengetahui ia sedang sakit keras dan tak akan sempat berkenalan lebih jauh dengan Georg. Saat inilah, ketika ia berusia lima belas tahun, ia akan mengenal Ayahnya lebih dekat. Siapakah Sekjen PBB sekarang? Siapa Perdana Menteri Norwegia? Bagaimana kabarnya teleskop Hubble? Pembukaan surat yang unik. Surat tersebut ditulis di hari-hari terakhir hidup Ayahnya. Ia mengetahui waktunya tak lama. Sang Ayah menuliskan sebuah dongeng mengenai Gadis Jeruk. Di akhir cerita tersebut, Georg harus menjawab pertanyaan yang penting. Novel ini memang menceritakan kisah Ayahnya dibandingkan kehidupannya sendiri.
Jan Olav, Ayahnya Georg, waktu itu berusia 19 tahun saat pertama kali jumpa dengan gadis jeruk di trem. Gadis yang sedang membawa sekantong besar jeruk. Pandangan mata mereka bertemu. Yang menarik perhatian tidak hanya jeruknya yang banyak bagi Jan Olav, sosok Gadis tersebut mempunyai daya tarik misterius. Trem berbelok tajam, Jan Olav sepertinya ingin menjadi pahlawan penyelamat jeruk, namun yang ada malah membuat jeruk-jeruk berhamburan dari kantong kertas Gadis Jeruk. “Kau Sinting”,ujarnya. Ia pun turun dari trem.
Jeruk-jeruk tersebut menjadi tanda tanya besar. Untuk apa jeruk sebanyak itu. Apakah untuk membuat mousse/jus jeruk untuk perayaan akhir semester Sekolah Manajemen Norwegia? Karena si Gadis Jeruk memakai mantel Anorak, sepertinya tidak lazim dipakai jalan-jalan di Oslo, Ia pasti berencana main ski di Greenland. Imajinasi Jan menghasilkan berbagai asumsi. Dan mungkinkah akan bertemu dengan Gadis Jeruk lagi?
Hari-hari berlalu, Jan masih berharap akan bertemu lagi dengan Gadis Jeruk. Dia jatuh cinta (walaupun tak pernah dikatakan di suratnya). Ia mencari-cari di sekitar daerah tempat Gadis tersebut turun, tapi tidak ketemu. Suatu kebetulan yang aneh, mereka malah bertemu di kafe kesukaan Jan. Gadis itu duduk sendiri menikmati bacaannya dan di pangkuannya terdapat sekantong besar jeruk. Jeruk lagi!!. Jan menghampiri seolah-olah kenal, Gadis tersebut meletakkan tangannya di atas tangan Jan. Ketika mereka berpandang-pandangan, Jan malah berkata, ”kamu seorang tupai”. Gadis Jeruk itupun pergi. Terlihat bening di sudut matanya. Ia menangis!
Pencarian Gadis Jeruk masih belum terhenti. Jeruk-jeruk itu membawa Jan Olav ke pasar buah terbesar di kota itu. Ia mencari disekeliling melihat-lihat apakah ada seorang Gadis yang memakai mantel anorak oranye. Ia telah melewatkan setiap senin disana (karena ia berjumpa Gadis Jeruk selalu di hari Senin). Di Senin yang ketiga, Ia menemukan Gadis Jeruk sedang berbelanja jeruk sedang mengamati jeruk satu persatu lalu memasukkan ke kantong belanjaannya. Namun, Jan kecewa karena Si Gadis Jeruk masuk ke dalam Toyota Putih, seseorang pria telah menunggunya di balik kemudi.
Kesempatan yang lain datang ketika Natal. Sebelum ia pulang ke rumah orang tuanya, ia mengikuti misa di Gereja. Lagi-lagi, ia bertemu dengan Gadis Jeruk namun sekarang ia memakai mantel hitam dan rambutnya dijepit dengan jepitan rambut perak yang indah.
”Selamat Natal”, kali ini Jan agak lebih berani menyapanya.
”Selamat Natal”.
Ucapan tersebut mengawali percakapan mereka. Gadis Jeruk meminta Jan Olav menunggunya selama enam bulan.
”mengapa begitu lama?”,tanyanya
”karena selama itulah kamu mesti menunggu. Tapi jika kamu bisa melakukan itu,kita bisa bersama setiap hari sepanjang enam bulan berikutnya” jawab Gadis Jeruk.
Sekali lagi,air matanya tergenang di kelopak, taksi kosong telah menunggunya. ”Yah, Selamat Natal...Jan Olav”
Jan Olav terpana, bagaimana ia tahu namanya? Sejuta pertanyaan muncul di kepala Jan. Ia akan bersabar menunggu enam bulan lagi. ”Aku sering memikirkanmu. Bisakah kau menunggu sedikit lebih lama”,bunyi kartu pos dari Sevilla. Kartu tersebut bergambar perkebunan jeruk dan sketsa si Gadis Jeruk. Kartu pos tersebut diperuntukkan untuk dia tapi dikirimkan ke rumah orang tua Jan Olav. Pertanyaan lain pun muncul, bagaimana ia tahu alamat rumahnya?
Kartu pos tersebut membawa Jan terbang ke Sevilla, dimana perkebunan jeruk tersebut berada. Ia menelusuri altar-altar jeruk tapi ia tidak menemukannya. Ia memutuskan menunggu di Plaza de la Alianza. Lebih dari delapan jam, ia menunggu. Dan ia pun bertemu gadis jeruk!!
Pertanyaan lainnya adalah untuk apa jeruk sebanyak itu yang sering dibawa oleh Gadis Jeruk. Gadis Jeruk mengikuti les melukis selama enam bulan di Sevilla. Sebelum keberangkatan ia berlatih untuk melukis jeruk. Mengapa engkau memilih jeruk sedemikian rupa? Karena tak ada dua jeruk yang sama di dunia ini. Sama seperti hal dirimu Jan Olav, banyak perempuan di Eropa ini, tapi kenapa engkau memilihku dari ribuan perempuan yang ada di dunia.
Georg belum melihat keterkaitan dirinya, Ayah, dan Gadis Jeruk. Tapi surat-surat tersebut tidak melulu mengenai Gadis Jeruk. Ayahnya juga menyinggung tentang Teleskop Ruang Angkasa Hubble. Suatu kebetulan, baru-baru ini, Georg menuliskan karangannya tentang Teleskop Ruang Angkasa Hubble. Georg bingung bagaimana bisa Ayahnya menanyakan kabar Teleskop Ruang Angkasa Hubble. Ia mendapat pujian dari gurunya dan menyebutnya ’astronom cilik’. Dengan menggunakan Teleskop Ruang Angkasa Hubble, membantu kita melihat ke ruang semesta alam. Mungkin untuk mengetahui siapa manusia sebenarnya, kita perlu melihat di balik galaksi-galaksi.
”Bayangkan kamu berada di awal dongeng ini. Suatu waktu miliaran tahun yang lalu ketika segala sesuatu diciptakan. Dan kamu boleh memilih apakah kamu ingin dilahirkan untuk hidup di suatu tempat di planet ini. Kamu tidak tahu kapan kamu akan dilahirkan, tidak juga berapa lama kamu akan hidup. Yang kamu ketahui hanyalah bahwa, jika kamu memilih untuk hadir di tempat tertentu di dunia ini, kamu juga harus meninggalkan lagi suatu hari dan pergi meninggalkan segalanya” Itulah pertanyaan penting dari Ayahnya untuk Georg. Manakah yang kamu pilih? Dengan memilih hidup maka kamu akan memilih mati dan meninggal semua yang kita cintai. Bukan untuk setahun atau dua tahun, untuk selamanya.
Tentu saja kisah Gadis Jeruk berkaitan dengan Georg. Ayahnya sedang menceritakan bagaimana Ayah dan Ibunya bertemu. Gadis Jeruk itu adalah Ibunya, Veronika. Apakah akan sama jika satu detail saja tidak ada, keadaannya akan sama. Ayah memang telah menghilang dari perputaran waktu, meninggalkan ia dan tak melihat bagaimana ia bertumbuh kembang menjadi seorang anak laki-laki. Setelah membaca surat-surat tersebut. Ingatan-ingatan masa kecil yang tersimpan rapi di alam bawah sadarnya menyeruak ke permukaan. Iya ingat ketika malam Ayahnya menunjuk bintang-bintang, memakaikan baju hangat dan berbicara tentang ruang angkasa dan Teleskop Hubble, mata semesta.
Georg yang sebelum membaca surat Ayah sangat berbeda dengan Georg yang telah membaca surat Ayah. Ia menjadi lebih dewasa. Ayahnya memberikan pemahaman tentang ’ketiadaan’. Suatu saat Ia pun akan hilang dari perputaran waktu.
Gadis Jeruk memang dongeng kisah cinta yang indah. Walaupun begitu, Jostein Gaarder tetap memasukkan unsur khas tulisannya yaitu mengenai filosofi kehidupan. Yang saya kagumi adalah bagaimana tulisannya dapat dipahami dengan mudah. Kita bisa tersenyum, terkikik, bahkan berujar ’ah..romantisnya’ tapi ada juga bagian yang membuat mata berair. Dan Jujur saya merinding ketika membaca kalimat; Penyakit yang berat biasanya membutuhkan waktu yang lebih panjang untuk menumbangkan seseorang untuk selamanya. I thought he right!
View all my reviews >>
No comments:
Post a Comment
Thank your for leaving comment. :)